Gara-gara Urusan Perut, Aku Nekat Jadi Perampok

Family / 22 August 2012

Kalangan Sendiri

Gara-gara Urusan Perut, Aku Nekat Jadi Perampok

Budhi Marpaung Official Writer
11141

Demi cita-citanya untuk mendapatkan nasib yang lebih baik, Hendry pergi ke Jakarta. Namun, satu bulan berlalu, Hendry hanya menjadi seorang pengangguran tanpa pekerjaan apapun. Bahkan kehidupan jauh lebih terlantar dibanding ketika ia berada di kampung halamannya.

“Jadi, ngelihat banyak yang tidur di emperan, ya saya jadi ikutan tidur disana,”

Di tengah lelapnya tidur, Hendry dibangunkan oleh sebuah teriakan dan perlakuan kasar. “Ditendang, disuruh pindah dari tempat itu dan dia tidur disitu,”

“Perasaan saya ya merasa tidak pernah merasakan seperti itu, tetapi di perantauan seperti ini. Saya merasa hidup saya tidak memiliki arti”

“Ada rencana untuk pulang, tetapi tidak punya ongkos. Terpaksa berjuang di terminal. Di terminal, kehidupan saya, saya mencoba untuk bagaimana menyambung hidup dengan cara yang halal”

“Jadi solusi pertama saya jadi tukang semir, dagang koran, ya artinya yang penting saya bisa hidup”

Namun ternyata penghasilan yang Hendry dapatkan masih belum mencukupi kebutuhan hidupnya. Sampai akhirnya ia melihat gerombolan pencopet yang sedang menikmati jarahan mereka.

“Memang pada waktu saat dagang koran itu, saya sering melihat mereka nyopet, jambret. Saya melihat mereka banyak uang. Saya coba, ‘Kenapa mereka bisa, saya tidak bisa?’”

Hingga setelah beberapa minggu, ia pun memutuskan memulai aksinya. “Diliputi rasa takut, dibarengi juga dengan kelaparan dan sebagainya sehingga saya harus berani melakukan.”

“Pertama sekali saya mencoba menjambret seorang wanita. Saya jambret, saya kabur, saya pergi ke Senen, saya jual”

Awal Mula Masuk Penjara

Pekerjaan itu sepertinya sudah menjadi bagian dari hidupnya. Hendry sepertinya tidak dapat diberhentikan lagi. Sampai suatu waktu tertangkap basah saat sedang melaksanakan aksi penjambretan di sebuah bus.  

“Saya di depan, masih sepi orang. Saya naik dari depan, Saya lihat disitu ada seorang ibu pakai kalung. Saya lihat kiri kanan tidak ada orang, saya rampok. Saya lari lewat pintu belakang. Ketika saya lari, si ibu ini ternyata teriak maling. Si kenek itu ada di pintu. Mungkin ia mau masuk, saya keluar, kaki saya kena ganjal. Kemudian saya jatuh, saya ditangkap, dipukulin, ditahan ke polisi”

“Ya takut, sih takut karena apalagi di penjara, sel pertama kali. Tapi setelah saya masuk ke dalam penjara, ada kepala kamar. Baru kami disuruh buka baju, disuruh mandi. Tujuannya mereka, mereka bisa mendapatkan uang dari kami. Waktu saya melihat itu, saya tidak mau. Saya lihat ada gembok globe, saya ambil, dan saya pukulkan kepalanya. Kemudian teriak dia, semenjak itu saya tidak takut lagi dengan penjara”

Ternyata penjara bukanlah tempat yang bisa membuat Hendry berubah lebih baik. “Pada waktu malam-malam, kita kumpul. Jadi karena memang tidak ada kegiatan sehingga pengalaman kamu di luar, pengetahuan-pengetahuan bagaimana melakukan kejahatan lebih tinggi lagi. Di ruangan kita, bukan lagi tukang jambret, tetapi tukang merampok rumah,”

Beraksi Sebagai Perampok

Ia bersama beberapa temannya kemudian mencoba melakukan sebuah perampokan. “Kita rampok pertama sekali kan kita harus mempunyai gambaran terlebih dahulu, umpamanya ada satu rumah dari jam enam ke jam tujuh, kira-kira siapa yang ada di rumah itu. Kita kadang-kadang untuk melihat itu kita berjualan koran, siangnya nanti kita berjualan abu, tapi kita melihat rumah itu juga.”

“Kita lihat waktunya yang paling tepat, yang pertama sekali ya gak ada orang. Kita masuk ke dalam rumah itu, kita ambil uangnya, ya kita bawa pulang”

Kembali ke Sel

Bagai belut yang licin, bertahun-tahun aksinya tidak pernah diketahui petugas berwajib. Namun, diluar dugaan teman-teman Hendry yang justru membawa Hendry ke jeruji sel.

“Ya kita mendapatkan pembagian masing-masing, saya pulang. Tetapi ada dua teman saya ini sedang berantem oleh karena pembagian. Yang satu ambil semua sehingga yang satu mengadu kepada saya”

“Saya kan akhirnya juga emosi kan. Saya pergi ke lokasi, saya ambil badik. Saya udah emosi karena saya pikir dia telah bertuhankan uang kan?”

“Saya cari-cari dia, ternyata dia lagi nongkrong. Saya bilang, ‘kenapa kamu pukul dia, ambil uangnya’, ‘Ngga, dia punya utang’, ‘terus kalau dia punya utang, memang begini caranya’. Dia maki-maki saya, saya tikam”

“Saya kabur, dalam pengertian kabur itu ya yang saya pikirkan ‘dia mati gak, mati gak’. Setelah mendengar mati, saya melapor ke polisi. Saya langsung datang karena memang keluarganya dekat dengan saya, dia juga tahu saya, suatu kelak nanti saya pun harus tertangkap”

Penyesalan Hidup

Dalam penjaranya kali ini, Hendry baru merasakan kelamnya kehidupan yang dia jalani selama ini. “Ya yang saya pikirkan masa depan saya kayaknya udah tidak ada lagi. Saya merasa capek, jenuh lah hidup itu. Kayaknya berontak sih ada ya, ‘kenapa kok jadi begini?’ Jadi menyesali hidup”

“Pada awalnya kan hanya untuk menghidupi makan, tetapi setelah mendapatkan uang, jadi lupa”

Bertahun-tahun hidup dalam penyesalan di dalam penjara, Hendry pun akhirnya bebas. Ia pun mencoba pekerjaan lain, akan tetapi ia kembali diperhadapkan pada situasi yang sulit.

“Sebenarnya berusaha untuk hidup benar sih pasti ada, tetapi memang keinginan daging itu sudah terkontaminasi dengan pergaulan. Sayangnya kejahatan itu sudah merupakan kebenaran bagi saya”

Menikah dan Terbongkarnya Kedok

Hendry pun menjalin hubungan dengan seorang wanita bernama Marieta. Namun, Hendry tidak mengungkapkan akan pekerjaannya yang sebenarnya sehingga tidak lama sesudah mereka menikah, kebenaran terungkap.

Akibat teman Hendry yang membunuh seseorang, Hendry kembali terlibat dan masuk ke dalam penjara. Marieta pun tahu bahwa suaminya adalah seorang penjahat kelas kakap.

“Saya malu karena tetangga saya juga ya gitu, ‘Itu kan suaminya penjahat’,” tutur Marieta.

Pertobatan

Marieta mengunjungi seorang hamba Tuhan untuk mendapatkan kekuatan. Bersama-sama mereka berdoa untuk Hendry yang sedang di penjara. Doa Marieta tidak sia-sia. Ketika Hendry mengikuti ibadah yang diadakan di penjara, sesuatu menyentuh hatinya.

“Pada waktu itu ada seorang pendeta, dia bilang begini, ‘Jangan kalahkan kejahatan dengan kejahatan, tetapi kalahkan kejahatan dengan kebaikan’. Ketika saya mendengarkan khotbah itu, entah bagaimana hati saya tertantang dengan khotbah itu. ‘Siapa yang mau sungguh-sungguh bertobat, maju datang ke depan’. ‘Kalau Kau terima Yesus di dalam dirimu, engkau pasti mendapatkan sesuatu perubahan di dalam hidupmu’”

“Karena dia juga memang bersaksi tentang bagaimana dia mantan narapidana bisa berubah. ‘Kalau dia bisa berubah, kenapa saya tidak bisa berubah?’. Semua saya ungkapkan di dalam doa, ‘Saya pernah melakukan ini, saya pernah melakukan ini’ – saya akui semua di hadapan Tuhan. Saya mau berubah sungguh-sungguh. Disitulah saya alami sukacita yang luar biasa yang tidak pernah saya alami sekalipun saya di luar.”

Hidup Sebagai Petobat Sungguh-Sungguh

Setelah dua tahun mendekam di dalam penjara, Hendry akhirnya bebas. Ia pun memutuskan untuk mempelajari firman Tuhan lebih lagi di sebuah perguruan tinggi dan memberitahukan tentang kehidupannya yang baru kepada sang istri.

Tuhan turut serta dalam setiap perkara. Hendry pun membuktikan perubahannya kepada Marieta. Sikapnya tak lagi kasar, bahkan kasih mula-mula itu kembali ke dalam kehidupan rumah tangganya.

“Minta ampun kepada hal-hal, perbuatan-perbuatan aku sebelumnya. Aku minta maaf sama kamu karena saya tidak layak menerima itu”

“Saya kayaknya sukacita sekali ya. Saya pikir, saya lah istri yang paling berbahagia memiliki suami yang takut akan Tuhan,” ungkap Marieta.

“Kalau dulunya saya harus kerja keras untuk makan, kalau sekarang, saya melayani Tuhan, Tuhan kirim berkat untuk saya. Bisa bayangkan bagaimana saya cinta Yesus karena dia telah selamatkan saya dari lumpur dosa, Dia tidak mengingat dosa-dosa saya tetapi saya dibasuh dengan darah yang kudus sehingga saya dimurnikan oleh Tuhan. Jadi saya tidak bisa lagi melupakan Dia seumur hidup saya karena saya tahu Dialah sanjungan saya, Dialah Tuhanku yang hidup yang harus saya sanjung tinggi dan saya siap melakukan pekerjaan-pekerjaan yang diperintahkan bagi saya”

Hidup Hendry pun berubah. Pengalamannya sebagai seorang mantan penjahat mendorongnya untuk membagikan kisahnya kepada orang-orang yang ada di penjara. “Karena saya alami seperti di penjara, bagaimana di penjara itu terikat kuasa-kuasa kegelapan, terikat oleh karena situasi dunia yang mencekam mereka sehingga mereka tidak berdaya. Nah, setelah saya terlepas, saya mau melepaskan mereka bersama dengan Tuhan Yesus”

“Sudah beberapa orang mantan narapidana yang kami bimbing, kami layani di penjara kini menjadi hamba Tuhan”

“Tuhan Yesus itu luar biasa sudah mengubah suami saya, mengubah saya, dan memberkati rumah tangga saya”

“Saya sangat berbahagia bersama Tuhan Yesus. Dialah Gembala kami, Dialah Penolong Kami, Dialah Raja bagi kami,” ujar Hendry Marbun menutup kesaksiannya.   

Sumber Kesaksian :
Hendry Marbun 
Sumber : V120703094647
Halaman :
1

Ikuti Kami