Bagi Jemmy, menenggak alkohol sebanyak mungkin adalah kebanggaan baginya. Hidup menggelandang bersama teman-temannya menjadi pilihan bagi hidup Jemmy. "Kalau sudah mabuk, kami sering palak orang minta uang. Jika tidak dikasih, kami sering pukul. Entah mau mati atau tidak, sudah tidak peduli lagi sama siapa waktu itu," kisah Jemmy.
Kedua orang-tua Jemmy dahulu memang tidak bercerai, tetapi pisah begitu saja. Hingga ayahnya pun menikah lagi. Karena ayahnya sudah menikah, ibunya pun mencari lagi suami penggantinya. Ia sering bertanya kepada neneknya, kemanakah ayahnya, kemanakah ibunya, keadaan itu sempat membuat Jemmy kecil merasa kesal. "Sampai sempat saya bilang, tega sekali bapak saya seperti itu," kisah Jemmy.
Kekecewaan itu terus menumpuk di dalam hatinya, sampai ia beranjak dewasa, rasa kecewa itu berubah menjadi sebuah pemberontakan. "Saya ingin keluar dari situ, saya ingin tunjukkan bahwa tanpa mereka saya bisa hidup," kisah Jemmy.
Berita kebengalan Jemmy dan kawan-kawannya sudah tersebar di beberapa kampung. Tanpa ia sadari Jemmy sedang menyulut api bagi dirinya sendiri. Pernah ia dan teman-temannya pergi ke suatu kampung lain dimana mereka justru terlibat perkelahian dengan para pemuda di kampung situ. Di tengah perkelahian, salah seorang temannya justru menusuk lawan mereka. Terkaget, mereka segera kabur dari tempat tersebut. Jemmy pun mencari cara untuk lari ke Jakarta.
Dengan memperalat pacarnya yang ingin mencari pekerjaan di Jakarta, Jemmy berhasil kabur. Pekerjaan bagi pacarnya adalah menjadi penari striptis. Pacarnya tidak mengatakan ‘iya,' tidak juga mengatakan ‘tidak' meskipun awalnya agak terkaget juga melihat cara kerja pekerjaan barunya. Pacarnya pun bekerja sebagai penari striptis, sampai ia terbiasa dengan pekerjaan tersebut.
Di Jakarta, Jemmy menemukan kesenangan baru yaitu narkoba. Bahkan demi kesenangan barunya itu, Jemmy memperalat kekasihnya itu. Bukan hanya dijadikan mesin uang bagi Jemmy, wanita itu sering dijadikan korban pelampiasan kekesalan Jemmy. Jika kekasihnya pulang tidak membawa banyak uang, Jemmy akan memukul gadis itu. Jemmy merasa ia butuh uang demi memenuhi kebutuhan narkobanya. Sering diperlakukan seperti itu oleh Jemmy, ketika Jemmy sedang pergi gadis itu pun kabur dari kehidupan Jemmy.
Jemmy tidak kehabisan akal, ia pun berhasil membawa dua gadis belia dari kampungnya secara bergantian untuk dijadikan mesin uangnya. Dan dengan gadis yang ketiga, Jemmy pun terlibat hubungan asmara yang cukup dalam sampai mengakibatkan dua janin diaborsi.
"Jika dalam keadaan hamil kan tidak bisa bekerja, uangnya tidak bisa dapat. Jadi harus seperti itu, harus digugurkan," kisah Jemmy mengenai perilakunya untuk menggugurkan janin yang dikandung oleh kekasihnya.
Namun Jemmy tak pernah puas, sebuah tawaran menggiurkan pun datang. "Saya dengar di Batam itu banyak tamu, banyak orang luar yang datang, banyak uang masuk, jadi saya tergerak untuk datang ke sana," kisah Jemmy.
Semua berjalan sesuai rencana, bahkan di Batam ia juga mendapatkan pekerjaan sebagai sales antar kota. Hingga sebuah perjalanan aneh terjadi ketika ia ditugaskan sampai ke Jakarta. Jemmy berkisah, "Saya bawa barang ke Jakarta, saya masih ‘make.' Mungkin sudah terlalu tinggi karena sudah terlalu banyak saya pake," kisah Jemmy.
Masih dalam pengaruh narkoba, pagi itu Jemmy sudah harus kembali ke Batam. Dalam perjalanannya Jemmy bertemu dengan seorang teman lama yang kebetulan ingin ke Batam. "Sewaktu ngobrol-ngobrol dengan dia, saya sudah merasa kedinginan, saya sudah merasa tidak tahan. Sampai saya dipijit oleh dia, dia sadar saya melakukan gelagat yang aneh," kisah Jemmy.
Tiba-tiba temannya berkata bahwa Jemmy punya ‘sesuatu.' Ia pun mencoba memberikan Jemmy nasihat, Jemmy pun tak berkutik. Perlahan-lahan ia menuruti semua permintaan teman-temannya. "Saya ambil jimat-jimat itu, saya kasih dia. Lalu dia menyarankan saya untuk membuang jimat-jimat itu ke laut," kata Jemmy. Setelah Jemmy membuang batu-batu jimat itu, Jemmy pun kembali ke kamar. Di kamar, Jemmy merasakan sesuatu yang aneh.
"Saya merasa setelah membuang jimat-jimat itu, itu pun berbalik menyerang saya. Saya merasa ingin mati," kisah Jemmy. Rasa sakit yang luar biasa pun mulai mendera di sekujur tubuhnya. Kematian siap menarik jiwa Jemmy. "Saya bahkan hingga merasa saya sudah berdiri dan melihat tubuh saya sedang mengejang. Lalu akhirnya saya pun masuk lagi ke dalam tubuh saya."
Perlahan-lahan rasa sakit itu hilang, hawa kematian pun lenyap. Jemmy mulai bernafas lega. "Saya sempat bilang pada Tuhan, saya bilang ‘Terima kasih, Tuhan. Saya akan melayani Engkau, saya akan ikut Engkau.' Itu kata-kata terakhir saya berjanji sama Tuhan."
Jemmy membuktikan janji-janjinya. Ia pun mengambil keputusan untuk menjauhi narkoba dan tidak hidup bersama kekasihnya. Jemmy meminta maaf atas semua yang Jemmy sudah lakukan kepada kekasihnya. "Saya meminta maaf kepadanya karena sekarang ia sudah bekerja seperti ini. Memang agak berat untuk melepas, karena sudah sekian lama bersama. Akhirnya saya berdoa pada Tuhan, dan Tuhan kasih pekerjaan pada waktu itu."
Melalui sebuah seminar rohani, karakter Jemmy pun diubah. Di seminar itulah ia dibimbing untuk mengampuni kedua orang-tuanya. "Disitu berbicara mengenai Hati Bapa, jadi saya teringat ayah saya. Tiba-tiba saya tergerak untuk pulang dan mengampuninya," kisah Jemmy.
Kini Jemmy hidup bahagia bersama istri dengan putrinya. Tanpa terikat dengan narkoba maupun dengan rasa bersalah. "Tanpa Tuhan Yesus, saya tidak mungkin seperti ini. Tuhan memang ajaib, terutama Tuhan ubahkan saya. Apa yang tidak bisa saya pikirkan, itu yang Tuhan berikan kepada saya," Jemmy menutup kisahnya. (Kisah ini ditayangkan 2 November 2010 pada acara Solusi Life di O'Channel).
Sumber Kesaksian:
Jemmy Langelo
Sumber : V100113115222