Pengorbanan Desi Trisnawati Raih Gelar MasterChef

Family / 19 November 2014

Kalangan Sendiri

Pengorbanan Desi Trisnawati Raih Gelar MasterChef

Theresia Karo Karo Official Writer
11403
Memiliki profesi sebagai direktur di sebuah hotel tidak lantas membuat seorang Desi Trisnawati cepat puas dan berhenti berkarya. Kecintaannya akan bidang kuliner membawanya pada sebuah kontes memasak, yakni MasterChef Indonesia Season 2. Bagi orang lain yang melihat keputusannya ini mungkin banyak yang menilai bahwa posisi sebagai direktur sudah nyaman dan tidak perlu mencoba hal lain lagi.

Namun bagi ibu yang memiliki tiga orang anak ini, Tuhan telah menaruh passion dalam setiap orang. Sehingga individu harus berani keluar dari ‘zona nyaman’ masing-masing. Karena semua yang terjadi di dunia bersifat sementara, termasuk zona nyaman itu sendiri. Perwujudan passion menjadi langkah awal Desi keluar dari zona nyamannya dan mengambil bagian di bidang kuliner. “Dari hati, saya berbagi cinta lewat kuliner. Jadi, tunggu apa lagi? Saya ingin memberi yang terbaik dari diri saya.”

Untuk mencapai sesuatu tidak dipungkirinya bahwa akan ada beberapa hal yang harus dikorbankan. Untuk mengikuti ajang MasterChef Indonesia Season 2, Desi harus bersedia meninggalkan suami dan ketiga anaknya. Kemudian tugasnya sebagai direktur harus didelegasikan kepada bawahannya. Dan selama empat bulan harus dikarantina, jauh dari rumah bersama kontestan lainnya. Terakhir dia juga kembali memposisikan dirinya sebagai kontestan yang diperintah. “Padahal saat saya menjabat sebagai direktur, kapanpun saya bisa memerintah orang lain dan hal ini tidak mudah.”

Pada saat dirinya dikarantina, pernah ada satu momen memilukan. Satu saat anaknya yang perempuan berkesempatan menelepon dan mengatakan bahwa dia sangat rindu bertemu maminya (Desi). Bagi anaknya berpisah 4 bulan adalah waktu yang sangat lama, dia ingin Desi segera pulang. “Bayangkan sebagai seorang ibu, ini seperti pisau yang ditancap ke dalam hati. Karena apa yang saya lakukan ini bukan untuk popularitas, tapi saya ingin meninggalkan nilai-nilai kepada anak saya.”

Menanggapi perkataan anaknya, Desi kemudian meminta hikmat dari Tuhan. Dia lantas bertanya, “Dianne apa kamu mau mami menyerah? Kalau kamu ingin mami menyerah, mami akan segera pulang.” Diam sejanak, anaknya kemudian menjawab, “Enggak mami, Aku engga mau mami menyerah.”

Mendengar hal ini Desi kemudian menjelaskan bahwa akan ada waktunya dia untuk pulang dan mereka berdoa bersama. Pesan yang ingin disampaikan ke anaknya adalah mereka penting, keluarga penting. Desi tidak akan mengorbankan keluarga hanya untuk mengikuti acara ini. Selain itu, di satu sisi dirinya ingin agar anaknya belajar bahwa segala sesuatu ada proses dan ada waktunya. “Saya bersyukur melalui ini saya dan anak saya bisa belajar bahwa keluarga itu penting dan bagaimana cara kita menjawab tantangan seperti tadi.”
Dalam mencapai kesuksesan dirinya percaya akan Firman Tuhan yang berkata bahwa  tanpa visi manusia akan binasa. Pribadinya yang berjalan dengan visi inilah yang menjadi kunci kesuksesannya. Selain itu Desi juga memiliki tujuan yang mulia, yakni membawa kerajaan Allah melalui hidupnya serta berdampak bagi bangsa dan dunia.

“Saya cuma hidup satu kali. Kalau tidak memaksimalkan hidup kita, apalah artinya? Begitu Tuhan menyuruh kita ‘kembali’, apa yang akan orang lain ingat dari pribadi kita.” Dia tidak ingin diingat sebagai orang berhasil tetapi tidak memiliki dampak dan berguna bagi bangsa. Selain itu dirinya juga berpesan bahwa, “hatimu adalah kekuatanmu”. Hati memiliki kekuatan yang luar biasa. Hati bisa mengangkatmu ke puncak, tetapi bila tidak dijaga hati juga bisa menghancurkan kita.

Sumber : Desi Trisnawati
Halaman :
1

Ikuti Kami