Kisah Nyata Darwis dan Pengampunan Bagi Pembunuh Ayahnya

Family / 7 August 2013

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Darwis dan Pengampunan Bagi Pembunuh Ayahnya

Budhi Marpaung Official Writer
21761

Pengampunan itu adalah sesuatu hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Dan hanya kasih dari Tuhan Yesus sajalah, yang memampukan seseorang untuk mengampuni. Hal ini dibuktikan oleh Juliati dan anak-anaknya, yaitu Darwis, Lukas dan Ivena dengan mengampuni pembunuh yang telah membunuh ayahnya. Inilah Kisah Nyata Darwis dan Pengampunan Bagi Pembunuh Ayahnya.

Almarhum Asin adalah seorang yang sangat disayangi oleh keluarganya, karena ia sangat baik kepada istri dan anak-anaknya. Ia sering bermain Playstation bersama anak-anaknya, dan sering memancing dengan keluarganya. Lukas sempat membandingkan orang tuanya dengan orang tua teman-temannya dan ia merasa bahwa ayahnya adalah sosok ayah yang benar-benar baik dibandingkan orang tua yang lainnya.

Pada hari sabtu itu, saat Asin sekeluarga hendak makan malam keluar, Asin merasakan sebuah firasat tidak enak dan menceritakan hal itu kepada istrinya.

"Saat siang sebelum makan malam, suami saya berkata bahwa ia memiliki firasat buruk, tapi ia tidak tahu firasat apa, oleh karena itu saa tidak menghiraukannya. Ketika kami akan pergi makan malam saya, anak-anak saya dan teman Darwis menunggu suami saya diluar rumah. Namun kami bertanya-tanya, mengapa lama sekali keluar dari rumah. Pada saat itu kami pikir, suami saya sedang mengangkat telepon. Lalu kami masuk kedalam rumah dan melihat kalau ternyata suami saya telah tergeletak dilantai dan telah bercucuran darah."  kata Juliati.

Darah sudah menggenangi lantai, dan Asin sudah tidak bergerak lagi. Dengan pertolongan tetangga, Darwis dan beberapa temannya membawa almarhum Asin ke rumah sakit dengan menggunakan bajaj. Namun, ditengah perjalanan untuk menyelamatkan nyawa ayahnya, tiba-tiba bajaj itu mogok. Akhirnya, Darwis mencari angkutan yang lain, tetapi tidak ada yang mau mengangkut dia. Darwis mengambil tindakan nekat, dia berdiri di tengah jalan dan memberhentikan sebuah mobil taksi dan tindakannya membawa hasil. 

Sang ibu yang tidak ikut mengantar suami tercintanya tersebut akhirnya tiba di rumah sakit diantar teman-temannya dan dengan segera melihat kondisi suaminya.

Saat itu, dokter yang menangani Asin memberi penjelasan kepada Yuliati, "Bu, ini bukan karena terjatuh, ini suatu pembunuhan dan ibu sudah terlambat datangnya, orang ini sudah habis darahnya semua." Mendengar hal itu, Juliati terdiam tak dapat bicara apapun.

Asin meninggal dunia akibat 20 luka tusukan dan kehabisan darah. Mengetahui sang ayah sudah meninggal dunia, Darwis mengalami kekecewaan yang luar biasa kepada Tuhan. Di dalam kekecewaannya, Darwis mulai mempersalahkan Tuhan dan menganggap bahwa DIA tidak ada dalam dunia ini. 

"Saya bilang sama mama saya, saya ngga percaya lagi sama Tuhan Yesus! Kalau Tuhan Yesus ada, Dia harusnya sanggup jaga keluarga saya" kata Darwis

Mendengar hal itu, Ibunya tidak bisa berkata banyak kepada Darwis dan melarang dia untuk mengucapkan hal itu kepada Tuhan sambil meninggalkannya karena ingin menutup pintu toko.

"Saya pikir pembunuhnya masih ada didalam toko saya. Oleh karena itu saya pulang ke toko dan menggembok pintu toko tersebut." ujar Yuliati.

Setelah polisi bekerja selama berjam-jam melakukan penelusuran mencari pembunuh tersebut di toko Yuliati, akhirnya pembunuh itu tertangkap sedang bersembunyi diantara tumpukan drum.

Dari rumah sakit, sang ayah dipindahkan ke rumah duka. Sekeluarga masih berharap bahwa sang ayah akan bangkit dari kematian. Sebelum hari penutupan peti dilakukan, Darwis dan keluarga terus berdoa kepada Tuhan akan adanya keajaiban terjadi dalam beberapa hari tersebut. Akan tetapi, hal itu tidak terjadi dan sang ayah tercinta tetap tertutup matanya.

Tibalah hari penutupan peti, setelah acara tersebut, akhirnya sang ayah dibawa ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) dan diturunkan ke liang kubur.

"Dalam hati, saya hancur sekali. Secara jiwa, saya ini sudah pengen gila," ungkap Ibu Juliati .

Darwis dan Lukas yang masih terluka terhadap kematian ayahnya karena dibunuh dengan kejam merencanakan suatu pembunuhan terhadap pelakunya. Mereka berdua menyewa dua orang misterius untuk melancarkan aksinya tersebut. Hal ini diketahui oleh Ibunya dan dia melarang mereka untuk melakukan aksinya tersebut. Ibunya, Juliati tahu bahwa hak pembalasan adalah haknya Tuhan, bukan manusia.

Kehilangan sang suami sekaligus ayah membuat Juliati dan anak-anaknya harus melupakan dan memulai kehidupan baru. Tetapi, hal ini tidaklah mudah karena terkadang mereka merasa bahwa Asin masih bersama-sama dengan mereka dan ini mereka jalani kurang lebih 1 tahun lamanya.

Rasa kecewa dan dendam kepada pembunuh ayahnya yang masih terus tersimpan dalam hati Darwis dan Lukas membuat diri mereka selama bertahun-tahun terkungkung di dalam perilaku-perilaku negatif yang sebelumnya belum pernah mereka lakukan, yakni merokok.

Masih di dalam rasa kekecewaan dan dendam, Darwis dan Lukas menghadiri sebuah persekutuan pemuda dalam waktu dan tempat yang berbeda. Pada pertemuan ibadah tersebut, mereka diperhadapkan dengan sebuah tantangan besar.

Lukas mengatakan bahwa Khotbah yang didengarnya pada saat itu mengenai pengampunan. Hal yang sama diungkapkan oleh Darwis. Dia berkata bahwa Pendeta yang berkhotbah menantang jemaat yang hadir pada saat itu untuk melepaskan pengampunan kepada papa mereka. Teman-teman Darwis merasa sukacita setelah melepaskan pengampunan dan mereka memuji Tuhan, tetapi Darwis merasa sangat sedih.

Pada hari itu, Tuhan menghampiri Darwis dan bertanya, "Darwis, kamu tahu aku siapa?"  Darwis menjawab, "Aku ngga mau tahu Tuhan!" Kembali pribadi penuh kasih itu bertanya, "Darwis, kamu tahu tidak aku siapa? Saat itu sebuah pernyataan yang luar biasa Darwis terima, "Saya bukan hanya Tuhan bagi kamu, saya adalah papa bagi kamu."  

Namun sepertinya didalam diri mereka merasakan ada sesuatu yang menolak untuk dapat mengampuni pembunuh tersebut. Mereka merasa ayah tercintanya telah dibunuh, dan mereka tidak akan pernah merasakan kebahagiaan seperti yang diberikan ayahnya dahulu. Namun, kasih Tuhan membuat mereka dapat melepaskan pengampunan atas pembunuh ayah mereka, hingga akhirnya kehidupan mereka dipulihkan dan dapat merasakan kasih dan sukacita dari Tuhan kembali.

Saat ini, Darwis dan seluruh keluarga sudah dapat mengampuni pembunuh tersebut dan tidak hanya itu saja, mereka telah menjadikan Tuhan Yesus bukan hanya Tuhan dan juru selamatnya, tetapi juga adalah Bapa mereka untuk selama-lamanya. 

Sumber Kesaksian:
Darwis

 

 


Sumber : V090225105429
Halaman :
1

Ikuti Kami