Tinggalkan Kemapanan Demi Anak-Anak

Family / 17 September 2014

Kalangan Sendiri

Tinggalkan Kemapanan Demi Anak-Anak

Theresia Karo Karo Official Writer
9361

Pulau Kawio, Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara adalah pulau terluar Indonesia yang mata pencaharian utamanya adalah nelayan. Salah satu wanita muda yang mengabdi lewat program Indonesia Mengajar adalah Ertina Priska Erlayas Sebayang. Sebelum bekerja sebagai tenaga pendidik, Ertina bekerja sebagai pegawai Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang Corporate Social Responsibility (CSR) yang fokus pada bagian pendidikan. Inilah yang mengantar Ertina menemukan panggilannya dan beralih profesi menjadi tenaga pendidik di wilayah pedalaman Indonesia.

Keputusan ini, awalnya ditentang oleh keluarga besarnya. Melihat pekerjaan terdahulunya sudah lumayan sehingga menyebabkan penolakan keluarga yang sangat besar. Tidak ingin menyerah,  Ertina kemudian bergumul dalam doa. Dia memohon pimpinan Tuhan dan jawaban inilah yang lantas mendukung motivasinya untuk mengajar.

Tantangan menjadi tenaga pendidik, sempat dikonsultasikan kepada guru semasa sekolah dulu. Guru ini menjelaskan bahwa menjadi guru akan sangat berbeda kondisinya daripada saat menjadi pegawai Bank. Dari sinilah beliau memberi link ke Indonesia Mengajar. Berhasil melewati setiap prosesnya, dia kemudian dikirim ke di Pulau Kawio. Selama mengajar, Ertina memegang nilai bahwa Tuhan betul-betul mengusai dan menaungi hidup umat-Nya, saat kita mengakui bahwa kita lemah. Inilah yang kemudian disalurkannya kepada anak-anak didiknya.

Meskipun bagi mereka, kadang kata lemah ini justru yang membuat mereka tidak mau berusaha. Ertina akan mengingatkan, identitas mereka sebagai anak terang. “Hei, ingat kalian itu adalah anak-anak terang, anak–anak roh! Roh itu memang kuat tetapi daging lemah. Kalian sekarang mau ikut roh yang bisa rajin atau daging yang lemah?” 

Pengajarannya sekaligus menyisipkan Firman Tuhan yang disampaikan lewat peristiwa di kehidupan sehari-hari. Hal ini dirasanya lebih mudah, agar anak dapat mengerti tentang kebenaran. Salah satu pengalaman menarik selama mengajar di sana adalah mengenai satu anak didiknya, Grevil. “Anak ini adalah satu-satunya anak di Kawio yang baru mau belajar matematika kalau dia tahu alasan kenapa harus mempelajarinya,” ungkapnya.

Satu waktu, saat sedang belajar mengenai “derajat”, Grevil menyebut Ertina sebagai guru yang pelit, karena dia mengerjakan segitiga dengan yang lebih satu derajat dari instruksinya. Bagi Grevil, hal tersebut dapat ditolerir. Dengan tegas, Ertina mengatakan bahwa pekerjaannya tetap salah walaupun hanya satu derajat. Tanpa basa-basi Grevil langsung lari ke dermaga. Akhirnya setelah 20 menit dia kembali dan berbicara dalam keadaan keringatan. “Enci, saya sudah tahu  enci. Saya sudah tahu kalau saya tidak boleh salah lagi. Dermaga itu kalau 90 derajat dibikin 92 derajat, bisa rusuh enci. Tumbang,” ungkapnya.

Dari situ, Grevil tidak lagi menganggap remeh matematika dan dia sangat-amat jago gambar. Dari sinilah dia kemudian menemukan cita-citanya menjadi arsitek. Bahkan dia bermimpi ingin membuat menara seperti menara Eiffel (Paris) di Kawio. Diana Ponae yang juga salah satu anak didiknya, juga mendapat penghargaan National Geographic Award. Prestasinya dalam hal fotografi anak yang menempatkannya di posisi runner-up internasional.

Akhirnya inilah yang membuat Ertina berharap bahwa pendidikan di Indonesia dapat dikembangkan. Harapannya adalah pendidikan dapat lebih dikembangkan oleh pemerintah dan pihak manapun yang memutuskan untuk peduli ke pendidikan. “Kirimlah orang yang bersedia untuk melayani di sana untuk menemani mereka berproses dalam belajarnya.

Menurutnya, yang dibutuhkan anak-anak bukan hanya benda mati seperti buku dan alat tulis, tetapi yang dibutuhkan adalah manusianya. Orang-orang yang bersedia melayani anak-anak tersebut. Kemudian yang dapat memeluk mereka dengan hasrat dan mengajak mereka untuk belajar, dan meyakinkan mereka bahwa anak-anak ini mampu dan berpotensi. Karena semua berasal dari talenta yang dianugerahkan Tuhan kepada mereka dan mereka butuh orang lain untuk membantu menemukannya.

 

Sumber Kesaksian:

Ertina Priska Erlayas Sebayang



Sumber : Ertina Priska Erlayas Sebayang
Halaman :
1

Ikuti Kami