Pdt Dr Markus Daniel Wakkary, Pendeta yang Jadi Jurnalis
Sumber: Hariansumutpos.com

Career / 23 September 2013

Kalangan Sendiri

Pdt Dr Markus Daniel Wakkary, Pendeta yang Jadi Jurnalis

Lori Official Writer
11030

Pendeta Dr Markus Daniel Wakkary adalah anak dari pasangan pendeta yang terlibat sebagai pendiri GPdI Maranatha, Medan. Pria kelahiran Bogor, 22 Juni 1943 ini merupakan seorang jurnalis meskipun sebelumnya mengecap sekolah Alkitab pada tahun 1960.

Sebelum terjun sebagai wartawan pada tahun 1965, pria yang akrab disapa Wakkary ini adalah seorang pendeta. Latar belakang keluarganya yang telah aktif sebagai pelayan Tuhan, mendorong Wakkary untuk belajar dibidang Teologia dan melayani di gereja. Namun sesaat kemudian, ia malah terjun ke dunia jurnalis.  

Makkary merupakan sosok yang ikut terlibat dalam pendirian Koran Sinar Indonesia Baru pada tahun 1970. Sebelumnya, ia bekerja sebagai wartawan Koran Sinar Harapan Edisi Sumut dan Koran Mingguan KAPPI.

Sekalipun telah bekerja di bidang media, Wakkary tetap aktif sebagai seorang pelayan di gereja. Namun, sesaat setelah ayahnya meninggal, ditambah dengan kesehatan ibunya yang kurang baik dan tidak lagi dapat melayani jemaat, maka ia pun diminta oleh sang ibu menjadi gembala sidang GPdI Maranatha, Medan.  

Awalnya ia ragu bahwa jemaat tidak akan menyukai dan menerimanya, namun keraguan itu akhirnya pupus setelah menerima sambutan yang antusias dari para jemaat. Namun, ketika menerima pelayanan itu, ia tidak serta merta meninggalkan pekerjaannya sebagai wartawan, malahan ia tetap menjalankan tanggung jawabnya.

Namun pada tahun 1981, ia akhirnya memutuskan untuk fokus kepada pelayanan dan melepaskan posisinya sebagai penasihat di Skh. Sinar Indonesia Baru, Medan. Meskipun timbul masalah bahwa pihak surat kabar tidak mengizinkannya untuk keluar, sehingga diperoleh kesepakatan bahwa ia pun tetap melayani di gereja dan juga bekerja di surat kabar dengan syarat dibebaskan dari tugas-tugas keredaksian hingga tahun 1992. Selama profesinya sebagai wartawan, Ayah tiga putri ini aktif menulis masalah seperti olahraga, budaya dan ekonomi. Kecintaannya dibidang tulis menulis tidak terlepas dari pandnagannya yang menilai bahwa wartawan adalah seorang generalis yang menuntut untuk belajar tanpa batas waktu.

Pesan dari kisah ini adalah bahwa setiap orang yang terlibat melayani Tuhan, tidak dibatasi untuk mengembangkan karya dibidang yang lain selama hal itu tidak menggantikan posisi Tuhan dan tidak lagi mengerjakan tanggung jawabnya sebagai pelayan.


Baca Juga Artikel Lainnya:

Johnny Harjantho, Sukses Bangun Bisnis di Singapura Dari Nol

Satya Witoelar, Entrepreneur Freelance Pendiri Tulakom.com

Farrah Gray, Sukses Karena Menghadapi Penolakan

Maddie Bradshaw, Pengusaha Belia Pendaur Ulang Tutup Botol

Viona Paays: Superbook adalah Imajinasi Masa Kecil Saya

Sumber : Tokohindonesia.com | Jawaban.com | Lori
Halaman :
1

Ikuti Kami