Kisah Nyata Etty Ditinggal Mati Suami dan Anak-anak

Family / 22 October 2013

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Etty Ditinggal Mati Suami dan Anak-anak

Yenny Kartika Official Writer
32009

Lahir dari pasangan suami istri yang bercerai kemudian menikah lagi, membuat Sofie Lestari alias Etty tidak pernah mendapat contoh bagaimana menjadi anak baik. Hidupnya keras dan bebas. Etty tumbuh menjadi seorang gadis cuek, liar, namun menarik banyak perhatian.

Kisah dimulai saat Etty remaja mengalami perjumpaan dengan seorang pria, yang merupakan teman kakaknya. Kala itu, si pria mengajak Etty berbincang hingga malam hari. Etty kemudian diajak ke rumah pria itu. Di sana, ternyata sudah tersedia ‘minuman’ untuk Etty. Saat dirinya telah teler dan menjadi mabuk, pria itu melakukan hubungan badan dengan Etty. Etty bukannya menolak atau meronta, tapi dia pasrah saja.

“Saya minum udah teler mabuk, ya begitu saya disetubuhi lagi sama dia, ya saya melakukan lagi. Saya udah enggak ada pikiran apa-apa. Saya pikir dengan kejadian saya udah seringkali bukan sama dia aja berarti ya, udahlah,” kata Etty.

Etty mengaku merasa aman dengan pria yang bersetubuh dengannya itu. Apapaun yang pria itu lakukan terhadapnya, Etty mau-mau saja. Tapi itu semua bukan didasari cinta, karena pria tersebut adalah orang Ambon dan bagi Etty itu bukan tipe lelaki idamannya.

Suatu kali Etty menemukan dirinya hamil. Etty terjebak. Dia sudah lama berencana ingin meninggalkan pria ini, namun malangnya dirinya terlanjur berbadan dua. Tapi Etty tidak ambil pusing. Dia berencana membuang saja anaknya kalau lahir kelak.

Namun akhirnya niat itu diurungkan Etty. Pasalnya, dia malah menyayangi buah hatinya itu. Tak lama setelah bayi itu lahir, Etty kembali mengandung. Sebelas tahun lamanya Etty dan pria itu tinggal serumah tanpa status pernikahan. Etty dan pria itu memiliki 5 anak.

“Saya hidup sama dia, dari mulai punya anak pertama sampai anak kelima. Saya juga merasa malu karena enggak nikah,” ungkap Etty.

Etty ingin memberikan status bagi hubungan dia dengan pria itu sekaligus bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, Etty menyampaikan keinginannya kepada si pria untuk meresmikan hubungan mereka berdua.

“Karena saya juga pengen status buat saya dan anak saya, akhirnya saya mau menikah secara resmi.”

Tahun 1992, anak Etty tertimpa penyakit leukemia. Anaknya diinfus begitu banyak darah, namun tak lama berselang darah malah keluar lagi.

Takdir tak bisa dihindari. Etty pun harus melepas kepergian anak keduanya selama-lamanya.

Peristiwa naas terjadi sekitar tujuh tahun setelahnya. Waktu itu, anak laki-laki Etty meminta ijin untuk pergi ke bengkel. Tidak ada firasat apapun dalam hati Etty, sehingga dia mengijinkan putranya itu pergi. Tiga hari kemudian, Etty mendapat panggilan dari rumah sakit. Di sana Etty menemukan putranya tergolek di ranjang yang baru keluar dari ambulans, dalam keadaan sekujur tubuhnya ditutupi kain.

Untuk kedua kalinya Etty harus melepaskan nyawa anaknya. Kali ini sang putra meninggal dunia akibat overdosis menggunakan narkoba.

Kejadian tersebut membuat Etty kehilangan semangat hidup. Namun belum selesai batinnya tersiksa dengan kematian anak-anaknya, Etty harus menghadapi kehilangan yang ketiga: sang suami. Suami Etty meregang nyawa akibat serangan jantung.

“Semenjak suami saya meninggal, saya merasa sendiri. Ke sana ke mari, saya bingung juga. Saya baru merasakan, enggak punya suami itu enggak enak juga. Kalau saya lagi sendiri, yang jahatnya (suami) bisa hilang, saya hanya ingat kebaikannya dia,” kata Etty.

Etty menyimpan pergumulan itu dalam hatinya saja. Dia tidak pernah bercerita kepada teman atau siapapun. Lama-kelamaan, Etty merasa jenuh.

“Saya minta tolong sama siapa ya?”

Sampai beberapa tahun kemudian, seorang kerabat datang dan mengajak Etty mengikuti sebuah persekutuan.

“Waktu saya mulai masuk ke kebaktian doa, mereka ramah dan menyambut saya dengan baik. Saya lihat mereka berbeda dengan teman-teman saya yang di luar.”

Kepada pembimbing yang ada di tempat itu, Etty menceritakan kesedihannya yang selama ini dia pendam. Dia menceritakan kematian anak keduanya, anak laki-laki satu-satunya, dan suaminya.

Jeannet Ponggawa, pembimbing rohani Etty, memberitahu Etty bahwa Tuhan Yesus sangat mengasihi dia dan mau menolong dia.

Etty terharu. “Justru mereka yang tidak mengenal saya, ternyata mereka yang memperhatikan saya. Seperti ada yang mengasihi saya, sehingga saya tidak merasa sendirian,” ungkap Etty.

Ada sebuah perubahan besar terjadi kepada Etty. Sejak datang ke persekutuan doa itu, Etty mulai membuka hatinya untuk dibimbing. Di sanalah, ia mulai memahami tentang sebuah kebenaran.

Ayat berikut ini disampaikan Jeannet kepada Etty: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28)

“Sekarang saya tahu bahwa Yesus adalah Tuhan dan juga Juruselamat saya, dan juga telah mengampuni dosa-dosa saya di masa lalu. Ternyata memang benar Tuhan Yesus luar biasa. Ke manapun, Tuhan Yesus selalu berada di dekat saya.”

“Dulu yang saya merasa tidak berharga, hidup saya hampa, sekarang saya berharga di mata Tuhan Yesus dan Tuhan Yesus juga menyayangi saya,” kata Etty menutup kesaksiannya.

 

Sumber Kesaksian:

Sofie Lestari (Etty)

Sumber : V131022110646
Halaman :
1

Ikuti Kami