Sebuah tindakan bertanggungjawab yang patut dicotoh dilakukan oleh sebagai Wakil Presiden Federasi Sepak Bola Senegal (FSF) Louis Lamotte. Dirinya langsung menyatakan munduru usai kerusuhan yang terjadi dalam pertandingan lanjutan Pra-Piala Afrika (PPA) Afsel 2013 antara Senegal kontra Pantai Gading, Sabtu pekan lalu (13/10).
Kerusuhan tersebut dilaporkan begitu membahayakan, hingga Senegal akhirnya didiskualifikasi dari PPA 2013. "Saya sebagai koordinator pertandingan bertanggung jawab atas kejadian yang terjadi pada Sabtu lalu. Jadi, saya menyatakan diri untuk mundur," ucap Lamotte.
Seperti dilaporkan, kerusuhan bermula seusai penyerang Pantai Gading Didier Drogba menyarangkan bola dari titik penalti dan membuat negaranya unggul 2-0 pada menit ke-75. Penonton yang kecewa dengan keputusan wasit langsung melemparkan benda-benda berbahaya ke dalam lapangan.
Para pemain tamu yang takut terkena lemparan benda tersebut kemudian berkumpul di tengah lapangan dengan kawalan puluhan aparat keamanan. Gas air mata terpaksa dilontarkan untuk menghentikan aksi anarkistis tersebut. Laga sempat dihentikan selama 40 menit.
Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) resmi menetapkan kemenangan 2-0 untuk Pantai Gading sebagai hasil akhir dalam pertandingan tersebut. Peluang Senegal kontan pupus setelah "Les Elephants"—sebutan Pantai Gading—memastikan keunggulan agregat 6-2. Dalam laga perdana, Gervinho dan kawan-kawan menang 4-2.
Keputusan seorang pejabat sepakbola tersebut dapat menjadi contoh yang berharga bagi dunia persepakbolaan di Indonesia, bahwa sebuah jabatan merupakan amanat rakyat yang harus dipertanggungjawabkan.