Suatu hari Petey Parker terbang ke Dallas untuk bertemu seorang klien. Berikut ini adalah kisahnya. Waktu sangat sempit, karena saya harus segera kembali ke airport. Saya menghentikan sebuah taxi. Begitu berhenti, dengan segera sopir taxi membuka pintu mobil, dan memastikan bahwa saya telah duduk dengan nyaman di dalamnya. Begitu saya duduk, dia menunjuk sebuah koran yang terlipat rapi di samping saya untuk dibaca.
Kemudian dia menawarkan beberapa kaset, dan menanyakan jenis musik apa yang saya sukai. “Wow,” saya cukup terperanjat dengan pelayanannya. Saya menoleh sekeliling, mungkin ada program “Candid Camera” yang ingin menjebak saya. Dengan penasaran, saya bertanya pada sopir taxi itu, “Wah, kelihatannya Anda sangat senang dengan pekerjaan Anda. Tentunya Anda punya cerita yang panjang mengenai pekerjaan ini.” “Anda salah,” jawabnya, “Dulu saya bekerja di Corporate America. Tapi saya merasa letih karena berapa pun kerasnya usaha untuk menjadi yang terbaik dalam perusahaan itu, ternyata tidak pernah memuaskan hati saya.
Kemudian saya memutuskan untuk menemukan sebuah langkah dalam kehidupan saya di mana saya bisa merasa bangga dan puas karena mampu menjadi diri saya yang terbaik.” “Saya tahu,” lanjutnya, “saya takkan pernah bisa menjadi seorang ilmuwan roket, tapi saya suka sekali mengendarai mobil dan memberikan pelayanan kepada orang lain. Saya ingin merasa bahwa saya telah melakukan pekerjaan yang terbaik setiap harinya. Lalu, saya merenungi apa yang jadi kelebihan saya, dan wah … saya menjadi seorang supir taxi. Satu hal yang saya yakini, supaya saya meraih keberhasilan dalam usaha ini, saya hanya perlu memenuhi kebutuhan penumpang saya. Tetapi agar bisnis saya ini menjadi luar biasa, saya harus melebihi harapan penumpang saya. Tentu saja saya ingin meraih hasil yang luar biasa, ketimbang yang biasa-biasa saja.” Ini adalah sebuah pelajaran yang luar biasa. Saya hanya berpikir, keluarnya dia adalah kerugian bagi Corporate America, tetapi ia telah berhasil menjadi teman perjalanan yang baik.
Kisah ini mengajarkan kita, bahwa bahagia bukan disebabkan oleh penghasilan dan jabatan tinggi. Namun karena suatu hal, di mana kita merasa bangga dan puas jika telah melakukannya. Dalam hidup ini kita tak lepas dari pekerjaan. Tapi apakah pekerjaan itu menghasilkan kepuasan dalam batin kita, atau menjadi beban yang menindih hidup kita, sehingga terjebak dengan rutinitas kerja. Apa pun pekerjaan kita, jika kita mengerjakannya dengan maksimal dan kesungguhan hati, maka itu akan menghasilkan kepuasan.
Berhentilah bekerja hanya untuk sekedar hidup, dan buatlah suatu perbedaan sekalipun itu di hari yang terburuk. Jika ingin pekerjaan kita berhasil, kenalilah siapa yang menjadi pelanggan kita, dan penuhi kebutuhannya, dan jika ingin luar biasa, berikan melebihi apa yang menjadi harapannya. Mari belajar mencintai pekerjaan kita dan bekerja di atas rata-rata!
<!--[if gte mso 9]><xml>