TTM : Tegas Tapi Mencintai

Parenting / 26 May 2010

Kalangan Sendiri

TTM : Tegas Tapi Mencintai

Lois Official Writer
3523

Ada saatnya anak Anda berubah dari anak kecil yang menimbulkan rasa sayang meskipun ia selalu meminta ini itu menjadi anak yang sulit diatur dan jarang bisa diam. Munculnya berbagai ‘kenakalan’ anak-anak saat berusia sekitar satu setengah tahun sampai dua tahun, bisa membuat cemas orangtua yang menginginkan segala berjalan mulus dan menyenangkan. Untuk itulah, Anda perlu ketegasan tapi penuh cinta dalam mendidik mereka.

Hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah mengubah sikap mental. Setelah delapan belas bulan sebelumnya Anda berusaha membuat anak Anda selalu gembira, kini saatnya menyadari perubahan keadaan yang tiba-tiba terbalik, memaksa diri Anda sendiri untuk membuat anak-anak tidak lagi selalu gembira. Kenapa?

Karena biasanya anak-anak itu ‘memudahkan’ Anda untuk menerapkan ketegasan berlandaskan cinta seperti misalnya membongkar lemari es, memanjat pohon, mengotori tembok atau mencoret-coret kursi, lemari, atau apapun yang dapat mengundang perhatian Anda.

Dalam hal ini, tegaslah pada anak Ana sekalipun sebenarnya apa yang mereka lakukan tidak masalah bagi Anda. Hal ini dibutuhkan agar ia menjadi teguh dan memiliki tujuan yang jelas saat beranjak dewasa.

Masalahnya, kadang kala kita ingin menempuh jalan keluar yang mudah, tapi justru jalan keluar yang mudah itulah yang membuat anak-anak merasa bisa meminta lebih banyak lagi, semakin sering mengeluh, dan merengek semakin keras.

Cobalah melihatnya dari sudut pandang seorang anak kecil berusia dua tahun. Selama tahun pertama kehidupannya, ia terbiasa menjadi satu-satunya pusat perhatian. Ia terbiasa mendapat apa yang ia mau. Kemudian bentuk keinginannya semakin beragam dan semakin ganjil. Ia tak mau lagi sekadar disuapi, dipeluk, dicium, dan diganti pakaian kotornya. Ia mencampur semua shampoo dan kondisioner sehingga lantai kamar mandi licin, ia ingin bermain di keramaian lalu lintas, Anda harus menghentikannya, demi kebaikannya sendiri.

Bayi

Bayi belum butuh disiplin. Umurnya baru empat bulan dan dia belum bisa merangkak. Dia terkekeh saja mendengar bunyi lucu yang keluar dari mainannya, dan ia menarik apa saja ke arahnya. Ia juga sering menangis karena begitulah cara bayi normal mengkomunikasikan segala kebutuhannya. Bayi memang bisa sangat merepotkan, tapi itu bukan karena ia nakal, tapi semata-mata mencoba memberitahu Anda apa yang sedang ia butuhkan. Bayi tak butuh disiplin, ia butuh banyak pengertian. Dan dalam kaitannya dengan bayi, yang paling dibutuhkan orangtua adalah tidur.

Anak yang baru bisa berjalan

Akhirnya sang bayi bisa merangkak kemudian berjalan, mondar mandir dengan penuh gairah sambil meraih dan menarik benda apa pun yang mereka lihat, menyelinap ke sela-sela ruang sempit. Bisa dikatakan sepertiga rumah Anda menjadi wilayah kekuasaannya.

Anak yang baru bisa berjalan juga bisa memanfaatkan sejumlah kata sakti yang langsung bisa memberinya apa yang ia inginkan, “Tutu!”, “Endong”, “Maem”. Anak Anda mulai melakukan hal yang yang tidak mungkin Anda biarkan. Dia akan selalu mencoba berjalan menuju suatu tempat yang terlarang baginya, lalu memandang ke arah Anda dengan senyum jahil, sebab pada dasarnya ia menghendaki ada yang melarangnya. Itu merupakan pesan tak sadar yang meminta batasan-batasan yang dia perlukan dari orangtuanya. Kelakuan ini bukan murni pembangkangan (sekalipun ada juga yang demikian).

Anak usia presekolah dan yang lebih tua

Anak-anak ini akan sering mengungkapkan secara langsung apa yang ada dalam pikirannya. Dengarkan pendapatnya, apa yang ia rasakan atau butuhkan. Kalau ia mengemukakan pendapat yang benar, tentu itu bagus sekali. Namun apa yang ia inginkan itu tidak selalu bisa dipenuhi, karena belum tentu semuanya benar.

Remaja

Remaja kerap membutuhkan orang lain terutama orangtuanya untuk campur tangn, termasuk menegur mereka. Dalam bentuk apapun, kekerasan fisik terhadap remaja tidak dapat dibenarkan.

Seorang remaja bersikap layaknya bayi yang baru lahir. Ia bisa jadi pelupa, tak teratur, dan seenaknya serta bertingkah seperti ‘bukan keturunan orangtuanya’. Namun, remaja tiga belas tahun mudah mempercayai orang lain dan berbela rasa, inilah kesempatan yang sangat baik untuk mendekatkan diri dengan mereka. Remaja usia empat belas tahun bisa bersikap seperti bocah berusia dua tahun yang sangat emosional, selalu mencoba melanggar batas, ingin bergelut dengan Anda dan ingin Anda balas bergelut. Sedapat mungkin jangan mengabaikannya. Mereka perlu belajar bertanggung jawab dan bersikap hati-hati, inilah saat puncak bagi Anda sebagai orangtua untuk memberi masukan.

Nikmatilah setiap saat dalam masa-masa ini. Anak-anak bertumbuh dari bayi menjadi dewasa, mempunyai cara penerapan belajar yang berbeda-beda.

Sumber : Buku Mendidik Anak dengan Cinta/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami