Sejujurnya hidup sebagai orang Kristen tidaklah selalu mudah. Ada gesekan antara apa yang kita harapkan sebagai pengikut Kristus dengan realita yang kita hadapi sehari-hari.
Ketidakpuasan kita akan Kekristenan terletak pada keinginan kita. Bukannya kita tidak ingin memiliki saat teduh, merasakan hadirat Tuhan, atau menghabiskan waktu bersama-Nya dengan Dia. Bukan demikian. Masalahnya adalah kita lebih menginginkan hal-hal lain daripada itu semua.
Dalam Matius 5:6 Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.” Yesus mengetahui bahwa manusia kekurangan rasa lapar akan Tuhan. Kita terlalu cepat puas dengan kesenangan sesaat yang ditawarkan dunia.
Mengapa kita tidak memiliki lebih banyak rasa lapar akan Tuhan? Mengapa kita puas saat mengejar hal-hal yang di jauh di bawah Tuhan? Mari kita melihat dua alasannya.
Kita tidak memahami kelaparan jasmani
Kebanyakan kita yang tinggal di Amerika bagian Barat kurang paham tentang masalah kelaparan fisik. Pasalnya, makanan ada di mana-mana. Namun, konsep kelaparan secara fisik tidak dapat diterapkan kepada kelaparan rohani. Kita terbiasa makan dengan ‘porsi kecil’ (seperti kotbah singkat, doa singkat, baca Alkitab sekali-dua kali dalam seminggu), namun mengharapkan roh kita kenyang dan ternutrisi.
Namun cara itu tidak akan berhasil. Untuk memuaskan rasa lapar rohani, kita harus melakukan lebih banyak usaha—dan kita enggan melakukannya. Diperlukan banyak konsentrasi dan dedikasi; dan kita seakan terlalu sibuk untuk hal tersebut.
Kita juga memiliki kelaparan akan begitu banyakhal. Kita memiliki sekumpulan ‘nafsu makan’ (secara fisik, emosi, rohani, dll) namun kita punya waktu dan energi yang terbatas untuk memberi makan semuanya. Kita mengisi hari-hari dengan mengejar makanan jasmani, hiburan, kenyamanan, kepuasan, hubungan, tujuan, dan ambisi. Lalu saat hari itu akan berakhir, kita berseru kepada Tuhan, “Bapa, mengapa aku tidak lapar akan Engkau?”
Kita punya begitu banyak kelaparan yang harus dipuaskan setiap harinya, dan jika kita menghabiskan seluruh energi untuk memuaskan rasa lapar akan makanan dan hiburan, kita tidak punya lagi sisa energi untuk memuaskan kelaparan rohani. Sementara kita sibuk berpesta dengan hal lain, rohani kita sedang kelaparan.
Kita tidak memahami nutrisi rohani
Alasan kedua mengapa kita sulit mengembangkan rasa lapar akan Tuhan adalah kita tidak memahami kebutuhan rohani kita yang terutama. Murid-murid Yesus memberi contoh tentang kurangnya nutrisi rohani ini di dalam Yohanes 4. Di awal Yohanes 4 dituliskan percakapan yang luar biasa antara Yesus dan seorang wanita Samaria di pinggir sumur. Yesus menggunakan rasa haus (secara jasmani) yang dimiliki wanita ini untuk menjelaskan kebutuhan rohaninya dan kemudian memberitakan injil. Yesus menawarkan ‘air hidup’ yang akan menjadi ‘mata air yang terus memancar sampai kepada hidup kekal’ ([kitab]yohan4:10,14[/kitab]).
Sementara itu, di mana murid-murid Yesus saat perbincangan yang mengubah hidup wanita itu terjadi? Mereka sedang mencari makan di kota! Ketika mereka kembali kepada Yesus, mereka mengacuhkan wanita yang diajak berbincang oleh Yesus itu dan justru malah memaksa Yesus untuk makan. Perhatikan pembicaraan mereka.
Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: "Rabi, makanlah." Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal." Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: "Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?" Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. (Yohanes 4:31-34)
Pikiran para murid benar-benar terpusat pada selera makan jasmani mereka, padahal Yesus lebih tertarik pada makanan rohani—yakni melakukan kehendak Bapa-Nya dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Sejauh ini, saat-saat paling memuaskan yang saya alami dalam hidup adalah ketika saya yakin telah melakukan apa yang Tuhan kehendaki bagi saya—yakni ketika saya melayani, bersaksi, dan bermurah hati. Momen-momen itu mengingatkan saya bahwa mencoba memuaskan diri sendiri tanpa taat pada kehendak Tuhan akan mengakibatkan frustrasi, kekosongan, dan keputusasaan. Kita semua memerlukan makanan rohani, dan makanan rohani yang mendasar adalah hidup serta bertindak dalam batas-batas kehendak Allah.
Sebagai pengikut Kristus, kita hendaknya mengesampingkan kelaparan kita akan perkara duniawi pada waktu-waktu tertentu demi menikmati makanan dari Tuhan dan menaati kehendak-Nya. Berdisiplin puasa dapat membantu kita untuk melepaskan diri dari ikatan kelaparan duniawi dan menuju hidup yang penuh keseimbangan serta kepuasan rohani. Berpuasa membantu mengalihkan fokus kita dari dunia kepada Tuhan.
Sumber: James MacDonald (Harvest Bible Chapel, Chicago, AS)
BACA JUGA:
Bau Mulut Seperti Aroma Buah? Bisa Jadi Anda Terkena Diabetes!
Dapat Nomor Urut 666, Pelari ini Ogah Bertanding
Miley Cyrus dan Rihanna Dinilai Sudah Keterlaluan
Forgiving Our Parents, Forgiving Ourselves
Paus Francis & Ribuan Katolik Doakan Korban Topan di Filipina
Yuk Minum Obat Malam yang Menyembuhkan!
Sumber : James MacDonald/lifeway.com/yk