Wanita muda ini rela memberikan segalanya untuk pria pujaannya, hal itu membawanya dari satu dosa ke dosa lain, dan berujung harus membunuh darah dagingnya sendiri dengan aborsi. Rini Setyowati, wanita ini begitu mencintai pacaranya dan rela memberikan segalanya bahkan tubuhnya sendiri.
"Buat saya dia segalanya, sampai akhirnya kami terlibat hubungan seks di luar nikah, dan itu sering kami lakukan. Perasaan takut atau apa gitu.. sebenarnya ngga ada loh. Yang ada hanya perasaan menyenangkan, yang membuat kami semakin dekat."
Hubungan terlarang tersebut akhirnya membuahkan janin di rahim Rini. Merasa panik, Heri pacar Rini membuat tindakan nekad, aborsi.
"Ya itulah jalan satu-satunya agar kami bisa keluar dari masalah. Jadi, terus terang, walaupun itu adalah keinginan dia, namun saya tidak pernah menolak. Memang kami belum siap untuk menikah."
Namun kehamilan itu tidak membuat mereka jera, untuk keempat kalinya Rini hamil, dan sebanyak itulah janin yang terbunuh demi pria itu.
"Kami aborsi di dukun bayi, sangat-sangat sakit sewaktu proses pengguguran."
Hanya demi membuktikan cintanya kepada Heri, rasa sakitpun tidak dihiraukan oleh Rini.
"Karena saya sangat-sangat sayang, dan saya tidak ingin kehilangan dia."
Rasa kosong, dan ingin dicintai yang dicarinya dari Heri pacarnya bermula dari luka hatinya dimasa kecilnya. Keterbatasan penglihatan yang dideritanya membuat Rini merasa rendah diri, minder dan penyendiri.
"Saya ngga bisa melihat pelajaran di depan, apa lagi kalau ulangan. Biasanya kalau ulangan itu kan soal-soalnya di tulis di papan tulis, saya tidak bisa melihat dan paling saya hanya membuat di kertas ulangan itu seperti benang kusut. Saya waktu itu juga tidak bisa mengucapkan huruf ‘e', setiap kali saya mengucapkan satu kata yang ada huruf ‘e'-nya, saya diminta mengulang. Saya merasa kenapa saya jadi bahan ejekan. Jadi saya lebih banyak sendiri, mulai dari SD pun saya sudah sering sendiri."
Rasa minder Rini membuatnya tidak bisa bergaul, dan menjauh dari teman-temannya.
"Saya tidak bisa bergaul dengan teman-teman lainnya karena saya merasa rendah diri, saya merasa tidak sepandai teman-teman. Hal itu membuat saya tidak tahu harus ngomong apa."
Masa kecilnya itu menyisakan ruang kosong dalam hati Rini, hingga kehadiran Heri dalam hidupnya, hal tersebut membuat Rini terbakar dalam api cinta.
"Sejak kecil, hingga saya bertemu dia itu, saya merasa kalau yang tulus mengasihi saya itu hanya dia. Buat saya, saya tidak bisa kehilangan dia. Dia segalanya buat saya."
Ketakutan akan kehilangan orang yang paling dicintainya membuat Rini rela melakukan apa saja termasuk pembunuhan terhadap janin-janin yang dikandungnya. Hingga tiba, mimpinya untuk memasuki pernikahan dengan orang yang dicintainya terwujud. Hal itu semakin membutakan Rini akan pribadi yang ada di balik wajah suaminya, hingga sesuatu yang tidak terbayangkan terjadi.
"Biasanya saya di jemput di stasiun, tapi ini saya tunggu-tunggu tapi kok ngga dijemput. Lalu akhirnya saya pulang, sampai di rumah itu sudah ada pacar dari adiknya Heri."
Sebuah cerita tentang sang suami diceritakan oleh pacar adik iparnya. Sang suami ternyata membawa wanita lain kerumahnya, bahkan melakukan perbuatan tidak senonoh. Rini tidak bisa mempercayai kenyataan yang ada dihadapannya, bayang-bayang pengkhianatan sang suami seakan menghantui hidupnya. Sebuah tindakan yang mengerikan siap dia lakukan.
"Saya mulai iris-iris tangan saya, karena hati saya lebih sakit dari tangan saya yang teriris-iris itu."
Dengan sebuah gunting, Rini mulai melukai dirinya sendiri. Namun tindakannya itu tidak mengubah sang suami. Heri bahkan membantah semua cerita tentang perselingkuhan yang di dengan Rini, dan Rini mempercayainya.
"Dia mulai berdalih, jadi semua yang diungkapkan pacar adiknya itu disangkal semua sama dia. Bodohnya, saya percaya sama dia. Saya bilang, suami saya tidak akan melakukan hal seperti itu."
Kejadian itu berlalu begitu saja, tanpa meninggalkan sedikitpun kecurigaan di hati Rini. Dengan alasan bisnis di Surabaya, Heri meninggalkan Rini tanpa kabar. Merasa kuatir, ia memutuskan mencari Heri di rumah salah satu rekan bisnisnya. Namun sesuatu yang menyakitkan harus dihadapinya. Heri ternyata telah menikah dengan orang lain.
Seperti terbangun dari mimpi buruk, Rini hanya bisa duduk meratapi kepedihan yang menyayat hatinya. Kesadarannya berlahan hilang.
"Ketika saya diam, itu terbayang semuanya, bagaimana perlakuan dia ke saya. Jadi masih ada dalam hati saya yang berkata hal itu tidak mungkin dia lakukan ke saya. Rasanya saya ngga percaya dia akan tega lakukan itu, jadi saya anggap dia itu sangat jahat sekali pada saya. Dia sudah ngga mengingat semua pengorbanan yang saya lakukan. Rasa sakit sewaktu saya melakukan aborsi."
Karena begitu sakit hatinya, Rini pun menyiksa tubuhnya sendiri dengan berbagai cara.
"Kalau saya makan, tidak lama kemudian makanan itu dengan jari saya, makanan itu saya muntahkan kembali. Pokoknya sesakit apapun, setidak nyaman apapun akan saya nikmati, karena lebih sakit hati saya."
Rini terjebak dalam sakit hatinya, dia bingung untuk melakukan apa dan kemana. Bagi Rini, dunianya sudah hancur. Kemesraan bersama Heri, pengkhianatan suaminya, rasa sakit karena aborsi dan wajah-wajah anak kecil yang dibunuhnya, semua itu menghantui hidup Rini. Tidak berhenti di situ, berbagai penyakit juga menggerogoti Rini. Semua beban itu membuatnya mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya, namun keluarganya berhasil mencegahnya.
Seringkali dia berkeluh kesah kepada Tuhan, namun dia tidak pernah mendapatkan jawaban dan merasa bahwa teriakannya sia-sia saja. Hingga suatu hari, Rini mendengarkan sebuah program radio rohani dan menghubungi melalui pesan singkat. Hal tersebut di respon dengan segera.
"Disitu saya dikuatkan, bahwa masa lalu saya sudah selesai. Sewaktu konselor itu mengatakan hal itu pada saya, saya semangat. Saya merasa bangkit."
Perkataan dari konselor itu menimbulkan rasa penasaran di hati Rini, demi mendapatkan kebenaran setiap hari dia meluangkan waktu untuk membaca kitab suci.
"Ayat itu seperti Tuhan sendiri yang berbicara kepada saya, bahwa pencobaan-pencobaan yang kamu alami tidak melebihi kekuatanmu. Pada waktu saya meratapi nasib, saya membayangkan Kristus di kayu salib melihat apa yang saya lakukan. Saya membayangkan Dia berkata, ‘Lihat, ini sudah Aku lakukan untuk kamu. Tapi kenapa kamu tidak bersyukur, kenapa kamu masih juga meratapi nasib kamu, Aku sudah menggantikan hukuman dosamu di kayu salib. Jadi untuk apa kamu terus menyiksa dirimu dengan rasa bersalah, rasa berdosa.' Hal itulah yang akhirnya membuat saya menyadari ‘Tuhan terima kasih, bahwa saya demikian berharga di mata Tuhan.' Saya lalu minta ampun pada Tuhan, atas masa lalu saya, atas kejahatan-kejahatan saya, dan saya mulai imani bahwa masa lalu saya sudah selesai."
Sejak itu, Rini memulai lembar kehidupan yang baru bersama Tuhan Yesus yang telah memberikannya masa depan yang penuh harapan. Inilah yang Rini percayai akan semua yang telah terjadi.
"Say a bersyukur sekali dalam keadaan saya yang hancur-hancuran, Tuhan tetap menjaga saya. Tuhan turut berkerja dalam segala sesuatu untuk mendatang kebaikan." (Kisah ini ditayangkan 9 Maret 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).
Sumber Kesaksian: Rini SetyowatiSumber : V090806111531