Beyond Expectation

Kata Alkitab / 3 August 2012

Kalangan Sendiri

Beyond Expectation

Puji Astuti Official Writer
9107

Do a little more than you’re paid to. Give a little more than you have to. Try a little harder than you want to. Aim a little higher than you think possible, and give a lot of thanks to God for health, family, and friends.

- Art Linkletter

“Selamat pagi Mr. Sanborn! Nama saya Fred dan saya adalah tukang pos Anda. Saya hanya mampir untuk memperkenalkan diri dan mengucapkan selamat datang di lingkungan ini. Saya juga ingin sedikit mengenal Anda dan apa pekerjaan Anda,” sapaan bersahabat itu mengawali hubungan antara Mark Sanborn dan Fred Shea.

Fred adalah orang berpenampilan biasa dengan tinggi dan perawakan rata-rata serta kumis tipis. Meski penampilan fisiknya tidak menandakan sesuatu yang luar biasa, ketulusan dan kehangatannya langsung menarik perhatian.

“Saya seorang pembicara profesional,” kata Mark. “Jika Anda pembicara profesional, pastinya sering bepergian,” ujar Fred. “Ya, saya bepergian antara 160 sampai 200 hari per tahun,” jawab Mark.

Sembari mengangguk, Fred melanjutkan, “Kalau begitu, jika Anda bersedia memberikan salinan jadwal Anda, saya akan mengumpulkan surat Anda dan membundelnya. Surat-surat itu hanya akan saya antarkan ketika Anda sudah sampai di rumah sehingga Anda bisa menerimanya langsung.”

Terkejut oleh tawaran yang begitu baik hati, Mark merespon, “Kan Anda bisa menaruh surat itu dalam kotak surat di samping rumah? Nanti saya tinggal mengambilnya ketika saya sudah pulang.”

Fred mengerutkan kening sambil menggelengkan kepala, “Mr. Sanborn, pencuri sering mengamati tumpukan surat di kotak surat yang menandakan pemilk rumah sedang keluar kota. Salah-salah Anda bisa menjadi korban pencurian nanti.”

Seketika itu Mark sadar, kekhawatiran Fred melebihi kekhawatirannya sendiri. “Begini saran saya Mr. Sanborn. Saya akan menaruh surat Anda di kotak surat sepanjang kotak itu masih bisa saya tutup. Dengan begitu, tidak ada yang tahu Anda sedang keluar kota. Sementara kiriman yang tidak muat di kotak surat akan saya letakkan di antara pintu kasa dan pintu depan. Tidak akan ada yang bisa melihatnya di sana. Jika tempat itu sudah terlalu sesak dengan surat, saya akan menyimpan surat-surat tersebut untuk Anda sampai Anda pulang,” tawar Fred.

Seiring perjalanan waktu, Mark juga akhirnya tahu bahwa Fred juga bersikap sama kepada pelanggan yang lain. Dalam perjalanannya mengantar surat, Fred membuang iklan yang melekat di pintu dan membereskan koran yang berceceran di trotoar. Ia bahkan memindahkan tempat sampah ke tempat yang tidak begitu terlihat. Rumah pelanggannya terlihat lebih rapi sehingga berkurang satu petunjuk bagi perampok serta orang yang berniat jahat.

Cerita sederhana tentang sikap seorang tukang pos itu dituangkan Mark Sanborn dalam bukunya The Fred Factor. Cerita tersebut seakan mengingatkan, tidak ada pekerjaan remeh jika dilakukan dengan sepenuh hati sehingga pekerjaan itu sungguh-sungguh memberikan nilai tambah positif. Bagi para pekerja seperti Fred, melayani bukanlah sebuah kewajiban atau beban, melainkan sebuah kesempatan, peluang dan kehormatan.

Dalam bukunya, Mark juga mengulas mengapa Fred melakukan semuanya itu? Ada beberapa poin penting yang dilontarkan Fred. Baginya, melayani orang lain akan memberinya kepuasan setiap hati. Prinsip “ketika Anda berbuat baik, Anda akan merasa baik” telah menjadi bagian hidupnya.

Selain itu, kata Fred, “Saya adalah kritikus terbesar bagi diri saya sendiri. Saya sering diberitahu bahwa saya itu perfeksionis. Akan tetapi, saya memiliki kebutuhan untuk berprestasi sebanyak mungkin setiap hari. Saya melakukan yang terbaik bagi orang lain yang barangkali tidak selalu tahu apa yang telah saya perbuat untuk mereka. Komitmen pribadi saya adalah melakukan yang terbaik yang saya bisa. Anggaplah setiap hari sebagai hari yang baru dan jadikan setiap hari lebih baik daripada hari kemarin. Bahkan pada hari libur, saya memiliki tujuan dan saya merasa masih perlu menyelesaikan banyak hal. Jika saya merasa telah menyia-nyiakan hari, saya tidak akan tidur nyenyak malam itu.”

Di atas semuanya itu, ada satu lagi sikap yang sangat menonjol dari Fred. “Saya tidak menganggap mereka sebagai pelanggan pos melainkan sahabat!” tuturnya. Sebuah sikap yang sederhana namun sungguh berdampak. Fred tidak pernah mencari pujian atau pengakuan. Ganjaran dan pengakuan baginya adalah hiasan di atas kue. Kuenya sendiri adalah mengerahkan kerja terbaiknya dan memberikan pelayanan. “Tidak diperlukan banyak waktu untuk membuat orang tersenyum. Dan jika saya mampu membuat seseorang dalam rute antar saya tersenyum, itulah ganjaran atau hadiah untuk saya,” ucapnya.

Memberi Lebih

Setiap hari, di mana pun kita berada kita bisa dengan cepat menilai orang-orang yang memberikan nilai tambah. Suatu kali, saya pernah berkunjung ke sebuah pabrik. Beberapa sebelum bel jam pulang kerja berbunyi, para karyawan telah berbaris rapi di pintu keluar. Hanya sebagian kecil yang masih berkutat dengan pekerjaannya seakan hendak berkata bahwa menyelesaikan pekerjaan dengan baik lebih penting daripada pulang tepat waktu.

Saya juga kerap mengamati perilaku para supir taksi menghadapi penumpang yang membawa barang banyak. Ada yang segera turun untuk membantu menata barang-barang tersebut di bagasi. Ada juga yang hanya berdiam diri di dalam mobil setelah menekan tombol pembuka pintu bagasi yang terletak di bawah kursi supir.

Sikap mau memberi lebih sepeti ditunjukkan Fred sebenarnya dapat dilakukan siapa saja yang memang mau. Langkah yang paling sederhana dimulai dengan mengetahui job description (uraian kerja) lalu kerjakan dengan sebaik-baiknya. Jika ini kita lakukan, setidaknya akan mengurangi penilaian atau komentar negatif terhadap kinerja kita.

Langkah berikutnya adalah mencoba mencari tahu apa ekspetasi orang-orang di sekitar kita terhadap kita, kemudian berusaha untuk memenuhi atau melampaui ekspetasi tersebut. Misalnya, seorang atasan tentu berharap agar anak buahnya mampu juga memikirkan solusi dari setiap permasalahan yang diutarakan. Sebaliknya anak buah juga berharap agar atasan peduli dan mau membimbing anak buahnya agar semakin baik.

Bagaimana menurut Anda? ***

 

Writer : Paulus Winarto

* Best Selling Author, Motivational Teacher and Leadership Trainer.

Halaman :
1

Ikuti Kami