Refleksi Manusia dalam Kisah Kematian Anjing
Sumber: Thinkstockphotos.com

Kata Alkitab / 9 October 2014

Kalangan Sendiri

Refleksi Manusia dalam Kisah Kematian Anjing

Theresia Karo Karo Official Writer
6306
“Manusia lahir ke dunia agar mereka bisa belajar bagaimana hidup dengan baik.” Terbayangkankah oleh anda bahwa kalimat ini diucapkan oleh seorang anak berusia 10 tahun? Kisah berikut adalah cerita yang di ungkapkan oleh seorang Dokter hewan. Bagaimana pengalamannya dalam menemui pasien unik, membawanya pada pengertian baru tentang kehidupan.

Profesi sebagai dokter hewan sudah kujalani selama 10 tahun belakangan. Menyelamatkan dan mengobati hewan adalah pekerjaan sehari-hari, tetapi kejadian unik baru kali pertama ini kualami. Pasangan suami istri Ron dan Lisa serta anaknya Shane memelihara anjing tua bernama Belker.

Malam hari saat hari akan badai salju, keluarga ini menghubungiku dan memohon untuk datang melihat keadaan Belker, karena anjing ini sangat berarti bagi keluarganya. Sesampainya di sana, aku melihat kondisi Belker sudah tidak dapat ditolong lagi akibat penyakit kanker yang dideritanya. Aku telah berusaha mengatasi dan merawatnya dengan metode terbaik, tetapi dari sorot mata dan tubuhnya memperlihatkan hal sebaliknya. Belker menunjukkan bahwa waktunya sudah tidak lama lagi.

Mengetahui keadaannya, aku akhirnya memutuskan untuk memberitahu keluarga ini dan mengatakan kemungkinan terburuknya bahwa Belker tidak akan bertahan hingga besok. Mereka kemudian memintaku untuk menginap hingga anjing mereka meninggal, lagipula malam itu sedang badai salju. Uniknya Shane, anak berusia 10 tahun itu dengan tenang menghadapi masa perpisahannya dengan Belker. Aku kagum dengan caranya memangku anjing itu dan mengusap Belker dengan lembut. Keduanya terlihat seperti saling menenangkan satu sama lain.

Keesokan paginya, aku masih melihat Shane berada di dekat Belker di depan perapian. Rasa keinginan tahuku mendorongku untuk bertanya pada Ron, bagaimana awal pertemuannya dengan Belker? Ron menjawab bahwa dia sangat bersyukur dengan kehadiran anjing setia itu. Kehadiran Belker sangat berjasa bagi keluarga ini, beberapa kali anjing itu menyelamatkannya, menyelamatkan Shane, dan peternakan mereka.

Tepatnya pada jam satu siang, Belker menutup mata dan berhenti bernafas. Anjing penyelamat itu telah mati dengan damai, diiringi doa dan kelembutan keluarga kecil itu. Lisa tak kuasa menitikkan air mata,namun Shane terlihat tegar menerima kepergian sahabatnya.

“Dia sudah tenang, Nak. Doakan saja,” kataku. Shane tersenyum dan mengangguk, kali ini dia kelihatan benar-benar ikhlas. “Belker memang sudah waktunya pulang duluan,” balas Shane. “Kau begitu yakin dan tegar,” kataku sambil menggunakan sarung tangan, bersiap membantu mengubur Belker. Setelah itu jawaban Shane sungguh tak disangka. Dia menyampaikan kata-kata yang membuatku melihat kehidupan dengan cara yang berbeda.

“Manusia lahir ke dunia agar mereka bisa belajar bagaimana hidup dengan baik. Seperti mengasihi sesama makhluk hidup dan berbuat baik, iya kan?” ujarnya dengan polos. Aku mengangguk setuju dan ia menjawab lagi. “Well, anjing sudah tahu bagaimana melakukan itu, jadi mereka tak perlu hidup di sini terlalu lama,” ungkap anak kecil itu.

Usiaku sudah meginjak 49 tahun dan aku sangat terperangah dengan apa yang dikatakan oleh Shane. Pandangan anak kecil yang luar biasa ini meruntuhkan kesombongan orang-orang yang jauh lebih dewasa darinya. Sebelumnya aku yakin bahwa sikapku sudah cukup baik, mengasihi sesama dan tidak menjadi musuh masyarakat. Tetapi apa yang diungkapkan Shane membuatku mengerti, tanpa disadari manusia kadang sombong dengan kebaikan mereka.

Puas dan mersa baik, tanpa menyadari bahwa sisa umur adalah perjalanan kehidupan yang masih terus berlanjut. Berarti masih banyak yang harus dimengerti dan dipelajari. Selagi ada kesempatan untuk mengirup udara, maka selama itu pula manusia tidak berhenti belajar dan memperbaiki diri.
Sumber : Vemale/Jawaban.com by tk
Halaman :
1

Ikuti Kami