Ernawati melalui masa kecilnya dengan penuh kebahagiaan. Orangtuanya memberi kasih sayang yang membuatnya merasa damai. Tapi menginjak usia 4 tahun, ayah dan ibu kandungnya mulai sering terlihat bertengkar dengan hebat. Kadang ia dan adiknya hanya bisa menyaksikan pertengkaran kedua orangtuanya dari dalam kamar sambil menangis.
Pada saat itu Ernawati tidak tahu apa yang mereka ributkan, kedua orang tuanya saling mengeluarkan kata-kata makian yang begitu kasar tanpa diketahui masalah sebenarnya.
"Saya dan adik saya hanya bisa menangis di dalam kamar sambil menyaksikan pertengkaran yang hebat itu," ungkapnya.
"Pada suatu malam setelah mereka selesai bertengkar, ayah kandung saya menghilang entah ke mana dan meninggalkan kami. Kemudian esok paginya saya dan adik saya di titipkan ibu ke rumah saudara kami."
Karena ayah kandung saya tidak pernah kembali ke rumah, mama akhirnya menikah lagi. Dan kami pun akhirnya memiliki seorang ayah tiri. Di awal-awal pernikahan, mama dan ayah tiri memang kelihatan baik.
"Bahkan saya dan adik saya saat itu begitu diperhatikan," Ujar Ernawati.
Tetapi lama kelamaan semuanya berubah 180 derajat. Ketika usia saya sudah 8 tahun, kebrutalan ayah tiri saya semakin menggila. Tiap hari saya dan adik saya sering dipukul dengan kayu dan gesper tanpa sebab yang jelas. Kejadian ini terus berlanjut sampai saya duduk di bangku kelas 2 SMA.
"Kalau ayah tiri saya sudah mabuk, maka yang menjadi sasaran adalah saya. Badan saya ini dijadikannya sasaran kemarahannya."
Ibu Ernawati bukannya tidak pernah tahu bahwa anak-anaknya sering dipukuli oleh suaminya itu. Ernawati pernah bercerita pada sang ibu, tapi dia hanya bisa diam saja. Hal itu terjadi karena ia pun takut dan sering menjadi sasaran pukulan suaminya.
"Sakit sekali hatiku, kenapa ada ayah tiri seperti ini, aku benci ayah tiriku," Ujar Ernawati sambil menangis.
Perlakuan kasar yang sudah menjurus kepada penyiksaan dan sering dialaminya itu akhirnya membawa Ernawati kepada suatu kebencian yang mendalam dan membuatnya menahan dendam terhadap ayah tirinya,
"Saya diperlakukan seperti binatang, padahal usia saya masih kecil, bagaimana saya dapat memaafkannya," Ernawati menambahkan.
Kebencian dalam hatinya tidak tertahankan lagi, membunuh ayah tirinya adalah satu-satunya hal yang terlintas di benaknya. Hingga suatu hari waktu yang dinantikan itu tiba di depan matanya.
"Suatu malam, saya mempersiapkan semuanya, sebuah pisau saya taruh di samping tempat tidur dan saya tinggal menunggu ayah tiri saya pulang ."
Ketika ayah tirinya tiba di rumah dalam keadaan mabuk, segera ia keluarkan pisau yang sudah disiapkan, tetapi tiba-tiba ia seperti mendengar ada suara yang mengatakan, "Jangan membunuhnya."
Hal itu berlalu bersama waktu, namun niat untuk membunuh sang ayah tidak berhenti sampai di sana. Amarah dan kebencian yang mendalam membuat Ernawati berencana untuk menghabisi nyawa ayahnya untuk kedua kalinya.
"Suatu pagi saya berencana menghabisi nyawa ayah tiri saya dengan menaruh racun pada kopi yang saya buat. Karena setiap pagi seperti biasa saya yang menyediakan kopi untuknya."
Tetapi entah kenapa, ayah tirinya tiba-tiba hari itu tidak minum kopi yang telah dibuatkan untuknya, tetapi ia malah membuat kopi sendiri. Maka rencana Ernawati untuk menghabisi nyawa ayahnya kembali gagal lagi.
Karena rencananya tidak pernah berhasil, Ernawati menjadi putus asa. Ia mencoba untuk bunuh diri dengan cara terjun ke kali dari atas sebuah jembatan, karena semua kepahitan dan keputusasaan yang dirasakannya itu.
"Aku ingin mati saja Tuhan, aku sudah tidak tahan hidup dengan ayah tiri yang suka mabuk dan memukuliku dengan kasar," ujar nya sambi menangis di pinggir jembatan.
Sebelum ia melompat ke dalam kali, tiba-tiba ia kembali mendengar suatu suara yang begitu jelas berkata padanya, "Jangan bunuh diri anakku, Aku mengasihimu." Namun waktu itu, ia tidak tahu suara siapa itu.
Setelah kejadian itu Ernawati benar-benar pasrah kepada Tuhan, ia berkata, "Apa lagi yang aku harus perbuat Tuhan, aku sudah lelah dan tidak tahan... "
Kembali suara yang sering muncul pada saat tak terduga itu didengarnya, "Anak-Ku, Aku mengasihimu, asal engkau percaya kepada-Ku, maka percayalah mujizat akan terjadi." Saat itulah Ernawati berdoa kepada Tuhan, memohon Tuhan memberikan perubahan kepada keluarganya dan pertobatan atas ayah tirinya.
Suatu hari Ernawati diajak seorang temannya untuk mengikuti sebuah acara rohani. Dari situlah Ernawati mengawali pemulihan atas dirinya. Dalam acara tersebut ia menangis saat mengingat masa lalunya yang begitu menderita karena perbuatan ayah tirinya. Rasa sakit hati yang ia rasakan membuatnya begitu hancur hati. Hari itu ia dibimbing oleh seorang hamba Tuhan untuk melepaskan pengampunan kepada ayah tirinya.
"Hamba Tuhan itu berkata, "Kalau kamu tidak mau mengampuni ayah tirimu, maka keluargamu tidak akan pernah berubah." Saat itu aku merasakan jamahan Tuhan yang sangat kuat dan aku berjanji kepada Tuhan untuk mengampuni ayah tiriku."
Dengan melepaskan pengampunan pada ayah tirinya, segala akar kebencian yang sudah ada bertahun-tahun mulai dipulihkan oleh Tuhan dan Ernawati menjadi pribadi yang baru dan merdeka. (Kisah ini ditayangkan 11 Maret 2010 dalam acara Solusi Life di O'channel)
Sumber : V080925163306