Iman Dalam Kepalsuan

Kata Alkitab / 28 February 2012

Kalangan Sendiri

Iman Dalam Kepalsuan

Lestari99 Official Writer
8762

Saat duduk di gereja dan melihat ke sekeliling, kita mungkin berpikir bahwa semua orang yang duduk di bangku gereja adalah orang kudus, rohani dan bijaksana. Mereka tidak pernah menggunakan bahasa yang kasar, tidak suka berpesta pora, tidak pernah mengumbar amarah pada pasangannya, tidak pernah berteriak pada anak-anak mereka, tidak pernah mengeluhkan pekerjaan mereka maupun menonton tayangan tak bermutu di televisi.

Namun cobalah untuk melihat lebih dekat. Setiap orang yang duduk di kursi gereja adalah manusia biasa yang memiliki banyak godaan, kelemahan dan kekurangan sama halnya dengan Anda.

Jika Anda datang ke gereja dan memiliki pandangan seakan semua orang yang hadir kudus, singkirkan pandangan itu. Jika Anda datang ke gereja dan mencoba untuk menciptakan ilusi ini tentan diri Anda, bukalah topeng itu. Satu-satunya cara agar kita dapat megenal satu sama lain sebagai saudara di dalam Kristus adalah dengan menjadi diri kita sendiri apa adanya dan membiarkan semua karakter itu muncul apa adanya.

"Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. (Matius 6:5)

Selalu ada ruang untuk memperbaiki diri dan pengejaran akan nilai-nilai ilahi haruslah menjadi bagian penting dari kehidupan setiap orang, tetapi tidak ada tempat untuk ‘orang Kisten yang sempurna’ di gereja. Hal itu dikarenakan tidak ada orang seperti itu di dunia ini.

Sebuah buku harian dari Holly Pelz mungkin dapat menggambarkan apa yang Anda rasakan:

Hampir sepanjang hidup saya, saya merasa seperti orang Kristen yang gagal. Saya selalu memahami bahwa kesuksesan rohani saya diukur dengan beragam aturan yang tak tertulis, dan jika saya sudah melakukan ABCD, maka saya akan dianggap sebagai seorang Kristen yang baik.

Saya tahu segalanya tentang bagaimana tampil secara rohani – bagaimana saya harus bertindak, menyembah Tuhan, berdoa, meresponi jawaban ‘Tuhan’, dll. Saya ingin diterima di komunitas Kristen namun terkadang saya merasa tidak cukup baik. Akhirnya kepalsuan ini mengambil alih diri saya sepenuhnya dan saya benar-benar tinggal di dalam kepalsuan, bahkan sampai menipu diri saya sendiri.

Dalam keberadaan ini, saya selalu mengalami rasa iri secara rohani. Saya melihat pada saudara seiman yang ada di sekeliling saya, bertanya-tanya apa rahasia hidup mereka, bagaimana mereka dapat mengalami Tuhan dengan begitu dekat. Dan saya hidup dalam ketakutan. Takut bahwa orang lain mungkin dapat melihat saya yang sebenarnya.

Namun sekarang... semua itu sudah berakhir. Semua ilusi itu, seakan-akan saya adalah seorang yang luar biasa, saya adalah seorang yang rohani, dll, hilang sudah. Melakukan semua hal itu sangatlah melelahkan. Untuk pertama kalinya di dalam hidup saya, saya percaya telah mengalami kemerdekaan di dalam Kristus, merdeka dari rasa bersalah dan merdeka dengan keberadaan saya yang sebenarnya. Waktu saya dengan Tuhan mungkin tidak seperti yang diharapkan orang lain, dan saya mungkin harus melalui tahap dimana saya merasa kacau dan tidak konsisten, dan saya pasti membuat kesalahan-kesalahan – namun itu tidak apa-apa. Saya baik-baik saja.

Gereja (bersama dengan teman-teman gereja) seharusnya menjadi tempat dimana kita harus tampil apa adanya dan menemukan karakter yang sebenarnya dari orang lain lebih dari tempat manapun juga di dunia ini. Jika orang hanya menganggap Anda sebagai keset, Anda hanya memiliki satu cara untuk bangkit: bersikap rendah hati. Jika Anda mengagumi atau mengidolakan beberapa ‘raksasa rohani’, Anda pasti akan kecewa.

1 Timotius 6:6 mengatakan, “Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.” Ketika kita membuka hidup kita dan membiarkan cahaya Tuhan bersinar atas hidup kita untuk dilihat orang lain, maka orang lain pun akan memiliki kecenderungan untuk membalasnya dengan kebaikan. Timotius akan meminta bimbingan dan Paulus secara bebas akan menawarkan kebijaksanaan dengan Kristus yang berpusat pada persahabatan yang muncul itu.

Kesalahan dan kegagalan membuat kita ahli dalam membantu orang lain menghindari perangkap yang sama. Hanya kemudian apakah Tuhan melihat kita sebagai seorang yang benar-benar mencari kekudusan. Itu adalah ukuran dari iman sejati dan awal dari kebebasan spiritual.

Sumber : Diane Markins

Sumber : cbn.com
Halaman :
1

Ikuti Kami