Keputusan penerbit utama di Inggris untuk memindahkan komik Tintin episode “Tintin di Kongo” dari rak buku anak ke rak buku dewasa dan dijual dengan pita khusus menuai protes dari Vatikan.
Melalui surat kabar harian Vatikan, L'Osservatore Romano, Vatikan mengecam keputusan tersebut. Vatikan membela karakter wartawan muda asal Belgia itu dengan menyebutnya sebagai pahlawan Katolik.
Menurut Vatikan, tokoh Tintin 'sangat Katolik' karena memiliki kendali moral, menyelamatkan yang tidak bersalah serta mengalahkan kejahatan. Karakter Tintin saat berpetualang bersama Kapten Haddock juga dinilai menggambarkan nilai kesetiaan, persaudaraan, persahabatan, dan tolong menolong yang universal.
Tintin dibuat oleh seniman Belgia, Herge, pada tahun 1930. Jadi, apa yang dimasukkan Herge ke dalam cerita Tintin merefleksikan nilai yang berlaku di tanah Eropa pada konteks zaman tahun 30-an, masa antara dua perang. Tintin di Kongo memang dipenuhi hal-hal klise pada era di mana bangsa Belgia mengeksploitasi Kongo. Namun ia tak pernah menggambarkan mereka sebagai orang jahat.
Pembelaan L'Osservatore Romano terhadap Tintin dimuat sepekan sebelum Paus Benediktus XVI melawat ke Benin di Afrika Barat. Artikel mengenai Tintin ini juga seolah menyambut peluncuran film animasi Tintin dan Rahasia Unicorn besutan sutradara kondang Steven Spielberg di bioskop.
Komik Tintin sudah lama menjadi kontroversi karena isinya memuat isu rasial, jika Anda pengemar komik Tintin sebaiknya perlu lebih bijaksana dalam menyikapinya. Tuhan menciptakan setiap manusia dengan segala keunikan dan perbedaan, inilah yang memberikan keindahan dalam kehidupan.