Segala sesuatu terjadi dengan waktu sekejap. Ketika Linawati Kusuma keluar dari mobil yang dikemudikan ayahnya, Irwan Kusuma, perampok bermotor mendatangi dirinya. Linawati berusaha mempertahankan tas yang ia miliki. Mendengar keributan di jalan, sang ibu, Fang Fang segera menghampiri Linawati. Sambil merebut tas milik Lina, perampok yang panik segera melepaskan tembakan kearah perut ibu Fang Fang.
Linawati Kusuma begitu terkejut
Dari jarak kurang lebih setengah meter, mama saya ditembak
Di dalam mobil Irwan Kusuma hanya bisa tertegun
Saya sempat nggak percaya, bahwa ia benar-benar ditembak. Saya nggak percaya. Begitu orang-orang kasih tahu, semuanya teriak-teriak begitu, seketika itu juga saya turun.
Irwan Kusuma segera melarikan sang istri ke rumah sakit
Saya sebentar-sebentar melongok, sebentar-sebentar melongok. Di bangku mobil itu memang ada darah. Di depan pintu rumah sakit, di depan UGD, dia sudah kehabisan suara. Disana dia ditolong dengan pertolongan pertama yaitu untuk memberhentikan darah. Peluru masih bersarang di dalam tubuh.
Namun dokter tidak bisa mengoperasi ibu Fang Fang
Karena alatnya nggak lengkap dokter nggak berani mengoperasi. Kita lalu cari tempat lain. Setelah itu saya menghubungi salah satu temen yaitu bapak Mangkunarko. Dia lalu telepon ke rumah sakit pantai Indah Kapuk. Sampai di RS pantai Indah kapuk, dokter bilang bahwa istri saya tidak bisa dioperasi karena darahnya sudah terlalu banyak keluar. Nanti kira-kira jam sebelas malam baru bisa dioperasi karena dia harus mendapat tambahan darah dulu.
Melihat ibunya kritis, Linawati diliputi kepedihan
Saya hanya bisa nangis terus. Terus terang saya tidak tega melihat mama seperti itu. Saya sayang sama mama walaupun saat ini saya belum bisa membahagiakan mama, tapi kehidupan saya menjadi lebih berwarna ketika mama itu ada.
17 Juli 2006 jam 23.00 malam operasi dilakukan. Tampaknya operasi berlangsung dengan baik. Namun pasca operasi, hal yang ditakutkan terjadi. Ibu Fang Fang mengalami pendarahan parah. Ia bahkan mengalami muntah darah akibat pendarahan di bagian perutnya.
Dr. Riki Tenggara Spd Pd yang merawat ibu Fang Fang
Setelah masuk ICU ternyata pendarahan masih berlangsung terus. Dokter bedahpun memutuskan untuk melakukan re-operasi. Itu bukan keputusan mudah karena itu artinya melakukan operasi dalam kondisi yang lebih berat. Dokter mengatakan beberapa organ vital dari ibu Fang- Fang harus diangkat.
Dalam keadaan yang kritis, beberapa kerabat tetap mempersalahkan Linawati yang ketika terjadi perampokan tetap mempertahankan tas yang dipegangnya. Mereka mengatakan kalau saja Lina menyerahkan tas itu maka mamanya tidak akan mengalami keadaan kritis seperti itu. Mereka mempersalahkan Lina yang dianggap tidak punya belas kasihan pada mamanya.
Linawati begitu tertekan dan merasa amat bérsalah
Saya semakin penuh perasaan berdosa. Sepertinya saya menganggap semua ini penyebabnya adalah saya. Saat itu saya tidak tahu apa yang harus saya perbuat. Sebagai manusia saya sedíh sekali. Hati saya hancur, saya hanya bisa menangis.
Kesedihan yang sama dialami Irwan Kusuma
Menyendiri, saya hanya banyak menyendiri. Kadang-kadang cuma merenungi kenapa kok sampai begini?. Saya merasa sedíh sekali, hanya khan kadang-kadang saya tidak mau orang tahu kesedihan saya
19 Juli 2006 dilakukan operasi kedua. Ibu Fang Fang mengalami luka berat. Banyak organ tubuhnya hancur karena peluru. Organ tubuh yang diangkat adalah sebagian pánkreas, keseluruhan ginjal kirinya, limpa yang sudah hancur, dan liver yang robek-robek akibat diterjang peluru.
Ibunda Lina ini mengalami penolakan transfusi
Setelah operasi yang kedua mama saya tidak bisa menerima darah. Setiap masuk kamar ICU saya tanya : "Dokter, kondisi mama bagaimana?" Dokter bilang : "Mama kamu nggak bisa tarima darah. Darah yang dimasukin - yang ditransfusi, keluar lagi.
Karena Lina mempertahankan hal yang bersifat materi, ibunya menjadi korban. Peluang hidupnya tinggal 25%. Lina tidak bisa membalikkan waktu untuk memperbaiki keadaan. Lina hanya bisa meratap dengan penuh penyesalan.
Malam itu saya bergumul, saya meratap pada Tuhan. Saya hanya bisa bilang : "Tuhan tolong mama saya. Mama saya tidak bisa terima darah. Kalau kondisinya seperti ini dokterpun bilang tidak ada harapan." Saya mau berserah karena saya tahu hidup mama ada didalam tangan Tuhan. Saya bilang : "Tuhan, saya mau mengampuni orang-orang yang menjahati keluarga kami"
Saat itulah Lina melihat harapan dari Tuhan
Pada saat itu saya hanya melihat dengan pandangan rohani saya, ranjang di rumah sakit dimana mama saya tidur, saya melihat dia tidur. Dan saya bilang : "Tuhan, saya tahu Engkau hadir disana. Dan saya melihat dari tanganNya itu ada satu selang yang mengalir ke tangan mama saya. Saya tahu yang mengalir di dalam tubuh mama saya adalah darah Tuhan Yesus. Mulai saat ini saya tahu mama saya pasti bisa menerima darah."
4 Hari kemudian kondisi ibu Fang Fang semakin tidak karuan. Ia mengalami perubahan total. Ingatannya mengalami trauma, ibu Fang Fang mengalami penglihatan aneh-aneh. Ia melihat kaca-kaca ditembaki, penglihatannya sudah lain.
Lina seakan putus harapan
Saya bilang : "Tuhan saya menderita, saya tidak kuat." Saat itu Roh Kudus mengingatkan saya : "Kenapa kamu tidak mengucap syukur, bahwa Aku masih menyertai kamu, bahwa Aku ada selalu untuk kamu."
Kondisi ibu Fang Fang tampak membaik. Malamnya Lina masih bisa bercanda dengan mama pada waktu jam besuk. Saat Lina kembali ke rumah, adiknya menelpon dan mengabarkan kembali bahwa ibu Fang Fang ada dalam keadaan kritis
Tapi kemudian ada telepon : "Ci cepat kembali ke rumah sakit!". Saya sempat panik karena suaranya panik . Saya bilang : "Mama kenapa?, mama kenapa?". "Pokoknya cepetan saat ini juga harus balik."
Lina mulai memikirkan hal-hal buruk
Saat itu di mobil saya hanya bisa berdoa, saya menangis. Saya terus berdoa karena saya sempat terpikir pikiran negatif : "Ohh tadi tuh seneng-seneng sama mama mungkin yang terakhir kalinya."
Malam itu jantung ibu Fang Fang tiba-tiba berhenti. Dapatkah ia bertahan dalam kondisi yang sangat lemah?. Lina hanya bisa berdoa.
Di ruangan ICU itu hanya ada adik saya, Yoseph yang melihat mama diberikan pertolongan pertama. Saat itu kita semua hanya bisa berdoa. Saya tahu ini merupakan proses, tapi tolong Tuhan beri kekuatan. Saya bilang : "Tuhan tolong selamatkan mama saya".
Tuhan mendengar doa Lina dan keluarganya. Ibu Fang Fang berhasil melewati masa krisis. Namun tantangan belum berakhir bagi keluarga Irwan Kusuma dan putrinya Lina. Selama berada di rumah sakit, biaya yang harus ditanggung besarnya hingga 360 juta rupiah. Dalam hal ini kembali Tuhan menyatakan kasihNya.
Irwan Kusuma yang mengalami kebaikan Tuhan.
Dalam 22 hari, hari demi hari setelah drop itu dia mulai ada perkembangan yang bagus. Walau tidak secara drastis, tapi sedikit demi sedikit dia semakin baik. Setiap hari selalu ada saja orang membantu, tidak ada henti-hentinya. Bantuan doa apalagi. Bantuan makanan, bantuan dana, semua diberikan. Saya bersyukur dan berterima kasih.
Setelah satu bulan berada di RS, ibu Fang Fang dinyatakan sehat dan bisa meninggalkan RS dan pulang ke rumah. Bahkan Dr. Riki Tenggara Spd Pd merasa digerakkan Tuhan untuk meringankan biaya pengobatan.
Kita hanya mengatakan súdahlah, mungkin untuk biaya dokternya tidak usah bayar. Yang penting apa yang sudah kita upayakan itu bisa menjadi suatu kehidupan. Penyembuhan dari ibu Fang Fang ini lebih merupakan mujizat dari Tuhan
Saat ini ibu Fang Fang telah bisa melakukan aktifitasnya seharí-hari tanpa ada keluhan sedikitpun.
Hanya syukur yang ada dalam hidup Irwan Kusuma
Ini adalah satu mujizat yang bisa kita lihat dengan mata karena menurut siapapun juga, termasuk dokter sebetulnya telah angkat tangan dan mengatakan tidak ada harapan.
Linawati Kusuma
Tuhan Yesus itu adalah papa saya, sahabat saya, Juruselamat saya dan Allah yang hidup karena dia telah memberikan anugerah untuk kehidupan mama saya dan juga keluarga kami. Dia pemberi mujizat yang luar biasa, tidak ada Tuhan seperti Dia.