Pemberian gelar kepada Raja Malaysia Mizan Zainal Abidin beberapa hari lalu mendapat kecaman dari berbagai pihak di Indonesia. Hal ini tentu bukan tanpa alasan, di saat sedang memanasnya konflik perbatasan di antara kedua negara serumpun ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono malah menganugerahkan "Bintang Adipurna" kepada Raja dari negeri jiran tersebut.
Tidak hanya SBY sebenarnya yang mendapatkan kritikan dari rakyat akan apa yang dilakukannya ini, Rektor Universitas Indonesia Gumilar Rusliwa Somantri beberapa waktu lalu pun sempat menerima hal serupa dari civitas akademika perguruan tinggi yang dipimpinnya. Ketika itu, ia dikritik karena memberikan Gelar Dr (HC) kepada Raja Arab Saudi.
Pertanyaan saat ini, kepada siapakah seharusnya pemerintah atau suatu instansi memberikan gelar atau penghargaan? Memang tiap-tiap institusi memiliki persyaratan atau ketentuan tersendiri dalam menetapkan seseorang sebagai penerima gelar. Namun, ada satu benang merah diantara ketentuan-ketentuan masing-masing lembaga/instansi ini yakni si penerima gelar berjasa nyata terhadap bangsa/bidang tertentu yang menyangkut orang banyak.
Beranjak akan hal ini, tentu kita semua dapat menilai pantaskah si A atau si B atau si C menerima suatu gelar? Atau bertanya kepada lembaga-lembaga yang memiliki otoritas memberikan gelar, “Mengapa si A atau si B atau si C yang sebenarnya lebih pantas menerima gelar malah sampai sekarang tidak mendapatkannya?”
Semoga ke depan perihal pemberian gelar dilakukan lebih bijaksana dan lebih banyak mendengar masukan dari orang-orang sehingga kecaman-kecaman seperti sekarang ini tidak terjadi lagi.
Sumber : berbagai sumber/bm