Lepas Dari Materialisme (2)

Investment / 23 January 2012

Kalangan Sendiri

Lepas Dari Materialisme (2)

Hot Triany Nadapdap Official Writer
3606

Inilah suatu kisah dari Alkitab tentang orang bodoh dan hartanya. Ia bahkan disebut bodoh oleh Allah!

Lukas 12:16-21, “Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kataNya: ‘Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat dimana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu katanya: inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kau sediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.’"

Nah, bagaimana menurut Anda? Apakah ia bodoh? Tidak banyak orang yang demikian ditandai bedanya oleh Allah. tetapi, sebelum Anda ikut setuju, bacalah lagi kisah  di atas. Kisah ini tampak seperti gambaran American Dream! Orang kaya itu mungkin adalah seorang pekerja produktif. Ia membangun dan menabung dan bekerja keras seumur hidup. Ini tidaklah seperti beberapa orang pada zaman ini. Mereka membeli rumah kecil mereka yang pertama, dan ketika rumah itu menjadi terlalu kecil untuk mereka, mereka menjualnya dan membeli yang lebih besar. Dan, ketika ada sedikit kelebihan uang dari klaim atas pembayaran-rumah yang lebih tinggi dari seharusnya, mereka menawarkannya di pasaran dan mencari lagi rumah yang lebih besar, lebih bagus, lebih nyaman, dan lebih baru!

Laki-laki dalam Lukas 12 itu adalah orang cerdas. Ia seorang pembangun, seorang investor. Tidak ada bukti bahwa ia seorang yang tidak jujur, tidak ada bukti bahwa ia melanggar hukum, dan tidak ada bukti bahwa ia menghindari pajak. Tidak ada sama sekali. Ada orang di masa ini yang sama seperti dia. Mereka menulis buku yang menjadi bestseller, menjadi pembicara dalam seminar yang mahal, mempunyai gedung-gedung universitas yang diberi nama seperti nama mereka, dan mereka secara terbuka dinyatakan sebagai wirausahawan individu-individu yang membuat hebat Amerika! Mereka bekerja keras, berinvestasi dengan baik dan pensiun dini.

Namun, dalam Lukas 12, Yesus menyebut orang ini orang bodoh! Wah! Mengapa? Apakah sukses itu salah? Apakah kaya itu salah? Apakah artinya orang-orang Kristen harus semuanya miskin? Tidak! Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Daud, Salomo, Daniel, Yusuf Arimathea, dan Cornelius, mereka semua kaya. Malahan ada di antara mereka yang luar biasa katanya.

Jadi, apakah perbedaan antar orang yang disebut bodoh oleh Allah, dengan bapa-bapa Perjanjian Lama, yang adalah bapa-bapa besar dari umat manusia, serta tokoh-tokoh dari Perjanjian Baru? Inilah perbedaannya: Pandangan oran itu terhadap hidup sepenuhnya berpusat-pada-diri-sendiri. Segala yang dilakukannya adalah untuk dirinya sendiri. Segala kesempatan, segala pembelian, segala penjualan, segalanya adalah menyangkut kesenangan dan kebahagiaan pribadinya. Dalam pikirannya, Dia, bukan Allah, adalah pemilik tunggal hidup dan hartanya. Prioritas-prioritas—prioritas-prioritas itu begitu sesatnya sehingga ia pantas dilabeli “orang bodoh”.

Ia menggunakan kekayaannya untuk dirinya sendiri dari pada untuk Kerajaan Allah. Rasa amannya begitu terobsesi oleh kesanggupannya, uangnya, dan hartanya. Ia menuju kehidupan pensiunan yang menyenangkan tetapi tanpa Allah. Seorang pensiunan yang hedonis dan melayani-diri-sendiri, bukan pensiunan yang berjiwa pelayanan.

Ya, benar bahwa Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Salomo, dan Daniel adalah orang-orang kaya dalam Alkitab. Tetapi, inilah perbedaan antara mereka dengan orang yang bodoh dari Lukas 12. Mereka memiliki kekayaan, tetapi mereka masing-masing sepenuhnya mengabdi kepada Allah.

Apakah salah bila menikmati berkat Allah? Tentu saja tidak, tetapi berkat Allah berarti prioritas hidup kita harus benar. Pertama, Allah harus diakui sebagai sumber segala hal. Kedua, kepemilikanNya yang sepenuhnya atas segala yang kita miliki harus kita akui. Ketiga, ketahuilah bahwa kekayaan rohani kita jauh lebih penting dari pada kekayaan materi kita.

3 Yohanes 2,
“Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja.”

Yosua 1:8,
“Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalanmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.”

Memiliki gaya hidup mewah dan tidak memprioritaskan pada apa yang menjadi kebutuhan hidup bukan kesukaan bagi Tuhan. Mulai buat daftar prioritas kebutuhan Anda, berikan prioritas tertinggi pada apa yang menjadi kebutuhan rutin dan sisanya dapat Anda tabung. Jadilah maksimal dengan apa yang Anda miliki di tangan Anda, yaitu uang Anda.

Sumber : Disadur dari: Buku Biblical Principles for Becoming Debt Free! (Frank Damazio&Rich; Brott)
Halaman :
1

Ikuti Kami