Kisah Nyata Suami-Istri yang Harus Kehilangan Anak Selamanya

Family / 12 November 2012

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Suami-Istri yang Harus Kehilangan Anak Selamanya

Budhi Marpaung Official Writer
11713

Ronald dan Maria menikah di usia yang masih muda. Mereka pun dikaruniai dua orang putra, namun pernikahan mereka tidak lepas dari tantangan.

“Karakter dia emang yang sangat ramah dengan banyak wanita, itu membuat saya jadi rasa kecemburuan itu timbul karena dia tidak pernah membatasi antara teman wanita dan istri,” ujar Maria membuka kesaksian.

“Jadi dia gak bisa dengerin saya, saya pun gak bisa dengerin dia,” ungkap Ronald.  

Semakin hari suasana diantara mereka semakin panas.

“Sangat menyesal sekali menikah di usia muda, apalagi pilihan saya seperti itu,”

“Saya pun sudah merasa lelah untuk kehidupan rumah tangga yang selalu ribut, selalu ribut. Benar-benar cape saya ngadepinnya”

“Sangat-sangat depresi dan mencoba untuk bunuh diri”

Maria mencoba bertahan demi kedua buah hatinya, namun sebuah peristiwa yang tak pernah diduga datang mengguncang rumah tangga mereka.

Russell - salah seorang putra ia dan Ronald – tidak sadarkan diri di kamar mandi.

“Setelah lima menit kemudian, saya merasa hati saya kok tidak tenang,” papar Maria.  

“Pada saat dia di kamar mandi itu, posisinya di dalam ember. Saya langsung panik dan saya langsung buru-buru mencari pertolongan pertama bagi dia karena saya merasa dia masih hidup dan masih bisa diselamatkan”

“Di bidan pun dinyatakan bahwa dia tidak mungkin lagi bisa hidup. Bener-bener hancur seperti kehilangan sebuah nyawa. Saya marah sekali sama Tuhan, kenapa harus mengambil anak saya dengan cara seperti itu. Tuhan tidak pernah mendukung saya, Tuhan tidak pernah ada di sisi saya,”

“Ketika saya tahu, saya sadar waktu anak-anak saya benar-benar udah gak ada, langsung saya marah sama istri saya,” tutur Ronald.

Menyadari bahwa putra yang ia kasihi tiada, Maria pun diliputi kesedihan mendalam.  

“Gak perlu orang-orang di sekitar saya. Saya hanya perlu diri saya sendiri dan saya juga menginginkan anak saya kembali” kata Maria lirih

“Justru pada saat mereka memarahi saya, mencaci maki saya, saya berpikir, ‘lo gak pernah tahu apa yang gw rasakan selama ini, apa yang gw alami selama ini, lo gak pernah tahu’,” lanjutnya.

“Emang saya benar-benar depresi. Saya menutup semua komunikasi saya terhadap semua orang dan saya merasa trauma.”

Hari demi hari pun berlalu. Ronald yang masih bersedih dengan kepergian putranya, Russell, tertampar dengan keadaan istri yang dicintainya, Maria.

“Mata saya baru melihat, ‘oh iya ini yang saya sayangi, kalau sampe hilang lagi, saya bener-bener gak tahu apa jadinya hidup ini’. Saya merasa ‘Tuhan ampuni saya kalau saya sudah menyalahkan Tuhan’ dan disitu saya mulai mencari Tuhan, ‘Tuhan, saya ingin istri saya dipulihkan. Saya ingin keluarga saya juga dipulihkan. Saya gak mau hidup saya begini terus, akhirnya saya rajin beribadah dan mencari Tuhan,” kata Ronald.

“Ya inilah anak saya yang harus saya rawat, yang harus saya jaga baik-baik. Saya tidak ingin kejadian seperti itu terjadi lagi dalam kehidupan saya,” sambung pria berkulit kuning langsat tersebut.  

“Coba ajak ke Tuhan sebab ke Tuhan itu menguatkan,”

Apa yang dilakukan oleh Ronald ternyata memberi hasil positif ke dalam diri Maria.

“Pada awal datang ke seminar itu, perasaan saya itu mulai terbuka, yang tadinya saya begitu kecewa sekali sama Tuhan dan kecewa sama hidup saya. Disitu saya dibukakan,” aku Maria.

“Di setiap sesi itu selalu diingatkan kembali ke Tuhan, kembali, kembali. Jadi di saat saya merasa kehilangan anak yang saya cintai itu, saya merasa Tuhan tetap menguatkan saya karena saya tulang punggung dan saya harus menguatkan istri saya,” ucap Ronald dengan mantap.

“Tuhan berbicara melalui pembina saya saat itu. Dia berkata saya harus bisa melepaskan semuanya, merelakan segala sesuatunya, terutama untuk memaafkan semua apa yang sudah terjadi dan apa yang sudah dilakukan oleh suami saya,” tutur Maria.

“Saya lihat istri saya ada perubahan. Dia mulai bisa komunikasi dan mulai bisa ketawa dengan para pembinanya dan di situpun saya melihat wah Tuhan benar-benar bekerja. Tuhan bisa mengembalikan istri saya lagi dan di situ saya bener-bener tambah yakin kalau untuk ikut Tuhan tuh tidak sia-sia,” kisah Ronald.

Sebuah mukjizat kembali terjadi bagi Maria dan Ronald. Seorang anak perempuan, Tuhan berikan sebagai penyembuh luka hati mereka.

“Akhirnya setelah melibatkan Yesus di dalam kehidupan keluarga saya, banyak sekali perubahan yang saya dapat di dalam hidup saya, terutama untuk suami saya, dia mau jadi pendengar bagi saya,” ungkap Maria.

“Saya dan istri mulai saling mendengarkan. Tidak pernah ribut dan selalu tukar pikiran. Dia lebih percaya kepada saya dan semuanya berbalik 180 derajat. Rancangan Tuhan itu bukan rancangan kecelakaan, tetapi rancangan damai sejahtera untuk kita semua,” ucap Ronald menutup kesaksian ia dan istri, Maria.

Sumber Kesaksian :

Ronald Hosen dan Maria Bernadette

Sumber : V121112103459
Halaman :
1

Ikuti Kami