Kisah Nyata Domini Budianto : Kematian Anak Membawa Kebaikan

Family / 22 November 2013

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Domini Budianto : Kematian Anak Membawa Kebaikan

Budhi Marpaung Official Writer
16084

4 Februari 2008, cuaca yang cerah dan penuh sukacita mengawali hari Domini bersama keluarganya.

“Dia dalam segala hal selalu mengalah kepadanya kakaknya. Andre dengar saat itu, dia tidak tidur. Dia sedang berbaring di paha mamanya. Dia gak komen apa-apa,” kata Domini. 

Tawa dan senyum kebahagiaan terpancar jelas dalam keluarga Domini.

“Mamaku cantik, dia bilang. Itu kata-katanya yang terakhir. Saya anter sampe ke dekat sekolah, mau masuk ke ruangan. Dia masih rangkul saya, saya masih periksa uang jajannya. Sampe dadahan, itu terakhir lihat dia,” ungkap Farida, istri Domini.

Siang itu, sepulangnya Andre dari sekolah, ibunya sempat berjanji untuk segera menemui Andre, namun janji dan keceriannya di wajah mereka itu akan hilang dan berganti dengan duka.

“Pembantu saya nangis sambil telepon, ‘Andre pak, Andre pak..’ Saya masih pikirnya dia pingsan karena kecapekan. Saya pun minta dia tidak panik dan membawa Andre ke rumah sakit dan bertemu disana,” tutur Domini.

“Saya dapat telepon dari papanya, katanya, ‘ma, Andre pingsan, ma, sekarang dia sedang di rumah sakit’,” paparnya.

Farida pun bergegas dari kantor menuju ke rumah sakit. Namun belum sampe ke kantor, ia sudah bisa bertemu dengan mobil keluarga yang membawa Andre. Ia pun pindah mobil dan masuk ke mobil dimana Andre sedang terbaring.

“Saya pegang kakinya, dingin. Saya panggil namanya sepanjang jalan, namun ia tetap tidak bereaksi hingga sampai ke rumah sakit,”

“Sesampainya di rumah sakit, anak saya langsung dipasangkan monitor. Gak lama saya lihat susternya ambil suntik, gak lama rata”

Farida mengaku tidak memilki firasat apa-apa terhadap anaknya, Andre. Selain karena tidak mengalami sakit, ia masih berkomunikasi sebelumnya dengan sang anak.

“Sulit saya terima bahwa Andre sudah tidak ada. Saya tidak bisa mengatakan apa. Mungkin orang melihat saya tegar, tetapi saya tidak sadar bahwa Andre sudah tidak ada,”

“Perasaan saya, Andre itu seperti tidur aja karena memang dia tidak sakit. Saat besok kami lihat, telinganya sudah mulai biru karena lebam mayat, hidungnya keluar darah. Disitulah saya merasa, iya benar Andre sudah meninggal,”

“Saya tidak berpikir macam-macam saat itu. Yang ada di dalam pikiran saya, mungkin inilah yang terbaik untuk anak saya, Andre,” pungkas Domino.

Lain Domino, lain Farida. Kesedihan mendalam terus menguasai dirinya. Air matanya seakan tidak berhenti untuk mengalir. “Memang kalau dia ingat Andre, waduh histeris banget dia. Istilahnya mungkin melolong ya nangisnya. Dia bisa meraung-raung,”

“Tuhan itu gak adil sama saya, Tuhan terlalu kejam. Tuhan itu kan kasih, tapi kasih-Nya mana buat saya, gak ada kan buktinya ?,” kata Farida.

“Saya bilang ke istri saya ‘ngga, Tuhan gak pernah hukum kita kok dengan kejadian ini. Karena kesalahan kita, Tuhan hukum, dimana sifat kasih Tuhan. Orang yang gak kenal Tuhan aja, Tuhan pelihara’,” ujar Domino.

Mengakhiri kesedihan

Melalui secarik kertas kosong, Farida mulai menulis mengenai kepedihan hatinya. “Saya kecewa sama Tuhan. Kalau bisa saya susul Andre ya, tapi gak mungkin ya. Belum waktunya Tuhan. Saya cukup lama gak bisa berdoa. Dalam keterpurukan saya, saya mengalami kebimbangan, ‘kalau saya menjauh dari Tuhan, saya makin hancur ya, tapi kalau saya berdoa saya juga gak bisa’. Akhirnya saya hanya bisa berkata dalam doa saya, ‘Tuhan, tolong saya, berikan saya kekuatan’”

Tulisan demi tulisan terus digoreskannya. Dalam kesedihan dan keputusasaan Farida, kekuatan mulai ia dapatkan. “Dalam hati saya seperti ada suara yang mengatakan, ‘Kamu harus belajar mengucap syukur senantiasa. Kamu nangis, Tuhan Yesus pun menangis bersama kamu. Apa yang kamu alami, Dia tahu. Hanya Dia satu-satunya jalan keluar buat kamu.”

“Waktu subuh saya berdoa, hanya satu yang bisa saya serukan kepada Tuhan, ‘kalau saya jauh dari-Mu, saya hancur,”

Dalam kesedihan, seorang sahabat datang dan semakin memberi kekuatan bagi Farida. “Setiap minggu dia datang, saya curahkan isi hati sampaikan ke dia. Pelan-pelan saya mulai terhibur, ada kekuatan bagi saya”

Melalui tulisan-tulisan tangan yang pernah Farida lakukan, tercetaklah sebuah buku berjudul ‘You Raise Me Up’. Melalui buku inilah, keluarga inilah membantu keluarga-keluarga yang pernah merasakan kehilangan seperti apa yang mereka rasakan.

“Kami belajar untuk menghibur orang lain dan dengan menghibur orang lain, Tuhan makin menguatkan kami,” aku Farida.

Kini tawa dan sukacita itu telah kembali ke dalam keluarga ini. “Istri saya sekarang sudah bisa terima bahwa apa yang Tuhan lakukan di dalam kehidupan kita, di dalam kehidupan dia, di dalam kehidupan keluarga kami, semuanya dalam rancangan Tuhan,” tutur Domoni mengakhiri kesaksiannya.  

Sumber kesaksian:
Domini Budianto
Sumber : V120813230332
Halaman :
1

Ikuti Kami