Di suatu musim dingin bersalju, seorang suami diajak oleh istrinya untuk menghadiri ibadah Natal di gereja. Sang suami menolak sehingga istrinya pergi sendirian. Ketika sang suami sedang duduk di perapian sambil menyeruput secangkir teh hangat, tiba-tiba dia mendengar kegaduhan di jendelanya. Ternyata ada seekor burung yang menabrak-nabrakkan dirinya, berusaha untuk masuk.
“Ah, mungkin burung itu ingin merasakan kehangatan di dalam sini,” pikirnya. Saat dia membuka pintu dan mendekati burung itu, burung itu pun langsung terbang. Diapun masuk kembali ke dalam rumah.
Tak lama kemudian, kegaduhan kembali terjadi saat si burung yang sama datang kembali. Kali ini, dia berpikir lebih cerdas. Dia sengaja menjatuhkan remah-remah roti yang membentuk jalur masuk ke pintu rumahnya. Si burung pun memakan remah-remah itu. Namun begitu tiba di depan pintu dan melihat pria tersebut menunggu, dia pun terbang kembali.
Pria itupun jadi gregetan, dia bergumam kesal, “Mengapa burung itu selalu terbang pergi? Padahal aku tidak berniat jahat padanya, aku ingin menolongnya. Aku ingin memberikannya suatu kehangatan di tengah cuaca yang dingin ini.”
“Andai aku bisa menjadi burung atau paling tidak berbicara dalam bahasa burung, ingin sekali kukatakan maksud baikku pada burung tadi, bahwa aku ingin menolongnya,” ujarnya lagi.
Entah bagaimana, pikirannya melayang mengenai Natal. Dia tersadar bahwa Yesus hendak berbicara kepada kita sama seperti dia ingin menyampaikan maksudnya pada burung itu. Dengan begitu, Yesus harus turun dan menjadi sama seperti manusia, agar kita mengerti apa yang ingin Dia sampaikan.
Baca juga :
Berbagai Sajian Makanan Bernuansa Natal
Ajarkan Anak Natal, Ajarkan Kasih
Tips Agar Kue Kering Tidak Keras
Setelah 10 Tahun Menunggu, Akhirnya Dapat Juga
Peluang Usaha Baru : Iklan di Tisu Toilet
Sumber : wordpress.com by lois horiyanti/jawaban.com