Injil Menurut Starbucks

Book / 7 October 2013

Kalangan Sendiri

Injil Menurut Starbucks

Yenny Kartika Official Writer
4471

Bagi pecinta kopi, secangkir kopi hangat bukanlah sekedar minuman, namun lebih dari itu: menenggak kopi adalah pengalaman yang sangat sedap.

Starbucks menangkap hal tersebut dan mengolahnya menjadi sebuah bisnis. Banyak orang rela mengeluarkan sejumlah uang, bukan untuk secangkir kopi saja, tetapi untuk sebuah citarasa yang ‘wah’. Oleh karena itu, kita akan melihat banyak orang rela antre dan memesan segelas kopi dengan harga yang jauh di atas rata-rata. Mereka sengaja datang untuk menikmati ‘pengalaman Starbucks’.

Menurut teolog Leonard Sweet, gereja dapat meniru apa yang dilakukan Starbucks. Dalam bukunya yang bertajuk Injil Menurut Starbucks, Sweet memaparkan banyaknya orang Kristen yang telah kehilangan hangatnya dan limpahnya pengalaman hidup bersama dengan Tuhan, akibat dari kegagalan gereja menarik jemaatnya dengan cara yang tepat.

Sweet membandingkan antara injil dengan Starbucks, karena menurut dia, budaya masyarakat kita semakin lapar dengan pengalaman (atau sensasi). Kita dapat merasakan banyak pengalaman, namun hanya ada satu pengalaman yang memberikan kepenuhan dan kepuasan bagi jiwa kita, yaitu pengalaman bersama Tuhan. Jadi, gereja seharusnya memahami rasa lapar masyarakat akan pengalaman ini.

 

Judul: Injil Menurut Starbucks

Penulis: Leonard Sweet

Penerbit: Metanoia

Harga: Rp 49.000,-


 

BACA JUGA:

Pendeta di India ini Dipukul dan Disiksa Pada Saat Ibadah

Kisah Nyata Bruno Caporrimo: dari Mafia jadi Pengikut Yesus

Selama Dipenjara, Pendeta Saeed Abedini Tobatkan 30 Orang

Ketaatan Dimulai dari Rumah

Sumber : Metanoia Publishing | CBN.com
Halaman :
1

Ikuti Kami