Sedia Payung Sebelum Hujan
Sumber: www.pouted.com

Marriage / 15 October 2014

Kalangan Sendiri

Sedia Payung Sebelum Hujan

Puji Astuti Official Writer
4651
Dalam artikel hari ini penulis memilih sebuah judul yang berasal dari pepatah yang sudah tidak asing bagi pembaca sekalian. Dalam pepatah ini terkandung sebuah hikmat yang dalam bahwa setiap dari kita harus bersiap sedia sebelum hujan turun / sebelum krisis, atau masalah muncul dalam kehidupan kita masing-masing. Penulis yakin tidak seorangpun terluput dari krisis atau masalah dalam kehidupan kita peribadi lepas peribadi. Namun demikian seperti pepatah diatas apakah kita telah menyiapkan / menyediakan sebuah payung dalam arti menyiapkan sebuah solusi sebelum hujan / krisis / masalah datang dalam kehidupan kita masing-masing? Apakah karena hujan lantas kita memutuskan untuk berdiam diri dan berserah kepada hujan untuk menentukkan produktifitas kita pada hari itu? Hujan tidak dapat dihindari dan hujan juga dialami oleh banyak orang dan bukan Anda sendiri. Yang membuat perbedaan dalam menyikapi hujan yang ada adalah sikap Anda. Omelan, gerutu, makian, bahkan kutukan sekalipun tidak dapat menghentikan hujan lebat. Cara kita sekalian menyikapi hujan yang sedang turun lebat akan menentukan produktifitas kita pada hari tersebut.

Sang Pencipta mempunyai alasan tersendiri kenapa Ia mencurahkan hujan pada hari dan saat tertentu, itu diluar kontrol manusia. Anda boleh menyukai ataupun tidak menyukai hujan, tidak ada masalah, Sang Pencipta tidak tergugah oleh pendapat Anda karena dunia beserta segenap isinya adalah milikNya. Jadi sudah barang tentu Ia berhak melakukan yang terbaik dalam pandanganNya terhadap dunia dan segenap isinya ini. Apakah Anda setuju atau tidak, apakah Anda sependapat atau tidak dengan Sang Pencipta, juga tidak ada masalah bagi Dia yang menurunkan hujan. Yang menjadi masalah adalah Anda menjadi tidak produktif, jika Anda tidak memiliki sebuah payung / jika Anda tidak memiliki sebuah solusi untuk masalah atau krisis yang muncul dalam kehidupan Anda. Penulis yakin diantara para pembaca pernah mengalami jalanan yang macet total saat Anda bepergian, khususnya bagi Anda yang tinggal di Jakarta. Apakah Anda memiliki solusi untuk masalah yang satu ini? Ataukah Anda menyerahkan masalah ini seutuhnya pada pemerintah?

Apakah dengan Anda membunyikan klakson, marah, mengutuki, mengomel, menggerutu, jalanan yang Anda jalani mendadak bisa menjadi lancar? Apakah Anda sadar bahwa Anda juga mengambil bagian dalam kemacetan tersebut? Aku? Ya Anda? Kenapa? Karena Anda dan kendaraan Anda sedang berada di jalanan yang macet tersebut bukan? Bayangkan jika Anda sedang tidak mengendarai kendaraan Anda pada saat itu, maka kemacetan akan berkurang untuk satu mobil bukan? Oh, kan cuma satu mobil demikian keluhan Anda. Jika setiap dari Anda yang ngomel, menggerutu, mengutuk dan sebagainya itu tidak berada dijalanan yang sedang macet tersebut berapa mobil yang akan berkurang? Belum terhitung setiap keluarga yang memiliki lebih dari satu mobil bukan? Jadi Anda ikut mengkontribusikan kemacetan. Solusinya? Mungkin diantara pembaca ada yang bertanya demikian bukan? Nah, kali ini untuk masalah yang satu ini, penulis menyerahkan kepada pembaca masing-masing untuk mencari solusinya. Penulis yakin banyak diantara pembaca yang memiliki solusi yang sama dengan apa yang ada dalam pikiran penulis.

Anda diberhentikan dari tempat pekerjaan Anda setelah Anda mengabdi sepuluh tahun pada perusahaan dimana Anda bekerja, anggota keluarga sakit, bisnis macet, anak ingin melanjutkan sekolah keperguruan tinggi dan Anda membutuhkan biaya yang cukup besar. Apakah Anda telah memiliki sebuah solusi untuk masalah-masalah seperti ini atau sebuah solusi jika krisis ekonomi menerpa Anda atau anggota keluarga Anda? Sebagai seorang penolong peran serta seorang isteri sangat menentukan kelancaran perjalanan bahtera rumah tangga yang ada. Apakah Anda selaku isteri menyalahkan suami Anda karena masalah atau krisis yang muncul tanpa diundang? Ataukah Anda ikut mencarikan solusi secara proaktif tanpa diminta sang suami? Ataukah Anda menunggu sampai suami Anda terengah-engah karena beban berat yang dipikulnya seorang diri sebelum Anda mengulurkan tangan untuk memberikan bantuan? Jika ini yang Anda lakukan, apakah Anda dapat di kategorikan sebagai seorang penolong? Jika ini yang Anda lakukan bukankah Anda sedang menambahkan beban yang ada kepundak suami Anda?

Seorang penolong yang baik, peka melihat masalah yang ada dan dengan segera mengulurkan tangannya sekalipun tanpa diminta, karena fungsinya memang adalah seorang penolong yang memberikan pertolongan saat dibutuhkan, jadi tidak bergantung pada permintaan. Seorang penolong yang baik adalah seorang yang proaktif dalam mencarikan solusi. Hujan pasti akan turun selama dunia ini ada, masalahpun datang silih berganti dalam kehidupan ini sejak manusia pertama jatuh dalam dosa, kerisis demi kerisipun datang silih berganti namun demikian kesiapan Anda sebagai suami dan isteri yang saling menopang satu dengan yang lainnya sangat diperlukan pada saat menghadapi masalah maupun kerisis yang ada. Faktor eksternal (badai hidup, kesulitan ekonomi, anggota keluarga sakit dan lain-lain sebagainya) selalu ada. Apakah Anda memberikan kuasa kepada faktor eksternal tersebut untuk menentukan perjalanan hidup Anda? Jika faktor eksternal selalu ada, bagaimanakah caranya anda mengalahkan faktor eksternal tersebut sehingga Anda tetap dapat sampai pada garis final.

Perlu Anda ketahui, peta atau GPS yang Anda miliki hanyalah sebuah sarana untuk menunjukkan arah perjalanan untuk sampai pada tujuan Anda. Apakah karena kemacetan yang sedang Anda alami, atau jalan yang rusak hebat, menyebabkan Anda membuang peta atau GPS Anda? Bukankah peta atau GPS tersebut dapat Anda pergunakan untuk menunjukkan jalan alternatif dan pasti sangat bermanfaat bagi Anda selama Anda mengetahui tujuan kemana Anda ingin pergi. Isteri, anggota keluarga lainnya serta teman-teman dekat Anda dapat menjadi peta atau GPS yang dapat memberikan petunjuk kepada Anda selama Anda bersedia membuka diri. Semoga bermanfaat dan boleh menjadi berkat.

Penulis

Rev.Dr. Harry Lee, MD.,PsyD

Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles - California

www.rccla.org

Sumber : Rev.Dr. Harry Lee, MD.,PsyD
Halaman :
1

Ikuti Kami