Dua tahun lalu, Zimbabwe merupakan salah satu negara yang paling tidak stabil di Afrika. Gelombang kekerasan politik menyebabkan ratusan orang meninggal dan memecah belah negara tersebut.
Saat ini Zimbabwe memiliki pemerintahan yang baru dan berada di ambang penulisan sebuah konstitusi yang baru.
Orang Kristen Zimbabwe memanfaatkan waktu damai ini untuk meletakkan dasar bagi apa yang mereka harapkan akan menjadi model bagi rekonsiliasi dan pemulihan bangsa. CBN News berada di sana sebagaimana jaringan orang percaya memulai pencarian untuk memulihkan negara mereka.
Alex Chisango adalah salah satu dari mereka yang terbeban dalam misi untuk memobilisasi orang Kristen Zimbabwe terlibat dalam penyusunan konstitusi negara.
“Kami berdoa kepada Tuhan agar lahir putra putri Zimbabwe yang memuji dan memuliakan nama Tuhan. Saat ini merupakan momen terbesar untuk terjadinya hal itu,” ujar Chisango.
Chisango adalah ketua African Center for Law and Justice, cabang internasional dari American Center for Law and Justice.
Baru-baru ini sebuah tim dari Amerika bergabung dengan Chisango di Zimbabwe untuk menbahas konstitusi bersama dengan pejabat tinggi pemerintah.
“Pemerintah yang bersatu ini telah membuka jendela bagi kami sehingga kelompok seperti ACLJ berada di sini dan terlibat dalam proses konstitusi,” ujar Jordan Sekulow, yang mengarahkan pelaksanaan internasional untuk American Center.
Namun menulis sebuah konstitusi baru bukanlah hal yang mudah. Zimbabwe memiliki pangsa yang besar terjadinya gejolak ekonomi dan politik.
Meskipun ekonomi berangsur-angsur menjadi stabil setelah selama bertahun-tahun inflasi merajalela, pengangguran secara mengejutkan berada di angka 90 persen. Dan dua partai politik yang berbagi kekuasaan dalam pemerintahan sering bertentangan satu sama lain – menghasilkan sebuah bangsa yang terpecah belah.
Chisango bekerja sama dengan para pemimpin gereja lokal meletakkan dasar untuk apa yang dikatakannya sebagai pemulihan dan rekonsiliasi yang sangat dibutuhkan di Zimbabwe.
Kekuatan Pegampunan
Shingi Munyeza, direktur dari African Sun Limited, adalah salah satu pembawa damai. Munyeza adalah seorang pengusaha Kristen yang sukses dan memiliki banyak jaringan hotel di seluruh Afrika. Munyeva secara teratur berjejaring dengan pengusaha lain berbagi tentang kekuatan dari pengampunan.
“Dan itu adalah kuncinya karena tidak ada seorangpun yang dapat membangun jika fondasinya tidak cukup kuat,” ujar Munyeva. “Jika mereka tidak cukup baik, di sanalah iman datang membawa pemulihan Tuhan atas bangsa ini.”
Statistik terbaru menunjukkan hampir 80 persen dari mereka yang tinggal d Zimbabwe menyebut diri mereka Kristen. Akibatnya, mereka yang terlibat dalam pemulihan dan rekonsiliasi negara ini berharap untul menggunakan statistik tersebut untuk kembali membangun Zimbabwe.
“Kitalah jawabannya,” ujar Chisango. “Tidak seharusnya kita menjadi bagian dari masalah. Kita tidak harus duduk di sana dan hanya menjadi korban. Kita seharusnya bangkit mengatasi segala kepahitan, bangkit mengatasi segala kepahitan, dan secara nyata menjadi solusi.”
Hal inilah yang juga didengung-dengungkan oleh Perdana Menteri Zimbabwe selama pertemuan dengan American and African Centers for Law and Justice.
“Anda tidak dapat dipulihkan tanpa gereja memainkan peran moralnya sebagai yang utama,” ujar Morgan Tsvangirai, Perdana Menteri Zimbabwe. “Saya pikir sebuah prioritas yang salah tempat jika membawa gereja sebagai organisasi politik dan bukan sebagai organisasi rohani yang memiliki tempat penting di negara yang 80 persen penduduknya adalah orang Kristen.”
Untuk meningkatkan citra negara, African Center for Law and Justice mensponsori kampanye negara bersih untuk membebaskan jalan-jalan dari sampah. Pada Sabtu pagi lalu, puluhan gereja lokal, kelompok bantuan kemanusiaan dan lembaga pemerintah bergabung dalam kampanye inisiatif ini.
Joshua Chiweda dari Revival Ministries International mengkoordinasikan upaya pembersihan ini. Dia telah berbicara kepada gereja-gereja untuk berbuat lebih banyak bagi pembangunan kembali Zimbabwe.
“Kekristenan tidak hanya bicara tentang orang-orang yang pergi ke gereja tapi kekristenan adalah sebuah gaya hidup yang harus terlihat dan merupakan refleksi dari kehidupan sehari-hari mereka,” ujar Chiweda.
Ketika Zimbabwe bersiap dalam penulisan konstitusi baru mereka, Chisango dan rekan-ekan lainnya sibuk meletakkan pondasi spiritual dimana suatu hari mereka berharap hal itu akan menjadi model dari rekonsiliasi dan pemulihan suatu bangsa.
“Kami percaya bahwa Zimbabwe pada akhirnya menjadi bangsa yang akan mengampuni,” ujar Chisango.
Sumber : cbn.com