Menjelaskan Soal Kematian Pada Anak

Parenting / 7 October 2012

Kalangan Sendiri

Menjelaskan Soal Kematian Pada Anak

Papa Henokh Hizkia Immanuel Simamora Official Writer
6753

Saat musibah terjadi pada suatu keluarga tentulah seluruh anggota keluarga mengalami kesedihan karena kecewa dan kehilangan. Sebagai orang tua, Anda sendiri pun sedang berjuang mengatasi berbagai emosi. Bahkan mungkin Anda sedang sangat menderita dan masih terus merasa kecewa dan kehilangan. Tapi jangan lupa bahwa anak Anda juga sedang kehilangan dan membutuhkan dukungan Anda. Buah hati Anda punya banyak pertanyaan mengapa semua ini terjadi dan mengapa orang yang ia sayangi telah pergi untuk selamanya.

Tentu sebagai orang tua Anda bermaksud baik dengan tidak mengizinkan anak mengalami kesedihan dan rasa takut berkepanjangan. Bahkan Anda sering berpikir dan merasa bahwa anak belum perlu memikirkan tentang kematian karena usianya masih sangat muda dan mereka belum mengerti jika dijelaskan padanya apa yang terjadi.

Persepsi ini dimiliki oleh hampir semua orang tua, padahal ini adalah persepsi yang salah. Anak kecil sebenarnya dapat memahami tentang kematian, bahkan mereka memikirkannya atau bertanya-tanya mengenainya. Namun mereka tidak mendapat penjelasan yang benar karena orangtua seringkali menghindar, diam, atau melarang anaknya bertanya tentang hal yang menakutkan ini. Ketakutan ini seringkali bersumber dari ketakutan orangtua sendiri terhadap kematian.

Meskipun demikian, akan lebih sehat bagi anak bila ia diizinkan mengalami kesedihan ini dan memperolah konsep yang lebih tepat soal kematian. Pernyataan kesedihan secara terbuka akan membantu anak belajar bagaimana meredakan dan mengontrol emosinya.


Dampak buruk yang mungkin dialami anak bila mereka tidak diberikan fakta sebenarnya dan bila orang tua salah menjelaskan tentang kematian.

Pertama, seorang anak akan marah kerena merasa dibohongi orang tuanya. Anak mungkin tidak akan sampai pada pemikiran bahwa orang tua tidak ingin melihat mereka sedih. Yang mereka ingat adalah bahwa orang tua telah berbohong kepada mereka.

Kedua, si anak memperoleh konsep yang salah dalam jangka waktu yang lama. Orang tua hendaknya berhati-hati menggunakan kata-kata seperti ”tidur”, atau ”pergi”. Menggunakan istilah-istilah demikian tanpa penjelasan bisa membingungkan seorang anak kecil. Yesus memang pernah menggunakan kata tidur untuk menggambarkan kematian dan hal itu tepat. Namun ingatlah, ia tidak sedang berbicara kepada anak-anak. Selain itu, Yesus memberikan penjelasan dengan memperjelas maksudnya bahwa Lazarus telah mati ([kitab]Yohan11:11-14[/kitab]). Jika orang dewasa saja membutuhkan keterangan yang jelas, apalagi seorang anak.

Lagipula dengan mengatakan bahwa orang yang meninggal itu hanya tidur saja bisa membuat seorang anak kecil takut kalau-kalau ia pergi tidur pada malam hari, ia tidak akan bangun lagi.

Jika hanya diberi tahu bahwa orang tersayang yang meninggal sudah ”pergi” atau pergi jauh, maka anak kecil itu bisa merasa dirinya ditolak, tidak berharga karena ditinggalkan. Ada juga yang akan menanti dengan sabar sampai dia kembali namun bila ternyata dia tidak kembali si anak akan merasa diabaikan dan berpikir yang negatif terhadap orang tersebut.

 

Ada beberapa hal lain yang mungkin perlu dihindari orang tua dalam menjelaskan tentang kematian:

  1. Jika Anda sendiri tidak begitu yakin tentang seseorang akan ke surga atau tidak, Anda pun seharusnya tidak mengatakan pada anak bahwa mereka yang meninggal sudah ada di surga dan bahagia untuk selamanya.
  2. Tidak bijaksana mengatakan bahwa orang yang dikasihi meninggal dengan alasan “karena Tuhan menyayangi orang baik dan menginginkan mereka di surga”. Jika kebaikan diganjar dengan kematian, anak mungkin menghindari perbuatan baik atau berasumsi bahwa mereka yang hidupnya lama itu jahat.

Orang tua perlu mencoba lebih memahami cara berpikir anak yang memandang dunia dengan secara sederhana dan apa adanya. Mereka belum dapat mengerti akan sesuatu yang abu-abu dan mereka juga bisa salah menafsirkan suatu perumpamaan. Orang tua harus menyesuaikan penjelasan yang diberikan dengan kemampuan berpikir anak.

 

Beberapa penjelasan yang dapat diberikan, menurut penelitian yang dilakukan Slaughter (2003):

Irreversibility/finality, pemahaman bahwa yang sudah mati tidak dapat hidup kembali. Kecuali Tuhan yang menghendaki terjadi mujizat kebangkitan orang mati.

Universality/applicability/mortality, pemahaman bahwa semua makhluk hidup (dan hanya makhluk hidup) dapat mati. Suatu saat pasti akan mati. Termasuk si anak juga bisa mati.

Unpredictability, pemahaman bahwa waktu kematian tidak dapat diketahui lebih awal, karena itu tidak ada siapapun yang dapat mengetahui kapan seseorang akan mati.

Cessation/non-functionality, pemahaman bahwa setelah mati fungsi tubuh dan mental berhenti. Ketika makhluk hidup meninggal, maka ia tidak lagi dapat bergerak. Ia tidak dapat berpindah tempat ataupun tiba-tiba muncul di tempat lain. Selain itu ia juga tidak dapat lagi berpikir dan merasa, dan tidak lagi membutuhkan makanan atau minuman.

Causality, pemahaman bahwa kematian disebabkan oleh fungsi tubuh yang berhenti bekerja. Penyebab kematian bisa bermacam-macam, seperti sakit, kecelakaan, usia tua, ataupun disengaja (misalnya pembunuhan atau bunuh diri). Namun pada dasarnya mati berarti bahwa tubuh, termasuk organ-organ di dalamnya tidak mampu lagi berfungsi.

Dari sudut pandang kristiani, pemahaman mengenai kematian mempermudah anak memahami pandangan Alkitab mengenai dosa, keadilan dan kekudusan Allah. Anak akan lebih mudah diberi penjelasan mengenai kebutuhan manusia akan kasih TUHAN, dan penebusan Tuhan Yesus Kristus di atas kayu salib. Yang terakhir buah hati Anda yang bisa memahami arti kematian akan lebih mampu menghadapi krisis atas kematian orang-orang yang dekat dengan mereka.

Sumber : my-lifespring.com / telaga.org /jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami