Ia pun bertanya, “Apa itu?”.
Pemuda tersebut meletakkan koran dan melihat sosok yang ditunjuk oleh ayahnya. “Burung Gereja,” jawab si anak lalu melanjutkan membaca koran.
Sang ayah menganggukkan kepalanya. Namun pada saat burung gereja mulai terbang, sang ayah kembali menanyakan pertanyaan yang sama, “Apa itu nak?”. Merasa kesal dengan sikap sang ayah, pemuda itu pun menjawab dengan nada yang keras. “Sudah ku bilang itu burung gereja!”.
Tak lama kemudian, untuk yang ketiga kalinya sang ayah kembali menanyakan pertanyaan yang sama.
“Apa itu?”.
“Burung gereja Ayah, Burung Gereja! Burung G-E-R-E-J-A,” jawab sang pemuda yang tampak kehilangan kesabarannya.
Seolah tak menghiraukan kekesalan putranya, sang ayah kembali bertanya untuk yang keempat kalinya. “Apa itu?”.
“Ayah kenapa sih? Sudah ku bilang berkali-kali kalau itu adalah burung gereja! Ayah tidak mengerti juga!” tutur sang anak dengan keras dan kasar.
Tergambar kesedihan diraut wajah sang ayah. Ia pun segera beranjak berdiri dan masuk ke rumah. Tak lama kemudian ia muncul kembali dengan sebuah buku ditangannya dan disodorkan kepada sang anak. Ia pun meminta putranya membacakan lembaran yang disodorkannya itu.
“Hari ini anak bungsuku, yang baru saja berumur 3 tahun, sedang duduk di taman bersamaku manakala seekor burung gereja datang dan hinggap di depan kami berdua. Ank ku bertanya sebanyak 21 kali, ‘Ayah, apa itu?’. Akupun senantiasa menjawab 21 kali, bahwa itu adalah burung, seekor burung gereja. Saya peluk dia setiap kali dia menanyakan hal yang sama, berulang kali..tanpa marah sedikitpun, aku berikan kasih sayang kepadanya”.
Pemuda itu segera berhenti dan merasakan kesedihan yang begitu dalam. Lalu segera memeluk dan mencium sang ayah, seperti hal yang berulang kali dilakukan sang ayah di masa kecilnya.
Dari renungan ini
kita belajar bagaimana kita baik sebagai anak, orang tua, teman, pasangan dan lainnya diajak untuk menjadi seorang yang sabar. Seperti orang tua yang sabar dengan segala pertanyaan-pertanyaan anaknya, begitu pula dengan anak terhadap orang tuanya. Sebab panjang sabar adalah cerminan kasih yang harus kita miliki dalam hubungan dengan orang lain.