Kartu Kredit: Berhutang Tanpa Malu-Malu

Latest News and Events / 24 July 2013

Kalangan Sendiri

Kartu Kredit: Berhutang Tanpa Malu-Malu

Lusiana Official Writer
7272

“Orang kaya menguasai orang miskin, yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi.” – Raja Salomo

Hampir di semua merchant modern selalu ditawarkan dengan melakukan transaksi dengan kartu kredit. Kini bahkan sebagian orang justru bangga bisa membeli dengan kartu kredit. Padahal, kartu kredit adalah bentuk lain dari hutang atau “ngebon”.  Hutang memang tidak lagi menjadi satu hal yang aneh ataupun memalukan dan justru sering disalahartikan sebagai solusi keuangan dan tambahan dana. Ada hutang yang “baik”, yaitu hutang produktif. Misalnya, hutang untuk menambah modal usaha. Tapi, ada juga hutang buruk yaitu hutang yang hanya untuk dikonsumsi. Sayang, lebih banyak orang terlibat hutang jenis ini.

Hutang bukan hanya kebiasaan yang dimiliki oleh individu saja, namun juga oleh sebuah negara. Hutang luar negeri Indonesia, pada 2009 saja dilaporkan mencapai 1,66 trilyun. Jika jumlah itu dibebankan ke 200 juta rakyat Indonesia, masing-masing harus membayar lebih dari 8,3 juta rupiah! Jumlah yang besar bagi mayoritas kita. Di luar negeri pun, sebuah riset terhadap 2000 orang usia 18-33 di Australia dan Amerika didapati 90% di antaranya terjerat hutang.

Ketika hutang sudah dianggap biasa, masalah hutang kini adalah masalah kebiasaan. Masalah hutang sudah menjadi hal umum dalam keuangan banyak orang, termasuk orang Kristen. Meski Alkitab juga menyinggung soal hutang, tapi Alkitab memang tidak secara eksplisit melarang. Perintah di Roma 13:8 pun pada dasarnya bicara tentang hutang dalam arti luas, yaitu dalam hubungan tunduk pada pemerintah. Namun, Alkitab tegas menyatakan bahwa berhutang tidak akan membuat kita dapat hidup sejahtera. Berhutang membuat kita menjadi budak (Amsal 22:7) dan yang lebih tidak berkenan di mata Tuhan adalah jika kita tidak mau membayar hutang kita (Mazmur 37:21).

Nah, kebiasaan apa yang bisa membuat orang biasa berhutang?

Pertama, tidak melihat hutang sebagai masalah. Banyak orang bahkan menganggap hutang sebagai solusi. Padahal, hutang tidak pernah menambah uang Anda! Karena itu, kebiasaan pertama yang harus diubah adalah berhenti menganggap hutang sebagai solusi!

Kedua adalah berhutang tanpa berpikir bagaimana melunasinya. Ingat, sebelum berhutang pastikan Anda bisa melunasinya, bahkan di saat kondisi darurat. Cicilan hutang tidak boleh lebih dari 30% penghasilan bulanan. Selalu mengingat dampak dari hutang akan menolong kita berhenti dari kebiasaan ini dan mulai mengurangi gaya hidup konsumtif. Bagaimanapun lebih baik tidak berhutang.

Mari miliki gaya hidup yang selalu bersyukur dan mencukupkan diri dengan apa yang kita miliki. Kebahagiaan hidup dicapai bukan pada saat tangan kita di bawah, namun ketika tangan kita ada di atas, yaitu ketika kita bisa memberkati orang lain.

Mari ikut bergabung menjadi mitra CBN, sebab di tempat inilah Anda akan menemukan bahwa belajar untuk memberi itu luar biasa. Telah banyak mitra CBN yang mengalami pemulihan keuangan dalam kehidupan mereka. Caranya sangat mudah, isi formulir di bawah artikel ini dan Anda telah menjadi berkat bagi para pemirsa program TV CBN, menolong mereka keluar dari masalah hidup mereka!

Note: Ada sebuah kaos menarik disini, bagi Anda yang bergabung sekarang!

 

Halaman :
1

Ikuti Kami