Eksistensi

Nasional / 7 March 2011

Kalangan Sendiri

Eksistensi "Agama Pelacur" Di Indonesia

daniel.tanamal Official Writer
5808

Mungkin judul diatas terkesan provokatif namun jika kita ingin menyelami lebih dalam tentang sisi lain kehidupan para saudara sebangsa yang berprofesi sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK), nampaknya buku berjudul "Agama Pelacur" akan menjadi referensi berharga, khususnya untuk kita yang selalu punya pola pikir justifikasi bahwa kehidupan PSK jauh dari kehidupan spiritualitas dengan penciptanya.

Dalam bedah buku oleh sebuah kelompok mahasiswa di STAIN Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Sabtu (5/3), buku setebal 199 halaman hasil penelitian terhadap kehidupan spiritualitas para PSK di tiga lokasi di kota Surabaya itu menggugah pembaca untuk mengetahui dan mengerti bahwa memiliki dimensi kemanusiaan yang perlu diperhatikan dengan cara empati agar kita tidak terjebak dengan ikut-ikutan mengumpat dan menghujat mereka. Sebab PSK adalah juga pribadi manusia yang memiliki spiritualitas dan bahasa tersendiri dalam mengapresiasi dan berdialog dengan Tuhan.

Salah satu tim peneliti terbitnya buku "Agama Pelacur" yang hadir dalam acara bedah buku tersebut, Habib Musthafa menuturkan buku itu tidak untuk menjawab apakah pelacur punya agama, melainkan bagaimana pelacur itu menjalankan agamanya. Karena persoalan agama itu adalah urusan manusia dengan Tuhan. Penelitian di tiga lokasi pelacuran di Surabaya di antara di lokalisasi Moroseneng, Dolly, dan Jagir mengungkap bahwa pelacur juga taat menjalankan agamanya di tengah aktivitasnya melayani lelaki hidung belang. "Kita ingin mengungkapkan fakta bahwa pelacur juga makhluk Tuhan yang memiliki dimensi hubungan dengan Tuhannya. Tapi apakah dia akan diterima itu adalah urusan Tuhan. Dan kita ingin semua yang mengerti bisa peduli mereka dengan cara-cara yang baik dan manusiawi,” terangnya.

Buku ini bukan ditulis untuk membenarkan eksistensi pelacuran. Sebaliknya menggugah setiap orang agar membantu pelacur keluar dari kehidupannya yang melanggar agama. Orang yang jatuh ke dalam dosa bukan penyakit yang perlu disingkiri, melainkan saudara yang harus diperhatikan dan ditolong. kita dapat belajar untuk tidak berfokus pada kesalahan yang diperbuat, tetapi pada realitas kita sebagai orang yang telah ditebus oleh Kristus dan pemulihan yang tersedia di dalam anugerah-Nya. Sikap semacam ini mengandung daya pemulihan secara rohani yang manjur untuk membangkitkan kembali mereka yang jatuh serta berbalik kepada satu nama yaitu Tuhan Yesus.

Sumber : tempointeraktif/DPT
Halaman :
1

Ikuti Kami