Langkah Praktis Menangkis Amarah
Sumber: hypnosispractice.co.uk

Psikologi / 30 August 2014

Kalangan Sendiri

Langkah Praktis Menangkis Amarah

Puji Astuti Official Writer
5456

Problematika di lingkungan kerja, rekan kerja yang tak korporatif, macet, tagihan yang menumpuk sampai masalah keluarga di rumah, merupakan kumpulan persoalan yang sering dihadapi sekarang ini. Tak jarang membuat kita lepas kendali dan mengeluarkan amarah. Dampaknya tidak hanya mengganggu lingkungan social disekitar kita, tapi juga merugikan diri sendiri.     

Banyak cara yang bisa dilakukan menangkis amarah. Seperti penelitian yang dilakukan oleh University of Missouri, gerakan kepala yang mengangguk-angguk tanpa disadari dapat mengatasi pengaruh emosi negatif yang kita hadapi. Cara unik ini dapat kita aplikasikan saat terlibat adu argumentasi dengan orang lain. Menurut peneliti, kepala yang bergerak dari atas ke bawah diklaim mampu meredakan gejolak amarah dalam hati kita. Pasalnya, gerakan kepala mengangguk memberikan interpretasi bahwa kita menyimak dan memerhatikan apa yang disampaikan lawan bicara. Melihat kita sikap kita yang seolah setuju, membuat pihak lawan yang berselisih merasa didengar, dan akhirnya menyurutkan amarah secara perlahan. Setelah memberikan waktu bagi orang lain untuk bicara, kita telah menyediakan ruang kompromi lebih luas dan berhasil memperkecil peluang terjadinya pertengkaran hebat.

Sebenarnya jauh sebelum penelitian ini dilakukan, melalui Mazmur 37:8 kita telah diingatkan tentang amarah, "Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan." Dalam program TV Solusi, kita juga sering melihat kesaksian narasumber yang tidak dapat mengendalikan emosi mereka, hingga berujung pada kejahatan dan penyesalan. Kita bisa memetik banyak pelajaran dari program ini. Oleh karenanya agar program ini dapat terus tayang, kami membutuhkan partisipasi Anda sebagai Mitra CBN. Caranya cukup mudah, cukup Klik link ke berikut ini, maka Anda akan segera tergabung dalam Mitra CBN.

Sumber : pshycology today /kompas.com
Halaman :
1

Ikuti Kami