Jika Anda berencana untuk terbebas dari jerat utang dan tetap demikian seumur hidup Anda, kita harus membahas tentang kesenangan pribadi dan hedonisme.
Amsal 21:17, “Orang yang suka bersenang-senang akan berkekurangan, orang yang gemar kepada minyak dan anggur tidak akan menjadi kaya.”
Ayat ini memberi tahu kita bahwa menyukai kesenangan dan hedonisme menyia-nyiakan aset dan menghalangi kita dalam membangun sumber daya finansial yang layak.
Yesus mengatakan hal berikut dalam Lukas 12:15, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.”
Di Amerika Serikat, kita hidup dalam dunia yang dipenuhi dengan benda ini dan barang itu. Berkutat di sekeliling benda ini dan barang itu dapat didefinisikan sebagai materialisme. Kebiasaan-kebiasaan belanja kita sering kali dibangun berdasarkan materialisme karena kita menginginkan berbagai benda, dan lebih banyak lagi dan lagi. Kita tampaknya tidak punya cukup barang.
Sekarang dengar saya baik-baik. Mempunyai benda ini dan itu bukan masalah. Mempunyai uang hingga mampu membeli benda ini dan itu juga bukan masalah, tetapi barang ini dan benda itu seharusnya tidak Anda beli hanya karena Anda mempunyai uang. Tentu saja, kalau Anda tidak mempunyai uang, barang-barang itu belum tentu terpikirkan untuk dibeli. Menurut Alkitab, sebagai bendahara kita tidak boleh menghabiskan uang Tuan kita atas barang-barang yang tidak kita perlukan. Hal itu sangat bodoh.
Jadi, jika memiliki kekayaan bukan masalahnya, dan memiliki harta bukan masalah juga, maka apakah penghalang yang berpotensi menjadi batu sandungan? Masalah rohani muncul karena mencintai barang-barang. Bila kita tidak pernah merasa cukup, bila kita harus memiliki lebih banyak lagi, di sinilah kita tersandung secara rohani.
Banyak orang tua mencoba mengungkapkan cinta mereka kepada anak-anaknya dengan kesenangan yang berlebihan berupa pemberian-pemberian dan uang. Mungkin ini cara mereka untuk menutupi kekurangan mereka sebagai orang tua yang sering tidak ada untuk anak-anak mereka, orang tua yang gila kerja atau yang kekurangan bimbingan rohani dalam keluarga. Tetapi, hal ini bertentangan dengan prinsip-prinsip lain dari Alkitab. Jalan hidup orang Kristen pada dasarnya adalah pelayanan dan pengorbanan, bukan materialisme dan hedonisme.
Salah satu definisi tentang materialisme menyatakan:
“Kecenderungan untuk menganggap terlalu penting hal-hal yang menyangkut materi; pengabdian kepada yang bersifat materi dan keinginan-keinginannya.”
Definisi lainnya:
“Suatu hasrat atas kekayaan dan harta materi dengan sedikit minat terhadap soal etika dan soal spiritual.”
A. W. Tozer berkata, “Jangan pernah memiliki apa-apa; lepaskan diri dari rasa memiliki!”
“Materialisme adalah pandangan hidup yang menganggap kepemilikan hal-hal materi sebagai kebaikan tertinggi, summon bonum. Yang terkait di sini adalah lebih dari sekedar penghargaan atas hal-hal fisik. Materialisme jauh melampaui kenikmatan sederhana atas keuntungan-keuntungan materi. Pandangan ini radikal dan merupakan suatu ideologi. Radikal, karena hal itu menjadikan hal-hal materi sebagai inti atau ‘akar’ (=root=radix) segala kebahagiaan manusia. Suatu ideologi, karena materialisme mengubah kata yang bersifat netral, yakni ‘material’, menjadi suatu filsafat hidup.”
Memiliki gaya hidup mewah dan tidak memprioritaskan pada apa yang menjadi kebutuhan hidup bukan kesukaan bagi Tuhan. Mulai buat daftar prioritas kebutuhan Anda, berikan prioritas tertinggi pada apa yang menjadi kebutuhan rutin dan sisanya dapat Anda tabung. Jadilah maksimal dengan apa yang Anda miliki di tangan Anda, yaitu uang Anda.