Habis Gelap Terbitlah Terang, Sebuah Pengalaman Nyata

Family / 19 April 2011

Kalangan Sendiri

Habis Gelap Terbitlah Terang, Sebuah Pengalaman Nyata

Puji Astuti Official Writer
7224

Pernikahan membuka tabir rahasia kehidupan banyak orang. Seringkali di masa pacaran, banyak orang memakai topeng untuk meluluhkan hati pasangannya. Namun ketika cinta sudah ditangan, topeng pun dibuka dan pasangan pun merasa tertipu, inilah yang dirasakan oleh Sifra.

“Setelah kami menikah, baru dua hari dia sudah memperlihatkan sifat-sifat jeleknya. Saya kaget sekali..” ungkap Sifra.

Tidak hanya kasar, suaminya juga berani berselingkuh di depan hidungnya. Bahkan mertua dan keluarga suaminya membela pria yang telah menyakiti hatinya itu.

“Pernah dia ngga pulang semaleman dan dia bilang ada rapat. Setelah saya tahu, ternyata dia pergi sama perempuan-perempuan nakal. Setelah saya tegur, dia marah sekali dan emosi. Lalu keluarganya dateng untuk mengeroyok saya, dia kalap dan ambil pisau. Saya sudah hampir ditusuk waktu itu,” tutur Sifra sambil menahan air mata. “Jarak pisaunya cuma kurang lebih tinggal dua centi dari saya.”

Sifra sudah tidak tahan dengan perlakuan suaminya, ia telah sering minta di cerai oleh suaminya, namun yang ia terima adalah ancaman.

“Dia ancam saya, kalau muka saya akan di siram sama air keras, kalau ngga kuping saya akan diiris satu.”

Kejam, itulah perangai suaminya. Sifra hanya bisa bertahan dengan semua kekejaman itu setiap hari, namun suatu kali ada sebuah perbuatan suaminya yang tidak bisa lagi ia terima: suaminya mencoba memperkosa pembantu rumah tangga mereka di depan anak perempuan mereka.

“Anak saya yang perempuan tahu kalau bapaknya berbuat seperti itu… Malemnya saya tanya langsung, tapi dia lebih galak daripada saya.”

Peristiwa itu menjadi akhir perjalanan rumah tangganya dengan pria tersebut, ia akhirnya bercerai. Di tengah rasa sakit luka-luka akibat hancurnya rumah tangganya, Sifra membuka hatinya untuk seorang pria yang menurutnya dapat melipur laranya. Pria bernama Johan ini, sudah beristri dan memili anak dua, namun Sifra seperti dibutakan dan tidak memperdulikan fakta bahwa kini ia menjadi wanita kedua yang akan merusak rumah tangga orang lain. Ia menikahi pria itu.

“Istrinya baru sekali dateng ke rumah langsung ngamuk-ngamuk. Saya diam saja karena saya tahu saya salah, selain itu saya juga malu, kalau sampai teriak kan tetangga jadi tahu.. Sedangkan dia itu kan memang suami orang.”

Masalah tidak berhenti di situ, utang jutaan rupiah peninggalan suaminya membuatnya dikejar-kejar penagih hutang. Bahkan orang itu mengadukannya ke pimpinan di tempat kerjanya. Ia pun di adukan ke pihak berwajib dan harus berurusan dengan hukum.

“Polisi sempat tulis di koran kalau saya orang yang dicari oleh polisi,” demikian ungkap Sifra.

Tapi itulah kenyataannya, ia menjadi seperti penjahat yang dalam pelarian. Tapi apa yang terjadi kemudian benar-benar diluar dugaannya, Johan menyerahkannya pada polisi.

“Saya waktu itu pulang ke Bandung bareng dia. Saya di ajak lewat sawah, ternyata di sawah itu sudah ada polisi,” jelas Sifra lirih.

“Saya di BAP dari jam 9 sampai pagi jam 4, lalu saya dimasukin ke dalam sel.”

“Waktu itu perasaan saya hancur sekali,” ungkap Sifra sambil menangis, “Saya belum pernah ngalami sepert ini, belum pernah masuk penjara. Saya hancur, saya malu.”

Yang lebih menyedikan, suami keduanya Johan tidak mengakui bahwa dia adalah istrinya, “Hati saya sakit sekali, sampai dendam pada waktu itu.”

Tapi bukan hanya hidup Sifra yang hancur, kehidupan anaknya pun ikut hancur karena harus hidup tanpa seorang ibu.

“Pembantu saya datang, ‘Ibu saya pamit, besok anak ibu saya bawa ke kampung. Anak ibu harus berhenti sekolah dulu..’ Saya menangis, menyesali semua kesalahan saya. Saya minta ampun sama Tuhan, saya sudah putus asa dan kehilangan arah.”

Kekuatan Sifra telah habis, ia hanya bisa sujud di hadapan Tuhan memohon pertolongan. Namun ia tidak menduga sama sekali bahwa Tuhan begitu dekat dengan dirinya dan menjawab permohonannya dengan begitu cepat.

“Saya lagi tunduk gitu, tiba-tiba ada cahaya seperti salib. Waktu itu saya tidak tahu kalau itu salib Tuhan Yesus,” kenang Sifra dengan meneteskan air mata haru. “Saya kaget sekali, kaget seperti orang yang tidak punya Tuhan… Saya pikir apa ini setan ya..? Saya kaget sampai saya takut.”

Yang lebih ajaib, pagi harinya dua orang teman yang sudah lama tidak ia jumpai tiba-tiba datang menjenguk bahkan mereka mau mencarikan pengacara untuk menolongnya.

“Selesai di besuk, saya mengucapkan ‘Duh Tuhan.. terima kasih Tuhan.. mungkin jalan terang yang semalam saya temukan adalah kedua orang itu…’ Saat itu saya merasakan di tubuh saya benar-benar ada semangat untuk hidup.”

Setelah melewati beberapa proses hukum, Sifra di bebaskan dari penjara. Namun di harinya, ia masih berjuang melupakan luka hatinya.

“Tapi pelan-pelan kalau saya bawa doa, dendam saya yang selama ini saya simpan begitu dalam menjadi seperti luka yang menganga lebar, pelan-pelan terkikis. Pelan-pelan saya mulai ada ketenangan jiwa. Tapi saya belajar ke arah itu agak susah sekali. Teman saya selalu menasehati kalau kejahatan jangan dibalas kejahatan, sama seperti di ajaran kita kalau ditampar pipi kiri berikan pipi kanan.”

Kini Sifra menjalani hidup baru dengan putrinya Pipit dalam naungan kasih Kristus, karena ia telah mengubur masa lalunya yang pahit dalam penebusan Yesus Kristus.

“Walaupun sekarang saya tidak bergelimang harta, saya tidak punya yang berlebih, tapi saya bahagia bisa bersama Tuhan Yesus,” demikian ungkap Sifra. “Mungkin kata-kata yang tepat menggambarkan hidup saya adalah habis gelap terbitlah terang. Waktu dulu saya belum kenal Tuhan Yesus saya mengalami kegelapan, tapi setelah bertemu Tuhan Yesus mengalami jalan terang.”(Kisah ini ditayangkan pada acara Solusi Life di O Chanel tanggal 19 April 2011)

Sumber Kesaksian:

Sifra Setiyaningsih

Sumber : V101214130653
Halaman :
1

Ikuti Kami