Meski tak dapat disebutkan seluruhnya, namun sebagian besar pasangan akan mempertimbangkan perbedaan latar belakang sebelum memilih pasangan hidup yang tepat. Idealnya, pria akan memilih pasangan yang dengan latar belakang setara atau lebih rendah dari dirinya. Sebab pria akan merasa kehilangan harga diri dan minder apabila sang istri berasal dari latar belakang pendidikan, pekerjaan atau kepribadian yang lebih tinggi atau lebih baik.
Salah satu indikasi konflik terbesar rumah tangga adalah perbedaan tingkat pendidikan suami/istri yang sangat mencolok. Kemungkinan besar, pasangan akan menghadapi persoalan berbeda pandangan, pendapat hingga pekerjaan. Mungkin seorang istri memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari suami. Atau istri memiliki penghasilan yang lebih baik dibanding suami, sehingga bisa jadi istri akan lebih mendominasi atau sebaliknya suami merasa minder.
Namun akar konflik ini terjadi jika pasangan tidak memiliki pemahaman yang benar tentang tujuan pernikahan berdasarkan firman Tuhan. Lalu bagaimana suami/istri menyikapi perbedaan ini dalam menjalani bahtera rumah tangganya? Pernikahan adalah perpaduan emosi dua pribadi yang saling melengkapi. Saat mereka telah dipersatukan oleh ikatan pernikahan, maka prinsipnya seperti tertulis dalam [kitab]Kejad2:24[/kitab], bahwa suami/istri sudah menjadi ‘satu daging’. Sehingga, hal-hal yang tampak berbeda seharusnya dapat diterima satu sama lain.
Dalam pernikahan, beragam konflik akan terus bermunculan baik dari internal atau eksternal keluarga. Namun bukan berarti saat menghadapi satu persoalan, suami/istri memilih untuk bercerai dengan alasan salah pilih, suami/istri yang minder atau istri yang terlalu dominan sehingga tak lagi sanggup hidup bersama dengannya.
Kunci agar terhindar dari konflik bukan berapa besar toleransi yang kita berikan kepada pasangan karena pasti hal itu akan sangat menjengkelkan, tetapi berapa banyak perbedaan yang berhasil diubah melalui proses saling menerima dan menghargai.
Sumber : Sabda.org/Jawaban.com/ls