Pertama Kalinya, Gereja Katedral Dipakai Untuk Sholat Jumat
Sumber: VOA

Internasional / 17 November 2014

Kalangan Sendiri

Pertama Kalinya, Gereja Katedral Dipakai Untuk Sholat Jumat

Theresia Karo Karo Official Writer
5494
Saat banyak pihak yang merasa paling benar dengan agama mereka masing-masing, kemarin (14/11) untuk pertama kalinya di Amerika Serikat, Sholat Jumat diadakan di Gereja Katedral Nasional Washington. Bangku di kumpulkan dan digantikan dengan karpet-karpet sajadah yang digelar menghadap kiblat.

Hal ini bermula dari gagasan Pendeta Gina Campbell dan Duta Besar Afrika Selatan untuk Amerika, Ebrahim Rasool ketika mengadakan layanan peringatan antar agama bagi  almarhum Nelson Mandela pada tahun lalu. Pendeta Campbell, menyatakan bahwa Katedral Nasional Washington merupakan tempat ibadah bagi semua orang. Kepada para umat Muslim yang akan melaksanakan ibadah dirinya juga mengatakan, “Mari kita buka hati kita dan berusaha untuk memohon rahmat dan sembah bagi Tuhan kita masing-masing,” ungkapnya.
 
Duta Besar Rasool yang seorang muslim, di hari itu bertindak sebagai imam. Dalam khotbahnya dia memuji kebebasan beragama di AS dan mengecam aksi ekstremisme yang secara khusus menyinggung kelompok militan Islamis yang membantai kaum minoritas di Timur Tengah termasuk warga Kristiani.

Dilansir dari Tempo.co, Rasool mengungkapkan, “Ini menjadi momen dramatis dalam hubungan Muslim-Kristen.” Menurutnya, inilah yang dibutuhkan dunia. Bahwa semua orang bebas menjalankan keyakinannya. Sehingga tidak ada lagi Islamphobia, rasisme, anti-Yahudi, dan anti-Kristen.

Menurut Rasool, kegiatan ini turut menjadi simbol bagi tiga juta pemeluk agama Islam di AS agar mereka merasa di terima di negara yang kebanyakan penduduknya beragama Kristen. Sekaligus menjadi contoh bagi negara-negara yang mayoritas beragama Muslim untuk memupuk perdamaian bagi pemeluk agama di luar mereka.

Melalui Sholat Jumat yang berlangsung di Katedral Nasional Washington, para pemimpin gereja dan kelompok-kelompok Muslim berharap ini menjadi pesan perdamaian dan penolakan atas penggunaan agama yang ekstrim untuk melakukan hal-hal yang memicu permusuhan. Dirinya juga berharap bila kesempatan ini juga terjadi di masjid-masjid Arab Saudi yang mengijinkan umat Kristen untuk berdoa di sana.

Sumber : Tempo/Voaindonesia.com by tk
Halaman :
1

Ikuti Kami