Nuah Tarigan, Perjuangan Panjang Memandirikan Penderita Kusta

Family / 29 May 2012

Kalangan Sendiri

Nuah Tarigan, Perjuangan Panjang Memandirikan Penderita Kusta

Budhi Marpaung Official Writer
8459

Nuah Pardamean Tarigan selama kurang lebih dua puluh tahun telah setia memperjuangkan hak para mantan penderita kusta. Kepeduliannya berawal dari suatu peristiwa di tahun 1987, ketika Nuah sedang mengadakan studi riset arsitektur di desa Lau Simomo, Sumatera Utara.

“Disana saya melihat banyak sekali orang mengalami kusta, mengalami yang dinamakan pemisahan atau mungkin tidak diterima secara baik oleh masyarakat di sekitarnya. Mereka adalah orang-orang yang mungkin dikatakan orang-orang terbuang dan saya tersentuh pada saat itu. Saya melihat bahwa visi saya ke depan saya bisa membantu rekan-rekan di mana saja yang mungkin berhubungan dengan masalah kusta ini“

Stigma masyarakat yang tetap tidak mau untuk menerima para penderita kusta kembali ke masyarakat, membuat Nuah mulai terbeban untuk aktif menyuarakan hak para penderita kusta semenjak masih duduk di bangku kuliah.

“Ada kelompok-kelompok, orang-orang yang menderita kusta menyerah karena mereka menilai tidak ada satu pun kemampuan yang mereka miliki lagi. Mereka pun kemudian akhirnya menjadi peminta-minta di jalan. Untuk beberapa saat, langkah ini sangatlah menguntungkan, tetapi lama kelamaan ini dapat membawa efek buruk khususnya untuk generasi mereka selanjutnya”

“Terpisahnya mereka dengan masyarakat membuat mereka tidak ada tempat. Mereka menjadi sulit untuk mengabdikan dirinya kepada suatu company atau lembaga tertentu di pemerintahan. Nah inilah menjadi hal yang penting – bagaimana kita membangun kualitas kehidupannya menjadi lebih baik”

Kepedulian Nuah terhadap para penderita Lepra diwujudkan melalui ‘Gerakan Peduli Disabilitas dan Lepra Indonesia’ yang dibentuk bersama beberapa rekannya. “Jadi kami percaya dengan mendidik orang-orang yang kami fasilitasi di kampung kusta, itu adalah suatu cara untuk membuat perubahan yang mendasar di kehidupan orang-orang kusta itu sendiri. Dengan kami didik apalagi khususnya generasi muda maka mereka juga tidak akan berpikir bahwa hidup mereka itu bergantung kepada orang lain. Yang kami buat disitu adalah bagaimana mereka fokus pada masa depan mereka, bukan kepada masalah”

Walau sekarang tidak terlalu terlihat apa yang Nuah dan rekan-rekan lakukan, tetapi ia yakin bahwa suatu saat hal yang positif itu akan datang ke dalam hidup orang-orang kusta yang mereka pedulikan.

“Suatu ketika, waktu mereka bertemu dengan saya, mereka akan mengatakan ‘Terima kasih karena saya sudah diberikan kesempatan untuk melihat sesuatu yang belum pernah saya lihat sebelumnya’,  dan itu adalah sesuatu yang mengharukan bagi saya – bagaimana supaya kita bisa menerima mereka dengan tulus dan otentik. Bagaimana kita menyatakan kasih Kristus kepada orang-orang yang mungkin selama ini adalah orang-orang yang tidak kita pikirkan”

“Dengan kasih Kristus yang kita nyatakan kepada mereka, kita akan melihat ada banyak orang yang merasa terhibur. Mereka tidak mementingkan apa yang harus mereka berikan secara materi kepada mereka. Bentuk perhatian kita saja, kesadaran kita tentang diri mereka itu saja sudah cukup.”

Sumber Kesaksian :
Nuah Tarigan 
Sumber : V120524131841
Halaman :
1

Ikuti Kami