Mencintai uang tidak baik untuk kehidupan cinta Anda, demikian hasil penelitian yang dirilis 2011 lalu yang menemukan bahwa orang-orang matrealis memiliki pernikahan tidak bahagia daripada pasangan yang tidak terlalu memperdulikan harta benda.
Efeknya berlaku di semua tingkat pendapatan, kata peneliti Jason Carroll, seorang profesor kehidupan keluarga di Brigham Young University. Dan seorang matrealis yang menikah akan memiliki kecenderungan berpikir bahwa perkawinan yang memuaskan setidaknya adalah di mana kedua pasangan sangat peduli tentang barang-barang material.
"Kami pikir ini akan menjadi pola permasalahan berulang, di mana satu pasangannya adalah seorang pemboros dan pasangan lainnya seorang penabung/penyimpan," kata Carroll sebagaimana dikutip LiveScience. "Studi kami menemukan bahwa pasangan yang memiliki tingkat materialisme yang sama adalah pasangan yang paling banyak berjuang (untuk mempertahankan pernikahan mereka).
Mencintai barang-barang
Penelitian di tahun sebelumnya telah menjadi bukti kuat bahwa materialisme tidak bagus untuk siapa pun, kata Carroll. Beberapa studi bahkan mendapati orang-orang yang matrealistis itu lebih cemas, depresi, dan tidak aman terhadap hal-hal materialistik. Mereka juga akan mengalami kesulitan di rumah mengingat mereka cenderung kurang bisa menyeimbangkan keluarga dengan pekerjaan.
Carroll dan rekan-rekan mempelajari materialisme dan pernikahan karena beberapa peneliti mendapati bagaimana sikap terhadap uang dapat mempengaruhi hubungan. Lebih khususnya, para ilmuwan mempelajari situasi keuangan itu sendiri untuk menghubungkan masalah uang dengan konflik dalam pernikahan.
Materialisme dan pernikahan
Dari pernikahan yang diteliti, 14 persen responden adalah pasangan non-matrealis; Sekitar 11 persen pasangan merupakan istri yang matrealis sedangkan suami tidak; 14 persen suami matrealis istri tidak; 20 persen pasangan sama-sama matrealis, sisanya pasangan yang tidak terlalu materialistis maupun menghindari uang.
"Apa yang kami temukan adalah pola umum bahwa materialisme tampaknya berbahaya bagi pernikahan," kata Carroll.
Menurutnya, sangat masuk akal memprediksi bahwa pernikahan yang tidak cocok akan berakhir sedih, mengingat bahwa pernikahan antara seorang pemboros dan seorang yang gemar menabung akan menuju kepada sebuah konflik.
"Bahkan ketika itu menjadi nilai bersama, [materialisme] tampaknya memiliki efek aditif," ujarnya. "Sepertinya menambah masalah."
Membuang materialisme
Studi ini sendiri tidak bisa menguji seberapa besar/kuat materialisme mengikis pernikahan, tetapi Carroll dan rekan-rekannya memiliki beberapa teori. Yang pertama adalah bahwa materialisme menyebabkan pasangan membuat keputusan finansial yang buruk, menghabiskan di luar kemampuannya, terlibat dalam hutang dan menekan orang lain.
Kemungkinan lainnya, kata Carroll, adalah bahwa orang-orang yang materialistis menghabiskan lebih sedikit waktu memelihara hubungan mereka dengan orang-orang untuk mendapatkan sesuatu.
"Mereka tidak memberikan prioritas pada hubungan dan perhatian pada pasangan seperti yang diberikan pasangan non-materialistik," ungkap Carroll.
Meskipun yang dipelajari pasangan menikah, lanjut Carroll, ia berharap dapat melihat pola yang sama dalam hubungan jangka panjang yang dijalani sebuah pasangan.
Jadi apa yang bisa dilakukan jika Anda mencintai pasangan Anda, tetapi di waktu yang sama Anda benar-benar ingin sebuah BMW yang mengkilap? Carroll menyatakan bahwa bagi kebanyakan orang, materialisme tidak hitam-putih: Orang-orang berpikir mereka dapat mengejar mainan mereka namun mereka perlu hubungan yang kuat pada saat yang sama, dan mereka mungkin tidak menyadari berapa banyak ambisi mereka yang menyakiti orang yang mereka cintai. Untuk kebanyakan pasangan, melanggar proses pemikiran materialistik sangatlah menolong, papar Carroll.
"Saya pikir hal ini mengenai bagaimana orang-orang melangkah mundur dan menginventarisir nilai-nilai untuk menyadari apa yang benar-benar penting bagi mereka," pungkas Carroll. "Apakah kita membiarkan beberapa ambisi materialistis kita menghalangi hal-hal yang sesungguhnya merupakan persoalan bagi setiap kita?"
Baca juga :
Kaum Muda Kristen Malu Dengan Iman Mereka
Forum JC : Kopdar Photo Hunting
Dukung Pelayanan Anak-Anak Dengan Beli CD Musik The Messenger Disini
Sumber : lovescience.com / bm