Kisah Nyata Bruno Caporrimo: dari Mafia jadi Pengikut Yesus

Family / 24 September 2013

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Bruno Caporrimo: dari Mafia jadi Pengikut Yesus

Yenny Kartika Official Writer
35494

Di akhir dekade 1900-an, Perang Dunia I telah menciptakan gelombang besar migrasi bangsa Italia ke benua Amerika. Di kota besar seperti New York, para imigran itu membentuk sebuah kelompok kriminal rahasia, yang dikenal sebagai Mafia.

Setelah Perang Dunia II, Bruno Caporrimo dan keluarganya juga ikut bermigrasi ke kota New York. Namun, hidup di kota besar seperti New York tidaklah mudah.

Perang telah membuat mereka kehilangan banyak hal, termasuk makanan. Bruno tidak senang tinggal di Amerika. “Saya tidak suka Amerika, mimpi saya adalah Italia,” kata Bruno. Karena itu, Bruno lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar, mengurung diri selama 3 bulan.

Namun di bulan Februari, ayah Bruno datang dan berkata, “Berhentilah menangisi dirimu! Ibumu sakit kanker!” Sejak itu, semua impiannya hancur. Bruno harus melupakan mimpinya menjadi seorang pengacara dan mulai bekerja untuk membantu membayar biaya pengobatan sang ibu.

“Saya sangat menyesal dengan kematian Ibu. Saya tertekan, saya marah pada Tuhan. Tuhan itu tidak nyata,” ungkap Bruno dengan penuh kecewa, karena baginya, Tuhan-lah yang telah membuat ibunya meninggal. Kepada Tuhan, Bruno berkata, “Jika Engkau benar ada, Kau tidak akan melakukan hal ini. Tapi nyatanya, Kau itu tidak ada.”

Ayah Bruno mengalami depresi berat, dan tak lama setelah Ibunya meninggal, Ayah Bruno juga meninggal dunia.

“Kenapa Tuhan? Kenapa Kau lakukan ini padaku?” demikian Bruno kecil harus menerima kenyataan hidup tanpa orang tua.

*****

Di New York, Bruno menjalani hidup yang keras. Hidupnya dipenuhi dengan alkohol, pilihan-pilihan yang buruk, dan bahkan pelanggaran terhadap hukum. Suatu kali saat dia sedang menyetir mobil bersama temannya sambil mabuk-mabukan, mereka terlibat perkelahian dengan seorang pengguna jalan lainnya yang tak sengaja tertabrak. Bruno pun ditangkap oleh pihak berwajib. Dia dibawa menghadap hakim.

“Dengan ini, engkau dijatuhi hukuman selama 6 bulan penjara di Lembaga Permasyarakatan Pulau Ricker,” demikian vonis hukum yang dijatuhkan atas Bruno.

Di penjara, dia bertemu seorang mafia bernama Salvatore. Mereka berkawan karib.

“Hey, Bruno!” kata Salvatore. “Jika kau keluar dari tempat ini, carilah saya.” Hal itu dikatakannya karena dia memiliki sebuah tempat permainan kartu. Salvatore akan memberikan pekerjaan kepada Bruno setelah mereka bebas dari tahanan.

Bruno pun mengantongi alamat yang diberikan Salvatore. Klub Diamond Doll, demikian nama tempatnya.

*****

Ketika Bruno ke klub itu, dia kembali lagi mabuk, merokok, dan bahkan kini dirinya berjudi setiap malam.

Bruno mempertaruhkan semua uangnya, namun malam itu, ia kalah dan harus kehilangan seluruhnya.

“Saya berhutang 15.000 dollar. Jika saya tidak bayar, mereka akan membunuh saya. Bagaimana caranya saya bisa mendapatkan uang sebesar itu?” ungkap Bruno.

Di kota itu ada seorang pencuri perhiasan profesional bernama “Murf the Surf”. Dia berniat untuk membantu Bruno.

“Ikut saya, saya akan dapatkan uang itu,” ujar Murf the Surf kepada Bruno.

Lalu mereka berdua pergi ke Las Vegas. Di sana, mereka merampok perhiasan dari seorang milyuner. Bruno pun resmi menjadi seorang pencuri.

“Uang 15.000 dolar sudah saya dapatkan. Saya mendatangi Salvatore si Mafia dan membayar hutang saya,” kata Bruno.

Bruni sekarang bekerja dengan para mafia. Dia menjadi penghubung antara pemilik klub dengan polisi. Secara rutin, dia memberikan uang sogokan kepada polisi supaya klub malam dapat beroperasi dengan aman.

“Tapi semakin banyak uang yang saya dapat, semakin banyak uang yang hilang. Saya ingin menjadi kaya. Jadi semakin banyak yang saya curi, semakin saya ingin mencuri. Semakin sering saya berjudi, semakin sulit berhenti. Semakin banyak wanita yang saya miliki, saya menginginkan lebih dan lebih lagi. Semakin sering mabuk, semakin saya ingin lebih lagi. Tidak pernah merasa puas.”

Bertahun-tahun lamanya Bruno hidup di bawah bayang-bayang Mafia, sampai ia bertemu dengan seorang gadis bernama Angela. Bruno jatuh cinta lalu menikahi Angela. Ia pun memutuskan untuk membangun kehidupan baru, jauh dari pengaruh mafia, dan pindah ke California.

“Saya akan membuka restoran. Saya kerja keras, 20 jam sehari. Dan dalam dua tahun, saya berhasil membangun sebuah restoran senilai 2 juta dolar.”

Di balik kesuksesan bisnis restorannya itu, Bruno masih harus berhadapan dengan keadaan mengerikan: istri yang dia sayangi terjerumus dalam narkoba. Bubuk putih yang dia temukan di toilet itu bukanlah tepung, melainkan kokain. Bruno jelas-jelas menentang perilaku istrinya itu.

Bukan hanya Angela yang semakin kecanduan narkoba, tetapi bisnis Bruno juga mulai turun. Mereka kehilangan banyak uang. Angela mulai suka mencuri uang hasil usaha restoran untuk memuaskan kecanduannya.

Suatu malam, Angela pergi keluar untuk membeli narkoba. Kepada Bruno dia berbohong, mengatakan bahwa dia akan pergi berbelanja. Namun, tak lama kemudian tragedi terjadi.

Tanpa sengaja, Bruno yang tengah menyetir, menabrak istrinya sendiri yang sedang menyeberang jalan.

“Dia koma selama 14 hari, dan biaya yang harus dibayar sebesar 120.000 dolar. Lalu saya ambil semua uang yang saya miliki untuk pergi ke Las Vegas. Ketika kembali ke restoran, saya bertemu dengan seorang pendeta. Ia berbicara dengan lembut.”

 “Hai, kamu pemilik restoran ini?” tanya si pendeta.

“Ya, apa yang bisa saya bantu?” jawab Bruno.

“Kau terlihat terburu-buru. Mau ke mana?”

“Saya harus pergi ke Las Vegas untuk berjudi.”

“Jangan lakukan itu! Ijinkan saya berdoa untuk kamu.”

Bruno menerima saja tawaran doa dari pendeta itu, namun dalam hatinya dia sudah bertekad akan berjudi karena dia butuh uang, dan dia pasti menang.

Namun pendeta itu melanjutkan, “Uang tidak akan menyelesaikan masalah. Apapun masalah yang kamu hadapi, Yesus sanggup menolongmu.”

“Yesus akan menyelesaikannya. Kamu hanya perlu mengakui bahwa kamu berdosa,” sambung si pendeta.

Bruno terkejut. “Diam!” katanya. “Saya bukan pendosa! Anda sebut saya pendosa? Saya tunjukkan seperti apa pendosa itu!”

Dan Bruno pun melayangkan tinju kerasnya ke muka sang pendeta. Dia terluka, namun hanya diam dan tidak membalas. Tiba-tiba, Bruno merasa dirinya sangat jahat.

*****

Di Vegas, Bruno menang judi sebanyak lebih dari 100.000 dolar. Seakan belum puas dengan itu, ia memutuskan untuk mempertaruhkan semua uangnya pada dua pertandingan bola (futbol). Keesokan harinya, dia melihat skor hasil pertandingan. Bruno kalah di 2 pertandingan itu.

Dia frustrasi. Bruno ingin bunuh diri. “Saya ambil pistol, siap menembak kepala saya.”

“Apa yang akan saya katakan kepada keluarga saya? Angela mungkin saja telah meninggal sekarang ini.”

Bruno tidak bisa berpikir lagi. Namun saat dia siap menarik pelatuknya, Bruno teringat perkataan pendeta itu.

“Sebenarnya ini bukan masalah uang. Apapun masalahmu, uang tidak bisa menyelesaikannya. Akui bahwa engkau orang berdosa, dan Yesus akan mengampunimu.”

Bruno terhenyak. Dalam kebimbangannya, dia sadar. “Ya Tuhan, orang ini berkata benar.” Bruno pun membuat keputusan untuk berseru kepada Yesus yang disebut-sebut pendeta tersebut.

Saat Bruno mengatakan “Yesus, aku ingin mengenal-Mu, masuklah ke dalam hatiku, masuklah!”, ia merasakan ada suatu kuasa yang masuk dalam hatinya.

Bruno merasa tersentuh dengan pengampunan dan kebebasan yang ia terima. Ia kemudian berdoa agar Tuhan menyembuhkan Angela.

Namun tiba-tiba, seseorang datang membawa kabar buruk.

“Angela sudah tidak ada. Ia baru saja meninggal,” demikian kabar yang disampaikan seseorang kepada Bruno. Ia pun menangis sejadi-jadinya.

Bruno mendekati ranjang tempat istrinya berbaring, dan sujud di dekatnya. Dia berdoa, “Yesus, saya akan pergi ke mana pun Engkau suruh untuk aku melayani. Kembalikan Angela, karena Engkau yang memegang kuncinya.”

Tiba-tiba hadirat Tuhan muncul di ruangan itu. Bagaikan ada seseorang yang membuka pintu, dan Bruno melihat dengan mata kepalanya sendiri sebuah cahaya sangat terang menyinari tubuh Angela. Dan tiba-tiba Angela bangkit!

*****

Saat itu, Bruno menemukan jawaban yang selama ini ia cari. Pertobatannya membawa dia masuk ke dalam keselamatan. Ia meninggalkan kehidupan lamanya dan menyerahkan hidupnya kepada Tuhan. Bruno menemukan Pribadi yang memuaskan jiwanya, yaitu Yesus Kristus.

“Sekarang saya memiliki Tuhan. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan karena Dia telah mengampuni, menebus dosa saya, bahkan mengubahkan saya menjadi pribadi yang baru. Ia telah membentuk karakter saya, menjadikan saya manusia yang sesuai dengan rencana-Nya,” tutur Bruno.

“Menjadi seorang pengikut Kristus bukan hanya sekedar memiliki agama, melainkan memiliki gaya hidup seperti Yesus,” ungkap Bruno menutup kisah nyatanya.


Sumber kesaksian:

Bruno Caporrimo

Sumber : V130924113653
Halaman :
1

Ikuti Kami