Baru-baru ini, dalam sebuah program tv seorang ibu menceritakan masalahnya. Ia mengaku baru beberapa bulan meninggalkan suaminya dan ketiga anaknya, karena ia merasa selama ini sang suami memanfaatkannya. Dalam hal ini ia merasa menjadi korban, ia menyalahkan keadaan, dan juga suaminya. Menyedihkan bukan?
Berapa banyak pernikahan akhirnya hancur karena salah satu pihak atau bahkan kedua pihak memiliki sikap seperti wanita itu, mentalitas seorang korban. Mentalitas korban adalah orang yang menyalahkan faktor diluar dirinya atas apa yang ia alami. Padahal segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita adalah karena keputusan-keputusan yang kita buat sebelumnya.
Seperti apakah mentalitas korban itu? Berikut adalah beberapa tanda seseorang memiliki mentalitas korban :
1. Menuntut perhatian dan penerimaan.
Seseorang dengan mentalitas korban selalu ingin diperhatikan dan rasa diterima untuk bisa bahagia. Tuntutan untuk diperhatikan ini bisa muncul dalam berbagai cara, mulai dari menunjukkan penderitaan, ingin dikasihani, atau bahkan melakukan sesuatu yang aneh. Seringkali orang-orang yang ada disekitarnya menjadi lelah karena ia menjadi seperti seorang anak kecil yang ingin selalu dibuat senang.
2. Tidak berani mengambil resiko menghadapi penolakan atau kegagalan
Rasa takut terluka membuat mereka dengan mentalitas korban tidak berani keluar dari rasa nyamannya dan menghadapi resiko penolakan atau kegagalan. Mereka akan membuat sebuah lobang persembunyian emosional.
3. Selalu menyalahkankan faktor luar sebagai penyebab rasa tidak bahagia mereka
Pilihan paling mudah yang akan dibuat oleh mereka yang memiliki mentalitas korban saat sesuatu yang buruk terjadi dalam hidupnya adalah menyalahkan faktor diluar dirinya sebagai penyebabnya. Hal itu bisa pasangannya, anaknya, kondisi, situasi dan apapun, asalkan bukan dirinya.
4. Merasa dirinya benar
Biasanya orang ini merasa sudah melakukan semua upaya untuk membuat sesuatu berhasil, termasuk berusaha mengubah orang lain, namun tidak mau mengakui bahwa ada andil dirinya dalam kesalahan tersebut.
Keempat hal diatas akan sangat merusak jika tidak segera ditangani, pada akhirnya seperti wanita itu, ia memilih melarikan diri dari tanggung jawab dan melemparkan seluruh tanggung jawab atas apa yang terjadi pada suaminya.
Lalu apa jalan keluarnya bagi mereka yang memiliki mentalitas korban ini? Gantilah dengan mentalitas pemenang berikut ini :
1. Sadarilah bahwa kebahagiaan kita tidak ditentukan oleh perhatian dan penerimaan dari pasangan. Temukan kebahagiaan sejati dan penerimaan yang utuh dari Tuhan saja, dengan demikian Anda tidak lagi menuntut orang lain sebaliknya kita menjadi orang yang penuh perhatian dan kasih.
2. Ambillah tanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi dalam hidup Anda. Apa yang terjadi adalah hasil dari keputusan kita sebelumnya, jangan takut resiko. Hadapi saja dengan ucapan syukur dan berimanlah bahwa segala sesuatu mendatangkan kebaikan.
3. Berhentilah menyalahkan orang lain dan faktor luar lainnya. Sebaliknya, carilah solusi dan selesaikan masalahnya. Menyalahkan tidak akan membuat masalah menjadi lebih baik atau selesai, hanya akan memperburuk. Jadi, fokuslah untuk menjadi solusi masalah, bukan pembuat masalah.
4. Beranilah mengakui kesalahan dan meminta maaf. Percayalah hal ini tidak akan membuat pasangan memandang rendah Anda, sebaliknya ia akan menghargai kebesaran hati Anda untuk mau mengakui kesalahan. Kemudian, perbaikilah kesalahan itu.
Percayalah, saat kita berhasil melepaskan mentalitas korban ini dan menggantikannya dengan mentalitas seorang pemenang, maka situasi akan berbeda. Kemenangan-kemenangan dalam hidup ini menanti mereka yang mau dengan berani mengambil tanggung jawab.
Baca juga artikel lainnya :
Ini Dampak Perceraian Orangtua Pada Anak
Mental dan Hati Seorang Miliuner
Peran Orang Tua Bentuk Anak ' Mental Pejuang '
Kiat Sukses Memulai Usaha Dagang Sembako
Jutaan Orang Perebutkan 60.000 Lowongan CPNS 2013
Percaya Atau Tidak, Mujizat Terjadi Setiap Hari
Sumber : Jawaban.com | Puji astuti