Suami Lemah, Istri Jadi Diktator

Family / 16 March 2010

Kalangan Sendiri

Suami Lemah, Istri Jadi Diktator

berrand sinanu Official Writer
13314

Sebilah pisau sudah menempel di lehernya, satu goresan saja nyawa Amen siap melayang.

Berawal dari perkenalan Amen dan Dina di sebuah taksi, akhirnya mereka menikah dan hidup layaknya keluarga bahagia. Di awal perkawinan mereka, semua kebutuhan rumah tangga tercukupi. Hingga pada suatu saat Amen tidak lagi bekerja sebagai supir taxi karena mereka telah memiliki sebuah bengkel motor di rumahnya dan bengkel ini cukup ramai dikunjungi orang.

Kondisi keuangan yang cukup mapan membuat Amen menjadi besar kepala. Ia mulai sering berkumpul dengan teman-temannya hingga larut dalam perjudian. Saking asyiknya berjudi, Amen kerap kali mengabaikan keluarga dan bengkel motornya.

Di tengah kegilaan Amen berjudi, Alek, anak pertama mereka meninggal dunia. Namun peristiwa tersebut tidak membuat Amen jera, malah membuat ia semakin larut dengan dunia perjudian.

"Suami saya tidak bertanggung jawab sama sekali kepada rumah tangga. Ia sering keluar rumah dan pulang sampai larut malam hanya untuk berjudi dengan teman-temannya," ujar Dina.

Ketidakpedulian Amen akan usaha bengkelnya membuat Dina menjadi marah. Semua urusan bengkel diambil alih oleh Dina. Hal ini membuat Dina merasa ia dapat menguasai semuanya dan juga merasa lebih bebas untuk mengatur keuangan bengkel mereka.

"Sering kali saya mengeluarkan cacian, bahkan pukulan kepada Amen, karena kami sama-sama keras," demikian Dina bercerita.

Kegagalan Amen sebagai kepala keluarga menjadi titik kelemahan di mata sang istri yang membuatnya menjadi layaknya seorang diktator. Dina memperlakukan Amen sesuka hatinya.

Namun di balik keperkasaan Dina, tersimpan kenangan pahit di masa lalunya, "Di dalam keluarga saya, memang yang perempuan lebih dominan menguasai keluarga. Papa saya senang judi dan mama yang mengambil alih segala usaha kami. Dan yang saya rasakan, figur suami saya memang tidak beda dengan papa saya."

Berkali-kali Amen diperlakukan layaknya seorang pecundang, harga dirinya diinjak-injak dan hidupnya terasa sia-sia. Tak sanggup menerima penghinaan yang bertubi-tubi, Amen nekat melakukan hal yang mengerikan

"Saking pusingnya, saya merasa ingin bunuh diri saja. Sebilah pisau saya ambil dari dapur dan saya tempelkan di leher saya. Satu tarikan saja leher saya bisa putus, saya sudah bosan hidup," ujar Amen.

Namun pandangan mata Amen yang tertuju pada kehadiran anaknya di hadapannya, membuat niat bunuh diri itu pun diurungkannya. Meskipun demikian, kebencian Amen terhadap istrinya yang telah mulai mengarat tidak berkurang sedikitpun. Batinnya berontak. Hingga pada suatu malam, saat ia pulang di larut malam, Amen emosi dan mulai memukuli Dina.

"Karena saya terlambat membuka pintu, ia langsung menendang dan mencekik leher saya, dan membenturkan kepala saya ke tembok. Leher saya menjadi memar-memar," Dina menceritakannya sambil menahan tangis.

Setelah peristiwa tersebut, bayangan keluarga bahagia terasa hancur berkeping-keping dan mata hati Dina seakan-akan telah dibutakan oleh amarah. Saat suaminya tidak ada di rumah, ia tega menjadikan anak-anaknya sebagai sasaran amarah.

Dina tak mampu lagi menguasai pikirannya. Batinnya tertekan dan tak sedikitpun harapan terpikirkan. "Saya sudah tidak tahan dan tidak ada lagi jalan keluar, sampai saya juga berusaha untuk bunuh diri dengan minum obat sebanyak mungkin." Namun hidup Dina masih dapat diselamatkan berkat bantuan karyawannya. Dengan melihat kondisi sang istri yang lemah, Amen mulai menaruh perhatian kembali pada keluarga dan usaha bengkelnya, namun itu semua ternyata hanya bersifat sementara.

Hal itu kembali membuat Dina kehilangan harapan. Dengan tekad bulat, ia mengusir dan menggugat cerai Amen suaminya. Tanggal 9 Agustus 1990 Dina dan Amen resmi bercerai.

Dina merasa sebagai wanita yang sempurna, ia merasa hebat bisa mengalahkan dan membalas kejahatan suaminya. Sedangkan Amen hidup layaknya orang yang terbuang. Dengan susah payah ia harus berjuang seorang diri untuk dapat bertahan hidup, bekerja sebagai seorang operator layar tancap keliling pun dijalaninya untuk menyambung hidup. Tetapi pikirannya tetap tertuju kepada anak-anak dan istrinya.

Suatu hari adik perempuan Amen mengajaknya untuk pergi ke gereja. Amen langsung menerima ajakan itu. Di dalam gereja, ia duduk sambil mendengarkan seorang hamba Tuhan berkhotbah. Dalam khotbah tersebut dikatakan tentang mengasihi istri dan mengasihi anak-anak, dan pernyataan itu membuat hati Amen serasa tertusuk. Ia menangis mengingat keluarganya.

Di sanalah awal kehidupan Amen diubahkan. Di gereja tersebut Amen dipertemukan dengan seorang hamba Tuhan dan ia menceritakan semua permasalahan hidupnya. Saat itu juga Amen ditantang untuk membuat keputusan agar ia mengalami pemulihan atas dirinya dan juga keluarganya.

Setelah melakukan pertobatan, atas anjuran hamba Tuhan tersebut Amen disarankan untuk kembali ke rumahnya dan bersatu kembali dengan istri dan anak-anaknya.

Tetapi semuanya itu tidak berjalan dengan mulus. Saat Amen kembali ke rumah, ia ditolak oleh sang istri. Dina masih merasa sakit hati terhadap Amen. Dengan usaha yang tak kenal menyerah, Amen akhirnya dapat meyakinkan istrinya kalau ia mau berubah.

Lama-kelamaan Dina menjadi penasaran dengan semua tindakan Amen. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya membuat Amen mengalami perubahan sedemikian rupa. Maka Amen pun menceritakan semua yang ia alami di gereja waktu itu. Rasa penasaran yang besar membuat Dina pun mau diajak Amen pergi ke gereja.

Setelah beberapa kali mengikuti ibadah, Dina dibimbing oleh seorang ibu dan ia dibukakan akan dosa-dosanya. Mata hati Dina kini dibukakan, dengan kerendahan hati ia mau menerima Amen kembali ke rumahnya. Mereka saling memaafkan di depan anak anak mereka dan pemulihan atas keluarga mereka pun mulai terlihat nyata.

Sejak hari itu, Tuhan memulihkan hubungan Amen dan Dina. Pada tanggal 9 Maret 1992, Tuhan mempersatukan mereka kembali dalam suatu peneguhan pernikahan kudus. Inilah awal perjalanan rumah tangga mereka yang baru.

"Tuhan memang begitu baik kepada saya dan keluarga saya," ujar Amen. (Kisah ini sudah ditayangkan pada 16 Maret 2010 dalam acara Solusi Life di O'channel).

Sumber Kesaksian:
Amen

 

 

Sumber : V080929212529
Halaman :
1

Ikuti Kami