Kesulitan hidup dapat membuat orang mengambil jalan pintas. Semuanya terasa begitu sengsara, sepertinya penderitaan itu tidak pernah berkesudahan. Lalu sebenarnya bagaimana janji Tuhan tentang memberikan masa depan yang penuh harapan tersebut?

Hidup itu tidak lama, kira-kira hanya 70 sampai 80 tahun saja. Itulah umur rata-rata yang diberikan Tuhan kepada manusia. Artinya, jika manusia diijinkan menderita, paling lama penderitaan itu berlangsung 70-80 tahun saja. Namun pertanyaannya, apakah kita tidak bisa bersabar selama itu demi kemuliaan kekal yang Tuhan janjikan?

Lazarus sangat menderita ketika hidup di bumi, dia hanya hidup dari bawah meja si orang kaya mengharapkan remah-remah roti yang terjatuh. Bahkan hidupnya persis seperti anjing yang menjilat boroknya yang juga menunggu remah-remah yang jatuh dari meja tuannya namun dia sabar dalam menanggung derita. Akhirnya ketika hidupnya telah berakhir, dia dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham dan disana dia mendapat kebahagiaan selamanya, sementara si orang kaya masuk ke dalam api kekal.

Suatu ketika Yesus didatangi oleh seorang buta agar Tuhan mencelikkan matanya. Tuhan Yesus berkata kepada orang buta itu "Jadilah kepadamu menurut imanmu." Maka celiklah mata orang buta itu. Mengapa dia bisa sembuh? Itu karena dia mengarahkan imannya kepada Tuhan dan percaya bahwa Tuhan Yesus sanggup menyembuhkan dia, maka terjadilah sesuai dengan imannya itu.

Yang menjadi pertanyaan, kepada siapa kita mengarahkan iman kita? Kepada Tuhan atau kepada yang lain? Saat kita percaya pada yang lain, maka kita tidak percaya kepada Tuhan dan itu bertentangan dengan-Nya. Akan tetapi jika kita mengarahkan iman kepada Tuhan dan beribadah kepada-Nya dengan takut dan gentar maka kita akan memiliki masa depan yang cerah. Tuhan tidak pernah memberikan rancangan kecelakaan pada umat-Nya. Tuhan memberikan rancangan yang indah dan masa depan yang penuh harapan. Bahkan Tuhan juga memberikan janji perlindungan (Baca [kitab]mazmu91:1-11[/kitab])