Membunuh Pangeran Impian

Single / 16 February 2011

Kalangan Sendiri

Membunuh Pangeran Impian

Lestari99 Official Writer
5232

Selama beberapa tahun salah seorang teman pria saya mengatakan bahwa alasan banyak orang Kristen tetap menjadi lajang adalah karena “Sindrom Pangeran Impian”. Kebanyakan wanita, katanya, menanti datangnya pangeran impian mereka, dan terus terang saja, rata-rata pria Kristen tak dapat memenuhi harapan itu.

Baru-baru ini suami dari seorang teman yang menikah mengatakan, “Wanita perlu menyerah pada harapannya akan Pangeran Impian dan mulai mencari serta memperhatikan pria-pria baik yang ada di sekitarnya. Seseorang yang benar-benar melakukan sesuatu atas hidupnya.”

Namun kaum wanita bukanlah satu-satunya pihak yang memiliki harapan yang salah. Teman yang sama membicarakan teman-teman prianya yang lajang dan berusia 20-an dengan mengatakan seperti ini, “Saya pikir mereka sedang mencari wanita yang seksi menurut versi mereka sendiri.”

Ini bukan pertama kalinya saya mendengar kata-kata yang tepat mengacu pada syarat yang dimiliki pria Kristen lajang dalam mencari teman hidup. Jadi saya bertanya kepada suami saya mengapa hal ini bisa terjadi. Suami saya hanya menjawab, “Saya pikir karena pria terhubung melalui aktivitas, dan mereka berpikir sangatlah penting bagi seorang wanita untuk menyenangi minat mereka. Dan tentu saja, pria itu visual, jadi mereka pun mencari seseorang yang memang menarik.”

Namun sama halnya dengan keyakinan wanita yang mengharapkan Pangeran Impian adalah suatu hal yang tidak realistis, harapan pria akan wanita yang bagaikan supermodel versi dirinya juga tidak realistis. Pada dasarnya, apa yang kita cari mungkin tidak ada. Dan kalaupun ada, mungkin bukan yang terbaik untuk kita. Jadi, darimana harapan-harapan ini berasal?

Pakar cinta dan hubungan Dr. Emerson Eggerichs baru-baru ini menyampaikan pesan di gereja saya, dan ia mengatakan sesuatu yang sangat menyentak hati saya, “Orang-orang Kristen hari-hari ini lebih informatif  akan cinta dan hubungan melalui ‘Holywood’ daripada ‘Holy Word (Firman Tuhan)’. Intinya adalah: televisi dan film-film memberikan sudut pandang yang tidak realistis kepada kita mengenai cinta dan hubungan percintaan.

Kita dapat dengan mudah tertipu untuk percaya pada cinta dalam pandangan pertama dengan merasakan getaran dan sengatan listrik di dada. Ketika, dalam kenyataannya, percintaan itu lebih sejalan dengan kisah Boas mendengar kabar yang beredar akan karakter Ruth, memperhatikannya di ladang, memberikan perkenanan khusus kepadanya, melindunginya dari para pekerja laki-laki dan pada akhirnya menjadi penebus kerabatnya. Sebagaimana yang dapat Anda lihat, skenario romantis kedua mengandung lebih banyak substansi daripada yang pertama.

Akar masalah ini adalah siapa atau apa yang memberikan gambaran kepada Anda akan pasangan ideal itu sebenarnya? Dan bukankah menjadi suatu harapan yang tidak realistis jika Anda menahan diri untuk mempertimbangkan seseorang yang mungkin bisa menjadi seseorang yang luar biasa bagi Anda? Saya telah mendengar kisah yang tak terhitung jumlahnya dari mereka yang mendapatkan pasangan jauh dari harapan mereka pada awalnya, baik dari segi usia, berat badan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, minat yang berbeda, dll. Namun orang-orang ini berhasil melewati perbedaan tersebut dan saat ini memiliki pernikahan yang bahagia dan memuaskan.

Jika orang-orang ini tidak terus mempertahankan sesuatu yang berbeda dari apa yang ada dalam pikiran mereka, mereka akan kehilangan semuanya. Jadi, para wanita, apakah ini waktunya bagi Anda untuk membunuh ‘Pangeran Impian’ Anda sebagai gambaran pasangan Anda di masa depan dan memberikan kesempatan kepada para pria yang ada di lingkup pergaulan Anda? Para pria, apakah Anda perlu melepaskan penantian akan wanita mempesona yang memahami setiap minat Anda untuk muncul? Mungkin akan lebih banyak pernikahan yang terjadi jika kita melakukannya.

Sumber : boundlessline.org
Halaman :
1

Ikuti Kami