Bill dan Jim adalah dua sahabat yang punya sikap dan karakter berbeda. Namun mereka punya satu misi yang sama yaitu membawa warga di kota mereka sejahtera dan hidup yang layak. Bill memandang bahwa untuk menolong para warga, dirinya harus menjadi seorang pemimpin terlebih dahulu di kota tersebut.
Jim punya pendapat berbeda, pertolongan dan bantuan harus dilakukan setiap saat tanpa memandang kapasitas diri dan jabatan masing-masing. Artinya setiap saat siapapun dapat menolong dan memberi bantuan. Jadilah mereka dua orang sahabat yang mengambil jalan yang berbeda.
Bill sibuk dengan usaha dan kerja kerasnya untuk menjadi seorang pemimpin. Berbagai pertemuan, aktivitas organisasi dan hubungan relasi diantara sesama pemimpin muda dilakukan. Bill sibuk dengan usaha untuk mendapatkan posisi tertinggi, yaitu pemimpin di kota tersebut. Sedangkan Jim, juga sibuk dan kerja keras untuk senantiasa menggalang kemauan siapapun yang ikut membantu dan menolong warga sekitar yang membutuhkan.
Hari berganti hari dan tahun berganti tahun. Bill berhasil sampai di sebuah pemilihan pemimpin kota. Dengan dukungan melalui relasi, pengusaha dan pendukung dana, Bill memikat hati beberapa warga kota dengan program-programnya. Namun kagetnya Bill, ketika lawan satu-satunya pada pemilihan itu adalah sahabat lamanya, yaitu Jim yang didesak oleh warga mayoritas untuk menjadi pemimpin.
Pada saat hasil pemilihan, Jim lah yang terpilih menjadi pemimpin. Warga melihat bahwa Jim merupakan pahlawan, seorang pekerja lapangan yang begitu toleran dan sangat membantu para warga sehari-hari. Berbeda dengan Bill yang jarang tampil kebawah dan hanya mengunggulkan program-programnya. Begitu baiknya Jim, dirinya menemui Bill untuk mengajaknya memimpin bersama sebagai wakil.
Disinilah Bill belajar dari Jim bagaimana menjadi pelayang warga yang sesungguhnya. Bahwa seorang pahlawan tidak dilahirkan. Namun pribadi yang berproses dan punya keinginan menolong dan membantu yang demikian besar.