Menyambut bulan cinta membuat saya memikirkan cinta. Tanpa terasa waku berlalu dengan sangat cepat. Hampir dua tahun lamanya saya mengabdikan diri menjadi seorang istri dan selama 10 bulan terakhir menjadi seorang ibu yang berbahagia dari seorang putri yang cantik.
Saya berkenalan dengan Dion enam tahun yang lalu. Saat itu saya masih bergumul dengan hati saya yang masih mengharapkan mantan padahal sudah setahun hubungan kami berakhir. Apa yang saya lalui bersama sang mantan bukanlah suatu hal yang mudah. Air mata dan pengkhianatan mewarnai hubungan kami. Tapi itulah kebodohan cinta dan saya terjebak di dalamnya. Setahun berlalu saya tetap belum bisa melupakannya, bahkan masih berharap kami dapat bersatu kembali. Saat itulah Dion masuk dalam kehidupan saya.
Saya tidak tahu apa yang membuat saya menerima cintanya saat itu. Tapi sampai saat ini saya sangat bersyukur karena saya melakukannya. Banyak hal yang kami lalui, termasuk proses dimana saya berusaha lepas dari ikatan emosional dengan sang mantan. Dan Dion selalu ada di sisi, mendampingi setiap proses sampai saya bisa lepas sepenuhnya. Setelah hampir 4 tahun menjalin kasih, kamipun memutuskan untuk menikah.
Suatu hari, tanpa sengaja saya menemukan sebuah catatan kecil. Saat membacanya, saya hanya bisa tersenyum geli. Di situ tertulis:
Kriteria pria idaman saya:
Rambut gondrong Gaya slengek’an (saya tidak suka pria yang selalu terlihat rapi) Orangnya ramai dan ceria (karena saya pendiam dan pemalu) (Saya menyebut salah satu suku di Indonesia) Dll, dll...Dan ketika saya memandang Dion, tak satupun kriteria yang saya minta ada pada dirinya. Mencoba flashback pada masa lalu, saya mencoba menyelami apa yang sedang saya pikirkan saat itu sampai-sampai saya bisa menulis semua kriteria itu. Kurang lebih sebenarnya saya menuliskan apa yang saya inginkan yang ada di dalam hati saya, dan pada saat itu saya juga sudah memiliki seseorang yang saya taksir di lingkungan gereja. Jadi bisa saja kriteria-kriteria tersebut sebenarnya merupakan gambaran dari pria tersebut.
Ketika saya melihat pada masa kini, Dion adalah satu-satunya pria yang membuat saya merasa sangat nyaman dan bisa menjadi diri saya sendiri. Saya tidak pernah malu menunjukkan segala kekurangan saya di hadapannya. Saya teringat ketika kami masih berpacaran, tanpa malu saya berani minta tambah saat kami sedang makan di restoran padang. Dan itu hampir selalu terjadi (entahlah saat itu saya memang memiliki selera makan yang sangat besar).
Dion adalah pria terbaik yang pernah saya kenal. Dia bisa begitu memahami saya dengan segala kekurangan dan kelebihan saya. Dia tidak pernah mempermasalahkan selera makan saya yang besar, dia tidak pernah komplain dengan bentuk tubuh saya, dia tidak mempermasalahkan apakah saya memotong pendek rambut saya atau membiarkannya panjang, dia juga tidak keberatan dengan dandanan saya yang seadanya. Bersamanya saya merasa begitu bebas dan merdeka mengekspresikan diri saya apa adanya.
Satu hal yang pasti, enam tahun terakhir sejak mengenal Dion merupakan tahun-tahun terbaik dalam hidup saya. Satu hal yang saya sadari dan itu tertanam dalam hati saya, yaitu Tuhan tidak selalu memberikan apa yang saya inginkan tapi IA pasti memberikan apa yang saya butuhkan. Dan kenyataan itu terlihat jelas dalam kehidupan saya saat ini ketika saya menikah dengan Dion, seorang pria yang tak pernah ada dalam bayangan saya, bahkan tak masuk satupun dari kriteria yang pernah saya tuliskan bertahun-tahun yang lalu.
Satu hal yang tak dapat dipungkiri, Dion merupakan hadiah terbaik yang Tuhan berikan dalam hidup saya. Saya hanya berharap agar ia dapat merasakan apa yang saya rasakan tentangnya, betapa ia begitu berharga dan berarti bagi saya. Karena selama enam tahun terakhir ini, saya tidak hanya sekedar jatuh cinta kepadanya tapi bertumbuh di dalam cinta bersamanya. Suatu hal yang tak dapat dibayar dan ditemukan oleh daftar kriteria pria idaman sebaik apapun.
Sumber : Jawaban.com