Dihantui Kutukan Kematian

Family / 10 September 2013

Kalangan Sendiri

Dihantui Kutukan Kematian

Puji Astuti Official Writer
12821

"Kakek...kakek kan sakti...beri saya ilmu dong.." demikian pinta Timotius Andy sewaktu masih kecil pada sang kakek.

Timotius Andy keci ini begitu berhasrat untuk mendapatkan ilmu kebatinan dari sang Kakek.

"Kakek memberi syarat pada saya untuk tidur di ladang. Disana saya menjalani tirakat pati geni, tidak boleh makan, tidak boleh minum, tidak boleh kena sinar matahari ataupun lampu," demikian Andy bertutur.

"Kemudian kakek menjemput saya jam 12 malam. Pada saat itulah saya di wejang ilmu, saya di ajar ilmu. Ada tiga kemenyan yang sudah disiapkan. Kakek saya bilang, ‘ini peninggalan dari mbah buyutmu. Yang memakainya harus kamu, yang kuat hanya kamu.' Waktu itu saya masih di panggil Saijo. Akhirnya ketiga kemenyan itu saya telan satu per satu. Yang satu tujuannya untuk keselamatan, yang kedua untuk anti tenung, dan yang terakhir adalah untuk mengisi ilmu."

Berbekal kemenyan yang sudah ditelannya, serta ilmu dan jimat yang disandangnya membuat Saijo kecil ini tidak sabar lagi untuk mencoba kesaktiannya. Tanpa berpikir panjang, Saijo kecil ini menjadikan teman bermainnya sebagai bahan percobaannya. 

"Suatu kali saya pernah pukul teman saya yang bernama Jeni. Dia jatuh, trus tidak bangun-bangun... karena dia tidak bangun-bangun lagi, saya takut terus lari...saya tinggalin gitu aja.." kenang Andy.

Seperti tidak pernah merasa cukup, Saijo kecil terus belajar ilmu-ilmu kebatinan dari sang kakek. Ada beberapa hal yang membuat dirinya sangat termotivasi untuk lebih banyak lagi belajar ilmu kebatinan.

"Saya tertarik ilmu ini kenapa? Karena di daerah saya waktu itu angker. Banyak gendruwo, banyak memedi (setan atau hantu - Red). Ada memedi yang hanya kepala saja, dan sering tertawa-tawa. Nah..ilmu kebatinan itu bisa menolak, dan mengusir memedi dan gendruwo itu. Selain itu, saya banyak di hina orang karena saya miskin. Saya merasa perlu ilmu kekebalan. Saya senang ilmu untuk berkelahi. Supaya saya jika di hina orang, saya bisa hajar orang itu. Hal itu saya buktikan, bahwa saya memiliki kapasitas untuk itu."

Namun dibalik semua motivasinya itu, ada satu kepedihan yang mendalam yang menjadi motivasi utama Timotius Andy muda untuk mempelajari ilmu-ilmu. Dia begitu ingin membunuh sang ayah. Baginya, sosok ayah adalah pribadi yang tidak bertanggung jawab dan telah sering menyiksa ibunya.

"Ayah saya ini, jika ibu saya sudah hamil, dia tinggal. Kemudian datang lagi, hamil lagi, lalu minggat lagi. Ayah saya ini ilmunya kuat, jadi ibu saya tidak bisa menolak. Ibu saya tidak bisa ngomong ‘tidak'. Sama sekali ngga bisa."

Ayahnya pergi meninggalkan dendam dan kepedihan di hati Saijo muda. Bahkan kemudian sang ibu yang sangat dikasihinya pun pergi meninggalkannya seorang diri.

"Kalau di kepercayaan orang jawa, tempat menyimpan air itu katanya bisa digunakan untuk memanggil ayahnya atau ibunya jika mereka tidak pulang."

Hari itu, Saijo memanggil-manggil ibunya sambil menangis.

"Mak'e....mak'e....mak'e...saya laper mak'e...pulang mak'e.." demikian Saijo muda berteriak lirih di gentong tempat penyimpanan air.

"Saya berkali-kali berteriak sambil menangis dan kelaparan. Saya kelaparan..tiga hari tiga malam saya tidak makan. Tidak ada yang ngasih makan saya.."

Melihat penderitaan sang cucu, kakek Saijo memberikan sebuah mandat kepadanya.

"Cucuku... kakek kasih ilmu ke kamu. Kalau kamu bertemu dengan ayahmu, sembelih saja lehernya.."

Dendamnya pada sang Ayah bertambah besar, apalagi ditambah dengan didikan dan ilmu-ilmu sang kakek. Dendamnya itu dibawa Saijo hingga dia dewasa. Dalam upayanya berguru ilmu ke pulau Sumatera, Saijo yang sudah bertumbuh dewasa  bertemu dengan sang Ayah. Setelah belasan tahun tidak bertemu dengan Ayahnya, Saijo berharap ayahnya sudah berubah dan menerimanya dengan kasih sayang. Namun sikap sang ayah ternyata jauh dari harapannya itu.

"Siapa ini..? siapa kamu..?" demikian reaksi ayahnya ketika bertemu dengannya.

"Ini Saijo pak..anak bapak..."

"Aku ngga merasa punya anak bernama Saijo..."

Saijo di usir begitu saja oleh ayahnya. Hal tersebut membuat dendam dan kebencianya semakin mendalam.

"Hati saya terluka... saya kecewa sekali... Seorang ayah yang tidak pernah bertemu dengan anaknya selama puluhan tahun.. waktu itu sekitar delapan belas tahun loh.. dari kecil.. harusnya kan seneng.. antusias ketemu dengan anaknya..tapi dia tidak."

Perkataan ayahnya itu menambah luka di hati Saijo. Dendam dan kebenciannya belum bisa dia balaskan, karena dia merasa ilmunya belum cukup kuat untuk menandingi sang ayah. Saijo pun meneruskan perjalananya untuk belajar ilmu-ilmu di pulau Sumatera, hingga dia merasa cukup sakti untuk membunuh ayahnya sendiri.

Tiba waktunya, sebuah kesempatan untuk membunuh ayahnya tiba.

"Waktu itu ayah saya sakit, tapi sakitnya seperti tidak lumrah. Tapi walau dalam keadaan sakit, perkataannya tetap pedes. Anaknya dikutuki terus.."

Saijo tidak tahan dengan perlakuan sang ayah, dan menantangnya berduel.

"Dari pada ayah kutuk saya terus, kita beradu saja deh.."

"Ya udah..kalau kamu bisa kalahkan ilmunya ayah..berarti kamu jago.." ayahnya pun tidak merasa takut.

"Saya cepat baca mantra-mantra, langsung saya tangkap ayah saya. Saya tidak beri kesempatan. Langsung saya tangkap ayah saya, saya terkam dia. Bahu kanan dan paha atasnya saya pegang dan saya angkat ke atas, langsung saya bawa keluar. Saya mau pecahkan kepalanya..."

Belum sempat Saijo membanting ayahnya, kakak perempuannya tiba-tiba muncul memperingatkannya..

"kalau kamu sampai membunuh ayah kamu...kamu akan di penjara... sadar..sadar..."

Andy sekonyong-konyong sadar bahwa apa yang dilakukannya bisa membahayakan masa depannya.

"Langsung saya bawa masuk lagi ke kamarnya, saya banting.. ‘duer...!' Ayah saya berdarah, saya tidak tahu itu darah keluarnya dari mana..."

Sang ayah dalam kemarahannya yang amat sangat mengutuk Andy, "Karena kamu sudah berani dengan saya, aku bersumpah kamu tidak akan melihat matahari. Umurmu akan pendek, dan kamu akan miskin seumur hidup."

Saat itu Saijo merasa kekuatannya yang dimilikinya berkurang. Dia tidak bisa tidur, karena ketakutan atas kutuk yang diucapkan oleh ayahnya. Beberapa bulan kemudian, ayahnya meninggal dunia karena darah tinggi.

Sekalipun ayahnya telah meninggal, Saijo tetap di hantui oleh kutukannya. Berbagai cara dilakukannya untuk mematahkan kutukan tersebut, tidak sedikit orang pintar ditemuinya, namun tidak ada satupun yang memberikan jalan keluar kepadanya. Hingga suatu hari, seorang kenalan memberikan sebuah petunjuk yang akan mengubahkan hidupnya.

"Teman saya berkata lepasnya kutukan terhadap saya itu, caranya harus bertemu dengan Tuhan Yesus. Saya tanya caranya gimana bertemu Tuhan Yesus, dia bilang kalau diapun tidak tahu.."

Lalu Saijo pun mencari Tuhan Yesus dengan cara yang dia tahu. Dia berdoa meminta Tuhan Yesus untuk menemuinya dan berpuasa.

"Saya berdoa, ‘Tuhan Yesus, saya tidak akan makan dan tidak akan minum mulai jam detik ini, kalau Tuhan Yesus tidak menemui saya.' Saya pikir mencari Tuhan Yesus ini tidak lama. Saya puasa, satu hari, dua hari, tiga hari.. tapi kok blom ketemu. Tapi saya sudah berjanji, dari pada saya mati di kutuk  oleh ayah saya, lebih baik saya mati karena mencari Tuhan. Akhirnya saya terusin sampai hari ke 14, sekitar setengah satu malam, saya mendengar suara memanggil saya. Suaranya lembut, suara itu belum pernah saya dengar. Suara itu berkata, ‘Akulah Tuhan yang bisa melepaskan kamu.' Pada waktu itu saya sujud, saya sembah dia. Saat itu saya minta tanda, kalau Yesus itu Tuhan dan Juru Selamat, saya minta tanda. Akhirnya Yesus mengulurkan tangganNya. Saya tidak melihatnya, tapi saya merasakan tangganNya di atas dahi saya. Ketika tangan itu ada di dahi saya, seperti setrum sebuah aliran mengalir ke tubuh saya, seperti api itu rasanya. Pada waktu itu, karena seluruh badan saya bergerak, saya berkata dalam hati saya, ‘mati saya...' Begitu saya bilang ‘Mati' tangan itu mulai di angkat, lepaskan. Selesai dilepaskan saya merasakan suatu kedamaian yang belum pernah saya rasakan dalam hidup ini."

Kasih Yesus memenuhi hatinya, Saijo benar-benar menyadari akan segala dosa-dosanya.

"Malam itu saya sadari bahwa saya ini adalah orang yang sangat jahat. Saya minta ampun pada Tuhan... Hampir sepanjang malam itu saya menangis meminta ampun pada Tuhan. Saya bertobat. Saya sungguh-sungguh menyadari, kalau saya tetap hidup, apa yang ayah saya katakan itu akan terjadi. Kalau saya mati, waduh... berarti saya sudah tidak ada pengampunan. Tetapi karena kasihNya yang begitu besar itu, saya bisa melepaskan semua beban, dosa dan kesalahan saya dengan orangtua saya."

Saijo yang setelah bertobat dikenal dengan nama Timotius Andy ini akhirnya melepaskan semua ilmu dan jimat-jimatnya. Kini kehidupan Timotius Andy benar-benar diubahkan, dan hidupnya menjadi penuh kasih.

"Begitu saya bertobat dan mengikut Yesus, saya merasakan ada suatu kebahagiaan, ada suatu kedamaian, ada suatu ketentraman memenuhi hidup saya," demikian tutur Andy ketika menutup kesaksiannya.


Sumber Kesaksian:

Timotius Andy

 

Sumber : V130909195950
Halaman :
1

Ikuti Kami