Pelajaran untuk tidak cepat putus asa bisa disimak dari pengalaman hidup Hung Ba Le. Pada 30 April 1975, Hung Ba Le, yang baru berusia 5 tahun, keluar secara diam-diam bersama orang tua dan tiga saudaranya dari Vietnam sebagai "manusia perahu". Namun, 34 tahun kemudian dia kembali ke Vietnam sebagai komandan kapal perusak AS, USS Lassen. Dia warga AS berdarah Vietnam pertama yang menjadi komandan sebuah kapal perang AS.
Pada saat itu ayahnya, Thong Ba Le (68), adalah panglima AL Vietnam Selatan di Danang, merupakan pejabat militer paling senior. Dia memilih pergi karena nyawanya dan keluarganya terancam di tangan penguasa komunis Vietnam Utara. Ketika itu pasukan Vietnam Utara terus membombardir dengan roket dan mortir ke Danang. Saigon (kini Ho Chi Minh City), ibu kota Vietnam Selatan, juga mulai dikuasai pasukan Vietnam Utara.
Le yang berusia 5 tahun masih ingat keadaan saat itu. Ayahnya hanya membawa istri dan empat anaknya yang masih kecil, termasuk Le. Empat anak yang lebih besar dibiarkan di Hue, tempat asal Thong, sekitar 80 kilometer utara Danang. Perahu nelayan yang membawa mereka bersama sekitar 200 warga Vietnam lainnya terkatung-katung selama dua hari di Laut China Selatan sampai sebuah kapal perang AS menyelamatkan mereka. Di atas kapal itu sudah ada ratusan warga Vietnam lain, yang dikenal sebagai "manusia perahu".
Setiba di AS, ayahnya bekerja menjadi kondektur bus, lalu manajer pada jaringan ritel di Virginia. Kesuksesan ini membuat Thong bisa mengirim anak-anaknya belajar hingga universitas. Le yang pintar mendapat beasiswa. Berprestasi dalam olahraga di SLTA membuat Le bergabung ke Akademi AL. Dia meraih gelar ilmu ekonomi tahun 1992 lalu direkomendasikan menjadi perwira AL AS. Le yang lulus Akademi AL AS tahun 1992 meniti karier di angkatan laut karena mengikuti jejak ayahnya, yang saat itu menjadi komandan pada AL Vietnam dan didukung AS saat berperang melawan Vietnam Utara. Kakeknya juga menjadi panglima pada era kerajaan Vietnam
"Saya beruntung," ujar Le. "Ayah membawa saya keluar dari Vietnam. Dia memberi peluang bagi kami untuk memiliki kehidupan yang baik," tambahnya
Le baru bisa berkumpul lagi dengan empat saudaranya di AS delapan tahun kemudian. Ibunya dan beberapa saudara Le sudah mengunjungi Vietnam, tetapi Le tak sempat karena sibuk dengan sekolah dan pekerjaannya. Dia baru kembali ke Vietnam pada 8 November lalu sebagai komandan kapal perusak USS Lassen, sekaligus membawa misi persahabatan.
Le (39), yang akrab dipanggil Komandan Le, memimpin USS Lassen merapat di dermaga Danang, Vietnam tengah. Le, tiba dengan penampilan resmi sebagai komandan kapal perang AS. Seragam serba putih dengan berbagai simbol militer di dada kiri dan kedua bahunya. Karpet merah menyambut langkah Le dan sejumlah perwira dari Armada VII AS.
"Sungguh luar biasa," ujar Le saat menjejakkan kaki di dermaga Danang. Saya bisa kembali ke Vietnam setelah 34 tahun, dan datang sebagai komandan kapal perang AS, merupakan kehormatan dan keistimewaan yang luar biasa," ujarnya.
Bisa melangkahkan kaki di bumi Vietnam punya arti mendalam baginya. "Saya kini mewakili negara saya, AS. Namun, jujur, saya paham soal Vietnam, budaya, manusianya, tradisinya. Semua itu berperan kunci dalam hidup saya," tegasnya.
Le yang sukses menjadi simbol lain. Media Vietnam meliput dia secara luas. Bahkan ia diperkenankan mengunjungi Hue, kampung asal nenek moyangnya, untuk bertemu sanak keluarga yang masih ada. Ia juga berziarah ke makam leluhurnya.
Le mengemukakan perlunya kerja sama dan latihan perang antarkedua negara pada masa depan. "Ini akan membantu stabilitas regional di kawasan ini dan mendorong saling pemahaman kapabilitas masing-masing," katanya. Datang sebagai komandan jelas membuat Le mendapat pelayanan ekstra. "Saya ingin kembali seperti warga biasa. Saya tak tahu kapan akan kembali lagi," ujar Le, yang hanya sedikit memahami bahasa Vietnam. Le adalah cerita sukses "manusia perahu" Vietnam.