Mengampuni Suami Yang Kerap Menyiksanya

Family / 1 April 2010

Kalangan Sendiri

Mengampuni Suami Yang Kerap Menyiksanya

Daniel Official Writer
7526

Pernikahan yang diidamkan Suharti hanya dinikmati beberapa tahun saja. Impian untuk memiliki keluarga yang bahagia kini sudah hilang setelah mengetahui perilaku suaminya yang sering kali mencuri uang untuk bermain judi. Suaminya bisa dua atau tiga hari berada di lapo hanya untuk judi dan minum-minum.

Hari-hari pun dilaluinya tanpa suami tercinta. Ketika Suharti akan melahirkan anak keduanya, sang suami tidak menemaninya. Bahkan ketika diberitahu tetangga bahwa istrinya akan melahirkan, suaminya tidak mempedulikannya sama sekali. Akhirnya Suharti diantar ke rumah sakit oleh tetangganya. Suaminya tidak mengurus Suharti bahkan untuk mengurus akte dan dokumen anaknya, Suharti harus melakukannya sendiri. Beberapa kali Suharti berusaha menegur suaminya tetapi suaminya justru marah karena dia hanya ingin bersenang-senang saja.

Rasa kecewa untuk mendapatkan anak laki-laki, melekat dalam hati suaminya. Tragisnya, sang suami sering melakukan perilaku seks yang sangat menyiksa bathin Suharti hanya untuk mendapatkan anak laki-laki impiannya. Suami Suharti sering memaksanya untuk berhubungan seks yang tidak wajar seperti pada film-film porno sehingga itu menimbulkan rasa dendam dalam hatinya bukan hanya kepada suami tetapi kepada semua laki-laki. Dan Suharti hanya bisa menangis karena tidak mampu menanggung penderita seperti itu.

Di saat kehamilan anak ketiga, terjadi sebuah peistiwa yang tidak bisa dilupakan oleh Suharti. Pada saat itu jualannya sedang ramai dan rupanya hal itu menimbulkan iri hati sehingga ada orang yang menghasut suaminya. Ternyata suaminya lebih mendengar pada hasutan itu dari pada apa yang sebenarnya terjadi. Suaminya memaksanya untuk mengakui hal yang tidak Suharti lakukan. Suharti dituduh melakukan hubungan badan dengan pria lain. Karena tidak melakukannya, Suharti tidak mau mengikuti keinginan suaminya. Suaminya menjadi sangat marah dan mengambil botol minuman dari krat pedagang yang ada di dekatnya kemudian memukulkannya ke kepala dan seluruh tubuh Suharti. Suharti sangat kecewa karena saat itu dia sedang hamil. Keberingasan Suami membuat Suharti sakit hati dan dia hanya bisa menangis.

Tanpa disadarinya, siksaan itu berpengaruh pada janin yang dikandung Suharti. Setelah kejadian itu, sekitar jam 12 malam, Suharti merasakan badannya panas dan ingin buang air kecil terus-menerus. Ketika melihat Suharti berdarah, anaknya segera berlari mencari ayahnya untuk minta tolong. Pada saat itu seluruh kampung menjadi ramai dan para tetangga segera menolong Suharti ke rumah sakit. Namun sayang, kandungan Suharti tidak dapat diselamatkan padahal beberapa bulan sebelumnya Suharti diberitahu bahwa anak dalam kandungannya berjenis kelamin laki-laki.

Keinginan suaminya untuk memiliki anak laki-laki pun pupus akibat kejahatannya sendiri. Menyadari hal itu suaminya menjadi shock dan menyesal. Namun hal itu tidak mengubah perlakuaannya kepada Suharti. Hari-hari Suharti dilalui dengan penyiksaan apalagi ketika suaminya tahu bahwa Suharti sedang belajar motor dengan pria lain melalui tetangganya. Rasa cemburu pun segera membakar hati suaminya. Pada saat itu, suaminya langsung menutup warungnya dan buru-buru pulang ke rumah dengan naik ojek. Tetapi karena merasa panas, akhirnya suami pergi ke warung untuk judi dan minum-minum. Tanpa mengenal waktu, sang suami terus asik bermain judi di warung tersebut.

Di lain tempat, Suharti sedang menunggu suaminya di rumah untuk merayakan kebahagiaan karena memiliki motor baru dengan beberapa orang tetangganya. Suharti lalu menyuruh anaknya untuk memanggil ayahnya yang sedang berada di warung. Tetapi karena mabuk, anaknya justru dibentak dan suruh pulang. Suharti tidak sadar seakan-akan dia sedang mengundang bahaya untuk dirinya sendiri.

Akhirnya suaminya pulang dan melakukan hal yang sama sekali tidak terpikirkan oleh Suharti. Suaminya langsung menginjak-injak Suharti di depan para tetangga dan suaminya mengusir mereka dari rumah.

Tak sampai di situ saja perlakuan dari  suami Suharti. Keesokan harinya, hanya karena hal sepele, suaminya tega memukul dan menyiksa Suharti. Waktu itu suaminya meminta uang kepada Suharti tetapi Suharti menolak memberikannya dengan alasan bahwa uang tersebut untuk anak-anaknya. Suaminya mengamuk dan mengeluarkan baju-bajunya kemudian mengusirnya dari rumah sambil mengancam akan membunuhnya dan keluarganya.

Hati dan bathin Suharti tersiksa selama bertahun-tahun dan terlintas di dalam pikirannya bahwa mengakhiri hidup adalah hal terbaik yang bisa diambilnya. Namun ketika melihat anak-anaknya, dia merasa kasihan kepada mereka dan mengurungkan niatnya untuk bunuh diri.

Seringnya diperlakukan sadis oleh suami, membuat Suharti mulai menyalahkan Tuhan untuk semua yang telah terjadi. Timbul pertanyaan dalam hatinya, kenapa Tuhan memberi suami yang membuatnya menderita meskipun demikian tidak terlintas di pikirannya untuk bercerai dari suaminya.

Pada tahun 2004, sang suami meninggal dunia akibat sebuah kecelakaan. Namun luka hati itu masih ada dalam diri Suharti. Dalam sebuah ibadah, Suharti ditantang untuk mengambil suatu keputusan yang sangat berat bagi dirinya.

"Ampunilah kesalahan orang lain maka kamu juga akan diampuni oleh bapamu yang di sorga. Saya merasa kaget, mengapa harus mengampuni suami saya yang selama ini membuat saya sakit hati," ungkap  Suharti mengutip sebuah ayat dari Alkitab.

Dalam ibadah itu, Suharti mengalami pertentangan dalam bathinnya, Suharti akhirnya didoakan oleh hamba Tuhan dan berani mengambil keputusan yang sangat berarti dalam hidupnya.

"Saat itu terbukalah hati saya untuk mengampuni suami saya. Apa yang pernah dilakukan selama hidupnya, entah itu yang melukai sehingga saya seperti kehilangan rasa percaya diri saya. Saya saat itu saya mau mengampuni suami saya," Suharti mengatakannya dengan muka yang bersinar-sinar.

Sejak saat itu, Suharti merasakan ada kesejukan dan damai sejahtera dalam hidupnya. Saat ini Suharti membesarkan ketiga anaknya dengan selalu mengandalkan tuhan dan juga menyerahkan hidupnya untuk  selalu melayani Tuhan.

"Dari peristiwa yang saya alami, saya makin mengerti arah tujuan Tuhan buat hidup saya. Saya mengucap syukur, atas apa yang telah terjadi bersama suami saya. Saya saat ini telah bisa mengampuni suami saya. Semua ini karena Tuhan Yesus dalam hidup saya," ungkap syukur ini mengakhiri kesaksian hidup Suharti. (Kisah ini ditayangkan 01 April  2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel)

Sumber Kesaksian:

Suharti Sihotang

Sumber : V090722114127
Halaman :
1

Ikuti Kami