Saat memimpin misa kudus di Nicosia, Siprus, Minggu (6/6) lalu, Paus Benediktus XVI meminta perhatian dan upaya internasional untuk bersama menyelesaikan ketegangan yang sedang meningkat di Timur Tengah terutama di “Tanah Suci”, sebelum konflik saat ini menjadi pertumpahan darah yang lebih besar lagi.
Mengakhiri kunjungannya selama tiga hari di Siprus, Paus ingin memperkuat hubungan antara gereja Katolik dan Ortodoks, serta mengajak untuk memperhatikan nasib umat Kristen di daerah Timur Tengah.
Sekalipun Paus menyerukan perdamaian, namun hal buruk terus terjadi. Akhir pekan lalu menjadi hari-hari yang suram bagi umat Tuhan di Turki dengan di bunuhnya pemimpin konfresi uskup Turki, Uskup Luigi Padovese (62) pada hari Jumat (4/6). Supir uskup tersebut telah ditangkap dengan tuduhan pembunuhan.
Dalam satu dekade terakhir ini, persentase orang Kriten Timur Tengah semakin menurun, dari 20 persen dari populasi menjadi 5 persen.
Dalam sebuah dokumen pernyataan resmi Paus Benediktus menyatakan bahwa akibat konflik Israel – Palestina ketidakstabilan terjadi di mana-mana. Selain itu situasi yang memanas di Libanon dan Irak juga menjadi perhatiannya.
Duta Besar Israel pun tidak segan menanggapi pernyataan Paus Benediktus, dan menolak setiap pandangan bahwa penyebab ketidak stabilan di Timur Tengah adalah akibat hubungan Israel dan Palestina yang memanas. “Daerah ini telah tidak stabil tanpa konflik ini,” demikian ungkap Mordechay Lewy.
Sumber : NY Times