Penyandang autisme menderita gangguan prilaku ataupun otak. Meskipun mereka tidak mampu bersosialisasi, tapi anak autis tidak bodoh. Mungkin kita bertanya-tanya bagaimana anak bisa mengidap autis, apa penyebabnya, bagaimana cirinya, dan apa cara terbaik yang harus dilakukan untuk menangani mereka. Berikut ini ulasannya :
Penyebab
Banyak pakar autis yang menyebutkan penyakit ini sebagian besar terjadi karena faktor keturunan. Selain itu, faktor lainnya seperti stress, diet, infeksi, usia ibu, dan obat-obatan saat kehamilan juga dapat mempengaruhi anak. Peneliti menemukan resiko yang lebih tinggi jika ibu mengkonsumsi antidepresan selama kehamilan, terutama pada tiga bulan pertama. Ada pula yang mengatakan ibu yang merokok selama hamil pun dapat menyebabkan sang anak autis.
Ciri-Ciri
Menurut Gayatri Pamoedji SE, MHC, pendeteksian gejala autis harus dilakukan segera mungkin. “Biasanya, kasus yang terjadi berawal dari para orangtua datang ke dokter dengan keluhan anaknya sudah tiga tahun tidak bisa berjalan dan tidak bisa bicara. Padahal seharusnya saat umur dua tahun, bila sudah ada yang ganjalan pada anak Anda, segeralah datang ke dokter agar tidak berakibat fatal. Untuk itu, agar kondisi itu tidak terjadi, ketahuilah gejala-gejala penyandang autis sejak dini,” katanya.
Lantas bagaimana mengetahui ciri-ciri anak yang menderita autis? Tujuh ciri utama didasarkan pada M-CHAT (Modified Checklist for Autisme in Tofflers, yaitu :
Apakah anak Anda memiliki rasa tertarik pada anak-anak lain?
- Apakah anak Anda pernah menggunakan telunjuk untuk menunjukan rasa tertariknya pada sesuatu?
- Apakah anak menatap mata Anda lebih dari satu atau dua detik?
- Apakah anak bisa meniru Anda? Bila membuat raut wajah tertentu, apakah anak Anda bisa menirunya?
- Apakah anak Anda memberi reaksi bila dirinya dipanggil?
- Bila anak Anda menunjuk pada sebuah mainan di sisi lain ruangan, apakah anak melihat pada mainan tersebut?
- Apakah anak Anda pernah bermain “sandiwara” misalnya berpura-pura berbicara di telefon atau berpura-pura menyuapi boneka?
Jika jawaban salah satu pertanyaan di atas adalah “Tidak”, maka dipastikan anak menyandang autis.
Penanganan
Orangtua tempat belajar pertama, karena itu ajarkan mereka sesimpel mungkin. Cukup mulai dengan menirukan cara meletakkan sendok dan mengambil. Sekali bisa, selamanya anak bisa. Karena itu, komitmen sangat diperlukan.
Pilihlah sekolah yang sesuai, pendidikan tepat dapat menjadi kunci keberhasilan kualitas hidup penyandang autis.
Pilih juga lingkungan yang tepat, agar anak tidak di-bully
Di Jogja ada terapi kuda untuk anak autis
Game mampu membuat anak autis lebih peka terhadap lingkungannya.
Metode lainnya yang dapat dipakai yakni memberikan pelajaran musik untuk menggugah konsentrasi anak. Anak cukup diberikan pengenalan nada saja, misalnya berbagai bentuk bunyi alat musik. Setelah itu, baru masuk ke musik yang lebih teralur seperti piano. Dengan belajar musik, anak bisa menemukan konsentrasi.
Carilah cara menurunkan stress pada anak maupun stress pada kita sendiri sebagai orangtua.
Sumber : okezone.com by lois horiyanti/jawaban.com