“Waktu saya melihat papa saya sedang berjudi, apalagi kalau melihat beliau menang, saya jadi punya cita-cita ingin jadi penjudi yang selalu menang. Pokoknya waktu itu, papa saya punya banyak duit, mudahlah bagi dia untuk cari judi.” cerita Oksin tentang masa lalunya yang sering sekali lihat papanya berjudi.
Namun, di balik itu semua, ada kesan tersendiri di dalam diri Oksin terhadap ayahnya. Dia merasa bahwa ayahnya pilih kasih, kakaknya sering mendapatkan hadiah, tapi dia sendiri tidak dibelikan. Itu juga yang dia rasakan atas perlakuan mamanya terhadap dirinya. Sampai papanya meninggal dunia saat dia sudah dewasa. Dia merasa bebas dan dapat melakukan apapun yang dia mau. Dia pun mulai melakukan apa yang dia sukai. Berjudi, obat-obatan, maupun ke dukun.
Sering Oksin pulang ke rumah dalam keadaan stress akibat kalah. Dia pun bertekad untuk tidak mau kalah lagi. Dia pun pergi ke dukun. Setelah beberapa kali mencoba, ternyata jimat yang diberikan dukun itu tidak mempan juga, dia tetap saja kalah. Di tengah kegalauan itu, Oksin yang diajak temannya ke klub malam, dikenalkan temannya dengan seorang wanita. Baru beberapa kali bertemu, Oksin sudah melakukan hubungan intim dengan wanita yang ternyata seorang wanita penghibur. Meski ada rasa bersalah di dalam hatinya, Oksin tetap melakukan hal terlarang itu.
Suatu malam, Oksin merasakan sesuatu yang aneh. Di tengah ngobatnya, dia pulang ke rumah. Di dalam kamar, Oksin kejang-kejang. Ibunya yang melihatpun memanggil dukun. Ternyata di lehernya, dia merasa ada tambang. Seolah-olah dia mau meninggal, dan nafasnya sudah megap-megap.
Dukun yang dipanggil tidak membuahkan hasil. Mama dan kakaknya pun mencoba menggigit kakinya untuk menyadarkannya tapi tidak berhasil juga. Oksin pun membaca mantra-mantra yang tak juga memberikan hasil. Entah kenapa, dia ingat masa kecilnya dulu waktu dia pernah ke sekolah minggu, ada lagu ‘Dalam nama Yesus’. Dia pun mulai menyanyikan lagu itu di dalam hatinya.
Apa yang terjadi? Tiba-tiba ada sebuah sinar terang di atas kepalanya. Tambang tersebut lepas. Namun, setelah lolos dari maut, perbuatan Oksin tidak berubah, malah lebih parah. Suatu hari, ketika dia menyewa kamar hotel untuk melakukan hubungan intim dengan seorang wanita yang bukan istrinya, dia memasang nomor kamar yang dia sewa itu untuk berjudi dan ternyata dia menang. Sejak saat itu, seringkali Oksin akan menyewa kamar untuk melakukan hubungan intim dan kemudian nomor kamar itu akan dia pasang togel.
Pada suatu malam, ketika Oksin hendak pulang ke rumah dalam keadaan mabuk, Oksin dihampiri oleh seorang waria. Oksin diajak ke rumahnya dan mereka pun melakukan hubungan badan. Setelah sadar sepenuhnya, Oksin merasa dirinya sangat rendah.
Sebenarnya, di dalam hati kecilnya, dia ingin hidup di jalan yang benar. Dia merasa lelah dan hidup seperti tidak ada artinya lagi. Dia pernah ingin bunuh diri karena hubungan dengan mamanya tak juga berjalan baik, dia juga merasa orang-orang tak menghargainya lagi.
Dia ingat ketika dia diikat tambang di lehernya dan berhasil selamat. Oksin tidak mau lagi kejadian seperti itu terulang lagi. Di saat itulah, dia menghubungi keluarganya. Salah satu saudaranya ini, mengajaknya beribadah. Di depan gereja, dia bergumul antara masuk atau tidak. Tapi akhirnya, dia masuk juga. Pendeta pun melakukan altar call. Di sana, Oksin maju dan minta didoakan.
Bukan suatu kebetulan, Oksin bisa mengingat lagu sekolah minggu yang sudah begitu lama berlalu di saat dia di tengah maut, bukan suatu kebetulan pula ada keluarganya yang dia hubungi sehingga dia bisa pergi ke gereja. Bukan suatu kebetulan, Tuhan jamah dia melalui pembimbing rohaninya, Amos. Ketika itu, dia didoakan dan semua bebannya terlepas, itu pula bukan suatu kebetulan. Tentu Tuhan punya rencana yang indah dalam hidupnya. Oksin pun mulai membenahi kehidupannya.
Sejak mengenal Yesus tahun 2003, Oksin sudah tidak lagi berjudi, main-main dengan wanita pun tidak lagi dilakukan. Hubungannya dengan mamanya sudah jauh lebih baik lagi, dengan keluarga kakaknya pun begitu. Sekarang bahkan dia mendapatkan seorang istri yang takut akan Tuhan dan satu anak. Tuhan jadikan semuanya indah pada waktunya.
Sumber Kesaksian :
Daniel Oksin
Sumber : V120228092720